DTM Part 11

13.4K 1.5K 60
                                    

Aland mendengus kesal setelah hampir beberapa jam dirinya menerima penyiksaan yang lumayan membuat keringat dingin keluar dari sekujur tubuh kekarnya.

Pemuda tampan itu kini mengendarai mobil bersama Casey yang dari tadi tersenyum puas melihat ke arahnya.
Entah kenapa Casey begitu bahagia hanya karena Aland menuruti kemauannya.

Remaja itu sesekali tertawa geli ketika melihat wajah Aland yang tiba-tiba meringis kesakitan saat tatto barunya tidak sengaja bergesekan dengan pakaian yang dia kenakan.
Walaupun tatto itu sudah di beri lapisan penutup, tapi masih saja terasa sakit.
"Apa itu sakit...?'
Tanya Casey sambil menahan tawa, dia sampai menutup mulutnya dengan tangan.

Aland menoleh ke arah Casey sambil memperlihatkan cengiran sebalnya.
"Jelas saja sakit..."
Dia mendesah dan kembali memperhatikan jalan di depannya.

"Ayolah...tersenyum...dengan punya tatto seperti itu kau terlihat sangat keren..."
Casey bicara sembil memperlihatkan kedua ibu jarinya pada Aland.
"Aku benar-benar puas melihat hasil tatto mu..."

Aland memutar bola matanya, mau tidak mau dia akhirnya tersenyum setelah melihat Casey yang memandanginya tanpa henti.
"Iya...kau puas tapi aku yang menderita..."
Ujar pemuda itu sembari mengacak-acak rambut Casey...

"Astaga...!!kenapa kau suka sekali membuat berantakan rambut ku...!"
Protes Casey yang sedikit menjauh dari Aland, remaja itu menyisir rambutnya dengan jari agar kembali rapi.

Mata pemuda itu memperhatikan pemandangan di luar jendela mobil.
Tampak pemandangan yang tidak asing baginya.

Casey tanpa pikir panjang menepuk bahu Aland beberapa kali hingga membuat lelaki itu merintih.
"Aland...berhenti-berhenti-berhenti...!!"
Perintah Casey dengan suara girang.

Aland yang menginjak rem segera menepis tangan Casey yang dengan lancang menepuk tatto barunya.
"Apasih yang kau lakukan...!!
Ini sakit sekali Casey...!"
Bentak Aland.

"Ups...sorry...!"
Ucap Casey sambil tersenyum dengan mimik wajah bersalah.
Dia memperlihatkan huruv V dengan jarinya.
"Kita sudah sampai..."
Imbuhnya.

Aland memicingkan mata untuk melihat pemandangan di luar, dari tempat duduknya dirinya melihat ada pondok sederhana di atas bukit.
Yang di sampingnya terdapat pohon apel yang sedang berbuah lebat.
Di tambah satu buah lampu di teras rumah yang menerangi tempat itu.

Aland menoleh ke arah Casey,
"Itu rumah mu...?"

Casey mengangguk, dia segera turun dari dalam mobil.
Menjejajakkan kaki ka atas jalan berbatu yang belum di aspal.

Rumah Casey lumayan jauh dari permukiman warga yang lain.
Itu adalah rumah yang paling menyita perhatian karena letaknya yang lumayan masuk dari jalan beraspal.

Aland bisa menebak jika keluarga Casey bukan dari kalangan orang yang punya.
Bahkan pondok di depannya begitu sederhana.

Casey menarik nafas dalam-dalam, suasana di desa memang jauh dari kata polusi.
Aroma rumput dan segarnya bunga tercium dari tempatnya berdiri.
"Ayo masuk..."
Pinta Casey setelah dirinya membuka kunci di pagar kayu yang sebenarnya dia bisa saja melompati pagar itu karena tingginya tidak lebih dari 80cm.

Aland mengangguk dan mengikuti Casey.
Keduanya berjalan beriringan melewati jalan setapak yang menanjak untuk sampai ke ujung tangga kayu yang menjurus ke pintu.

Aland memperhatikan sekeliling rumah itu.
Dia mendengar suara riuh ombak yang lumayan keras.
"Apa bukit ini dekat dengan laut...?"
Tanya Aland karena berkendara malam hari dirinya jadi tidak bisa melihat pemandangan di sepanjang jalan menuju ke rumah Casey.

Don't Touch Me (Selesai) BOOK 2 From SBWhere stories live. Discover now