DTM Part 23

11.2K 1.4K 193
                                    

Begitu Aland  keluar dari lif, pemuda itu tampak berjalan dengan langkah mantap, dia tidak perduli pada peringatan Rery.
Dirinya terlalu percaya pada Casey, jikapun kekasihnya itu menghajarnya itu akan berakhir di pukulan kedua ataupun ketiga.
Aland akan tetap mengambil risiko seperti itu mengingat dirinyalah yang pantas di salahkan atas kejadian yang menimpa Casey.

Rery merengkuh lengan Aland sebelum dia menyentuh gagang pintu,
"Kumohon, jangan temui Casey dulu..."
Pinta Rery sekali lagi, dia masih berupaya untuk mencegah orang yang pernah dia cintai itu.

Aland menatap wajah tampan Rery sambil tersenyum.
"Jangan menunjukkan ekspresi seperti itu pada laki-laki lain selain Lathan"

Rery tersentak, dia tidak habis pikir di saat genting begini Aland tetap saja bisa bercanda, apa dia tidak tau jika dirinya dalam bahaya sekarang.

Aland menatap Lathan sambil menghela nafas dalam-dalam.
"Bisa ajak Rery menjauh dari sini...?"

''Apa kau bisa mengatasi ini sendiri, Casey sedang tidak setabil..."

"Aku tau..."
Aland kembali menatap ke depan memandang pintu apartemen Rery.
"Tapi saat ini hanya aku yang bisa melakukannya.
Setelah memukuliku, hatinya akan kembali tenang"

"Apa...?!"
Pekik Rery
"Kau bermaksud mengorbankan dirimu untuk membuat Casey tenang...?"

Aland menyunggingkan senyum manisnya ke arah Rery.
"Iya, aku harus melakukannya untuk mengembalikan kesadaran ibu dari putraku, karena kata dokter Casey tidak boleh terlalu stres"

Lathan menarik lepas tangan Rery dari pegangannya di lengan Aland.
"Ayo kita pergi..."
Ujar Lathan tegas.

"Tapi..."

"Kau dengar Alandkan"
Lathan merengkuh pinggang Rery dan mengajaknya menjauh dari tempat itu.

Rery hanya bisa menatap Aland yang perlahan masuk ke dalam apartemennya.
"Aku tidak mau...!!!"
Untuk pertama kalinya Rery membentak Lathan sejak pria itu memutuskan untuk tinggal di tempat ini bersamanya.
"Mana bisa aku meninggalkan Aland dalam keadaan bahaya begini"

Lathan terdiam, dia melihat mata Rery yang mulai berkaca-kaca.
"Baiklah"
Ucap Lathan kemudian, pria itu menyingkir agar Rery bisa kembali ke apartemen.

Di sisi lain Casey nampak masih duduk di sofa, sedangkan Aland baru saja menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

"Casey, aku pulang..."
Ucap Aland yang membuat Casey mendongak, mata pemuda itu terlihat kosong.
Dia memandang Aland akan tetapi pikirannya sedang melayang entah kemana.

Cesay sedikit memiringkan kepalanya, dia melihat Aland dari atas sampai bawah.
Tangannya masih saling bertautan, mengepal di antara kedua pahanya.

Aland menelan ludah, Casey tidak pernah menunjukkan ekspresi mengerikan seperti itu sebelumnya.
Ini adalah kali pertama Aland melihat sisi gelap Casey.

Kekasihnya itu benar-benar menakutkan.

"Casey...aku tau jika saat ini kau sedang sangat marah padaku, tapi aku punya alasan kenapa menyembunyikan soal itu dari mu, maafkan aku.
Aku tidak bermaksud tidak memberi tau mu, aku hanya menunggu saat yang tepat untuk menyampakian kabar membahagiakan itu..."

Suara ketukan di pintu menyentak Aland, dia mendengar Rery memanggil namanya.
Sepertinya Lathan tidak berhasil membawa Rery menjauh dari tempat itu.

Ketika Aland sedang terfokus pada gagang pintu yang berusaha di buka dari luar tiba-tiba saja Casey mendekatinya dengan cepat dan mencekik lehernya, Aland sampai tidak bisa menghindar hingga pemuda itu dengan mudah tercekik oleh tangan kekar Casey.

Don't Touch Me (Selesai) BOOK 2 From SBWhere stories live. Discover now