53

6.1K 1K 29
                                    

Cinta celingukan sebelum masuk ke ruang bidan. Takut-takut kalau bertemu dengan Rangga lagi. Dia nggak ngerti kenapa tadi Rangga ngejar pas dia lari. Kalau ketangkep mau diapain coba?

"Dokter Rangga sudah pulang kok," ucap Lita yang tiba-tiba saja berdiri di belakangnya. Cinta hampir saja melompat karena kaget.

"Kamu kayak maling aja, Cin. Habis bikin masalah apa lagi? Rumor kamu kejar-kejar penuh cinta sama Dokter Rangga di lorong tadi siang kayak di film India sudah terdengar sampai seantero rumah sakit."

"A-aku nggak bikin salah apa-apa kok!" elak Cinta dengan tidak menyakinkan. Cinta heran kenapa gosip di rumah sakit ini cepat sekali menyebar. Apalagi gosip jelek tentang dirinya.

Lita memicingkan mata dengan curiga. "Jujur sama aku kamu ada hubungan apa sama Dokter Rangga? Kamu naksir dia?"

Cinta tak perlu menjawab. Rona merah di pipinya yang tiba-tiba muncul di pipinya sudah menjelaskan semuanya.

"Tapi dia naksir Kak Rani," keluh Cinta.

"Waduh, saingan yang nggak masuk akal. Udah nyerah ajalah," kata Lita.

"Kamu tuh! Ngasih dukungan kek sama sahabatmu!" amuk Cinta jengkel.

"Justru aku ngomong begini karena aku sayang sama kamu. Kamu harus realistis. Mana mungkin kamu menang kalau lawannya Dokter Rani," dalih Lita.

"Iya! Iya! Aku udah tahu kok! Aku emang udah nyerah!" ketus Cinta.

"Ya udah, kalau gitu nggak usah aneh-aneh terus. Magang yang bener. Cinta-cintaan melulu!" omel Lita.

"Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, Lita," ucap Alfa yang tiba-tiba muncul. Bidan senior itu masuk ke dalam ruang bidan. Lita dan Cinta mengikutinya dengan canggung.

"Siapkan injeksi ya. Periksa dulu terapinya di status. Aku mau ke laboratorium dulu," ucap bidan itu sambil mengacungkan botol DL dan kertas pengantar.

Cinta dan Lita mengangguk. Mereka bekerja sama mengisi buku injeksi. Dua orang itu lalu berkeliling dari tiap bed untuk memberikan terapi injeksi yang sesuai. Lita mengerut kening melihat obat-obatan yang sudah dioplos ke dalam spuit

"Ini obat sudah dioplosin semua. Pasti kerjaannya anak yang dines sore," kata Lita.

"Baguslah, kita tinggal nyuntik aja," ucap Cinta santai.

"Tapi kita kan nggak tahu ini obat isinya apaan," keluh Lita.

"Anak dines sore juga pasti udah tahu, kan? Percaya aja. Lagian spuitnya juga sudah ada tulisannya buat obat apa."

Meskipun tidak terlalu suka dengan metode ini Lita tak bisa melakukan apa-apa selain menyuntikan obat-obat itu. Dia hanya berharap tidak ada kesalahan yang akan berimbas pada pasien.

***

Cinta bersyukur, shift malam itu berlalu seperti biasa. Tidak ada masalah yang sulit diselesaikan. Bahkan dia bisa tidur nyenyak. Hanya ada satu operasi yang dijadwalkan pagi karena menunggu dokter anastesi yang masih di luar kota. Akan tetapi setelah selesai TTV pagi, Rangga muncul di ruang bidan sembari membaca-baca status.

"Kok, pagi Dokter? Ini baru jam enam," sapanya berbasa-basi.

Rangga memelototinya dengan tajam. "Emangnya kenapa kalau aku datang pagi!" ketus pria itu.

Cinta meringis lalu mencari tempat duduk yang jauh. Diam-diam dia mencuri pandang pada Rangga yang tak mengalihkan pandangan dari rekam medis di tangannya.

"Kenapa kemarin kamu lari pas lihat aku?" tanya Rangga.

Cinta terperanjat. Tidak mengira Rangga akan membahas hal itu.

"Saya nggak lari, hanya tiba-tiba ada perlu," dustanya.

Rangga menoleh dengan tatapan tajam. "Apa aku bikin salah sama kamu?"

Cinta tertegun. Ucapan Rangga berbeda dengan dugaannya. "Tidak."

"Akhir-akhir ini aku bersikap baik sama kamu, kan?"

"Iya."

"Terus kenapa kamu menghindari aku?" ucap Rangga sembari bersedekap.

***

Up! Makasih untuk sedekah votes dan komennya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love And Heart [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang