DTM Part 28

12.3K 1.5K 308
                                    


Sepanjang perjalanan itu Aland melajukan kendaraannya bak berada di jalur sirkuit balap.
Casey jadi ingat bagai mana selama ini kekasihnya selalu berhati-hati ketika mengendarai mobil bersamanya.
Dia bahkan diam saja meski dirinya mengeluh jika kekasihnya itu terlalu pelan saat mengendarai mobil.

Aland begitu memperhatikan keselamatan bayinya, dia bahkan berhenti merokok, dan tidak pernah menyentuh minuman beralkohol lagi.
Casey menghela nafas lemah, dia menatap Aland yang tetap fokus menatap jalan di depannya, menekan pedal gas semakin dalam setiap waktu.
Dan hampir tidak pernah menginjak rem saat menikung.

Suara ponsel Aland terdengar meraung-raung di dalam saku celananya.
Tapi pemuda itu sama sekali tidak ada niat mengangkat ponselnya tersebut.

Aland tidak mau jika ada yang mengganggunya saat ini.

"Itu pasti Rery"
Ujar Casey dengan suara lirih.
Tapi Aland hanya diam saja, dirinya masih terus berfokus pada jalanan di hadapannya.
"Apa kau tidak ingin mengangkatnya...?"
Imbuh Casey yang tetap tidak mendapat jawaban dari Aland.

Casey tahu saat ini Aland begitu marah dan hatinya sedang kalut.
Pemuda itu melihat ruas jari kekasihnya mengeluarkan darah segar.
Mungkin saja Aland tadi meninju benda keras, tapi Casey tidak tahu apa yang dia pukul.
Luka di tangannya membuat darah segar meleleh keluar dari dalam robekannya.

Akan tetapi Aland sama sekali tidak menujukkan wajah kesakitan.
Hatinya saat ini seperti mati rasa, pemuda itu sama sekali tidak memikirkan perih yang membuat darah merembes keluar dari lukanya yang menganga.

Satu jam tak terasa perjalanan itu di tempuh keduanya hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah sakit besar.

Casey menelan ludah, dia melihat Aland yang keluar mobil dan berjalan ke arah pintu sebelahnya tempat Casey berada.

"Ayo keluar"
Pinta Aland yang saat itu telah membukakan pintu mobil untuk Casey.
Dia terlihat sangat mengerikan dengan pandangan datar tanpa ekspresi.
Rasa sakit hatinya membuat pemuda itu tidak lagi mampu merasakan perasaan sedihnya.

Casey tetap tidak membantah, pemuda itu keluar dari dalam mobil.
Dia di gandeng oleh Aland untuk mengikutinya ke ruangan yang biasanya memang mereka datangi bersama.
Tapi kali ini dengan tujuan yang jauh berbeda.
Biasanya Aland membawa Casey ke tempat itu untuk memeriksakan kandungannya secara diam-diam ke seorang dokter kandungan yang Casey kira dokter itu khusus menangani penyakit dalam.

Semua mata menatap mereka karena aneh rasanya ada dua orang laki-laki tampan saling bergandengan tangan dan masuk ke dalam rumah sakit dan melewati ruang tunggu orang-orang yang hendak berobat.

Dr. Patricia yang di telfon Aland satu jam sebelumnya telah menunggu dengan cemas pasiennya itu.
Dia sampai meminta temannya untuk menggantikan dirinya menangani pasien lain.

Wanita cantik itu duduk di ruangannya sembari membuka-buka dokumen di dalam map warna biru tua.
Tercantum nama Casey di depan map tersebut.

"Permisi..."
Ujar Aland masuk ke dalam ruangan Dr. Patricia sesaat setelah dia mengetuk pintu.

"Selamat datang Mr. Robinson"
Ucap wanita cantik itu serta merta berdiri dari duduknya sembari menutup map di depannya.
"Silahkan duduk"
Imbuhnya lagi.

Aland perlahan melepas tangan Casey, pemuda itu duduk di kursi di depan Dokter cantik yang masih berdiri di depannya.

"Mr. Casey"
Dia melihat ke arah Casey yang tertunduk lesu.

Casey mendesah dan duduk di samping Aland begitu Dokter cantik itu mempersilahkannya duduk untuk yang kedua kalinya.

"Apa kalian berdua dalam keadaan baik-baik saja, saya sangat terkejut anda tadi menghubungi saya dan meminta saya melakukan hal seperti itu.
Apakah Mr. Casey sudah tahu perihal kehamilannya...?"

Don't Touch Me (Selesai) BOOK 2 From SBWhere stories live. Discover now