16

20.2K 2.2K 79
                                    

Cinta memandangi papan jadwal tenaga medis yang sedang bertugas di ruangan. Cewek itu mengerang frustrasi melihat nama Rangga di sana.

"Ampun! Kenapa sih hidupku gini-gini amat!" keluhnya memelas.

"Cin! Ngapain berdiri di situ, ayo masuk!"

Cinta semringah ketika melihat Lita melambaikan tangan. Dia langsung berlari dan memeluk sahabatnya itu dengan erat. Jadwal mereka yang tak pernah sama membuat Cinta sangat merindukan ocehan Lita. "Ya ampun, rasanya udah seabad kita nggak ketemu," ucapnya.

Lita terkekeh. "Lebay deh, baru juga dua hari."

"Si Rangganteng dinas, ya?" tanya Cinta.

"Nggak tahu, deh, belum lihat batang hidung dia dari tadi," jawab Lita.

Dua cewek itu melangkah menuju ruang bidan. Di sana seorang dokter wanita dengan rambut pendek duduk di kursi dan mengisi rekam medis dengan serius. Cinta langsung semringah. Dokter ruangannya kali ini bukan Rangga! Setelah empat hari penuh derita, akhirnya Cinta terbebas juga.

Dokter itu tersenyum manis ketika Cinta dan Lita saat mereka mendekat. "Hai, anak baru, ya. Aku Dini." Dokter itu mengulurkan tangan pada Lita dan Cinta. Dua cewek itu balas menjabat dengan canggung. Nggak biasanya seorang dokter menyalami mereka begini.

"Kamu adiknya Nurani, kan? Kalian mirip banget," ujar Dokter Dini.

Cinta mengangguk. Rupanya dokter ini salah satu teman kakaknya juga. Semoga saja dia nggak ada alasan buat mem-bully Cinta.

"Aku dengar banyak gosip tentang kamu dan Rangga. Duh, nama kalian itu memang bagaikan takdir, ya," kekeh Dini.

Cinta mengerut tidak senang. Dia jadi penasaran apa isi gosip itu. Entah mengapa firasatnya jadi buruk.

"Gosipnya tentang apa, Dok?" tanya Cinta kepo.

"Secret!" kata Dini sambil ketawa-ketawi, sehingga membuat Cinta makin curiga.

"Ng ... ngomong-ngomong hari ini yang jaga Dokter? Tapi di depan tulisannya Dokter Rangga."

"Aku tuker shift sama dia. Kenapa? Kamu kecewa bukan Rangga yang jaga?" goda Dini.

Cinta menggeleng kuat-kuat. "Tidak, sama sekali tidak. Saya justru bersyukur dan bahagia," jujurnya.

Dini tertawa lepas. "Awas, hati-hati kalau Rangga sampai denger."

"Dokter Gama sudah di depan, Dok," ucap Bidan Alfa yang tiba-tiba saja melongok ke depan pintu.

"Oke, I'm cooming," angguk Dini.

Seluruh perawat dan bidan di ruangan segera berkumpul dan mengikuti Dokter Gama seperti biasa. Kali ini yang memberikan penjelasan tentang kondisi pasien adalah Kak Alfa. Cinta bertanya-tanya kenapa Dokter Dini hanya diam dan tersenyum saja di sebelah mereka. Apakah karena dia tak mau mengganggu kemesraan suami istri ini?

Cinta jadi teringat obrolannya dengan Kak Alfa pada malam sebelum dia direndahkan oleh Rangga. Menurut seniornya itu, dokter ruangan selain Rangga adalah magabut. Apakah Dokter Dini salah satunya? Dokter itu tampak tak terlalu berminat bahkan beberapa kali menguap. Cinta jadi kecewa, padahal dia cukup menyukai Dokter Dini. Namun attitude Rangga ternyata jauh lebih baik. Cinta merasa sayang pasien membayar mahal hanya untuk mendapatkan perawatan dari dokter seperti ini.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love And Heart [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang