DTM Part 24

11.1K 1.3K 130
                                    

Casey perlahan bangkit dari duduknya, dadanya masih terus bergemuruh.
Dia memaki dirinya sendiri beberapa kali sambil memukul-mukul kepalanya.
Betapa dia merasa sangat bodoh hingga tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri sampai melukai Aland hingga seperti ini.
"Maafkan aku, Aland..."
Casey berjalan tertatih-tatih melewati lorong apartemen.
Pemuda itu kembali mengingat apa saja yang telah dia lakukan pada Aland, bayang-bayang samar itu merobek hatinya.

Betapa Aland pasrah ketika dia memukulnya, menendangnya hingga menginjak kakinya.
Casey memejamkan mata, tangannya menyusuri dinding hingga menyisakan jejak darah di sana.
Pemuda itu mencoba untuk tetap bisa berjalan walaupun kondisi mentalnya saat ini benar-benar remuk berantakan.

Casey akhirnya bisa masuk ke dalam lif, di tempatnya berdiri dia bisa melihat banyak bercak darah berceceran di lantai.
Air mata pemuda ini meleleh lagi, dia mengusap air matanya.
Tapi bukannya berhenti, air mata itu malah mengalir dengan sangat deras.

"Apa yang sudah ku lakukan padamu, ini semua gara-gara bayi sialan ini.
Aku akan membunuhnya....!!!"
Casey merosot kebawah sambil tertunduk lesu di antara kedua lututnya.
Suara isaknya semakin keras, dia terdengar mengerang dan berteriak beberapa kali.

Di sisi lain nampak Lathan mengendarai mobil dengan kecepatan penuh, dia sesekali melihat ke arah kaca spion di bagian atas yang mengarah ke kursi belakang.
Di sana nampak Rery sedang memeluk Aland sambil menangis dan memanggil nama lelaki itu.

"Lathan...cepatlah...!!!"
Teriak Rery yang melihat Aland memuntahkan darah dari mulutnya hingga mengenai pahanya.
"Aland...!!"

Perlahan Aland membuka matanya, dia nampak begitu kepayahan.
"Rery...dimana Casey, apa dia sudah baikan...?"

Rery tidak mampu menjawab, pemuda itu hanya mengangguk sambil memeluk Aland.
"Kumohoh tetaplah bersama ku, kau tidak boleh menutup matamu''

Aland tersenyum, dia menyentuh kepala Rery yang ada di atas dahinya.
"Aku tidak apa-apa, jangan menangis Rery"

"Aku tidak menangis..."
Elak Rery, pemuda itu menegakkan duduknya.

Aland tersenyum sembari mengusap air mata Rery.
"Kau benar, kau tidak menangis.
Hanya air mata mu keluar sendiri"

Lathan mendesah melihat Rery dan Aland, pria itu tau benar ada ikatan antara Aland dan Rery yang hanya mereka berdua yang mengerti soal itu.
Lathan menyingsingkan lengan kemejanya hingga tatto di tangannya terlihat begitu jelas.

Pria itu berhenti di depan garis penyebrangan jalan karena ada beberapa remaja berniat menyebrang.

"Kenapa berhenti...?"
Tanya Rery yang melihat ke arah Lathan.
Karena kekasihnya itu beberapa kali sudah menerobos lampu merah.

"Maaf, jalannya agak ramai.
Ada yg menyebrang jalan"
Ucap Lathan sambil membuka kaca mobilnya, dia mengklakson seorang pria yang nampak memakai pakaian kerja dan berjalan dengan langkah sempoyongan.
Bukannya segera minggir pria itu malah mendekati mobil Lathan dan menggebraknya dengan kasar sambil memakinya.

"Sialan...!!!kau pikir ini jalan nenek moyang mu...kau harus sabar bung...!!!"
Bentak pria yang sepertinya sedang mabuk itu.

Tanpa ragu Lathan melongok keluar dari cendela mobil setelah mengkokang pistol haklare nya.
Dia mengarahkan pistol itu ke arah lelaki di depannya.
"Minggir kau..."
Ucap Lathan dengan nada tenang.
Semua pejalan kaki yang tadi berniat menyebrang berlari tunggang langgang melihat hal itu.

Dan pria di depan Lathan nampak begitu ketakutan.
Untungnya tidak jauh dari sana ada seorang polisi yang sedang berpatroli melihat kejadian itu.

Don't Touch Me (Selesai) BOOK 2 From SBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang