Page 40

1.7K 52 4
                                    

Mengaitkan bayangan cowok bertopi merah di balkon rooftop dengan cowok berpakaian serba kehitaman yang pernah dilihat Angga di waktu senja, feeling nya mengatakan bahwa orang itu sama dalam kemiripan mata. Begitu pula dengan mata cowok yang di dapatinya sedang mengejar Resky. Persis..

Angga ingin sekali menanyakan itu ke Resky. Tapi ia masih gengsi mewujudkan niatnya.

Gambaran raut muka Resky menjelaskan ketakutan setengah mati menatapi cowok itu. Tentu ada rahasia yang menyimpan di antara mereka berdua. Angga jadi pengen tau. Ia mendugai suatu hal, cowok yang belum ia telusuri indetitasnya itu selama ini menguntit Resky secara sembunyi-sembunyi.

"Kak.."
Resky yang berjalan di belakang memanggilnya. Angga pura-pura menulikan telinganya. Ia teguh dengan pendirian untuk tetap melancarkan perjalanannya menuju ke gapura, tempat terpakir motor sport nya.

Usai membantu Resky tadi, Angga tidak berbicara atau sekedar menanyakan keadaam Resky. Ia langsung melongos pergi, mengacuhkannya. Jangan tanyakan alasan kalau saat ini Resky mengikuti jejak langkahnya.

"Kak Angga masih marah?"

Konsistensi Angga terus berjalan. Walaupun hatinya iba mengabaikan Resky, bara ego mengalahkan sisi luluhnya.

"Kak.."

Tidak..

"Kak Angga.."

Jangan Angga,,

"Kak.. plis!"
Resky terisak. Ia menangis. Angga masih seperti yang kemarin. Ia pikir setelah kejadian tadi, Angga mengeluarkan kalimat untuknya meski hanya sebait. Kekhawatiran atau memastikannya baik-baik saja. Nyatanya harapan berbanding terbalik dengan suasana yang tercipta saat ini. Cowok itu dingin, setia dalam kebekuannya.

"Aku paham ka Angga membenci aku, tapi bisakah kaka melupakan kebencian itu untuk sebentar saja?? Aku.. aku.. takut kak, aku ta-takut cowok tadi datang kembali menggangguku"
Seru Resky, suaranya ia gemakan agar Angga mendengar ketika jarak mereka telah terhitung sekitar 10 meter.

Angga mengepalkan kuat tangannya sambil memejamkan mata, menahan emosi yang berdelir dalam tubuhnya. Langkahnya terhenti. Deruan nafas yakin, ia membalikkan tubuhnya berjalan cepat menuju ke tempat Resky berdiri. Pancar indera menyorot lurus memandangi tangisan Resky karena sikap cueknya. Perhatiannya terhadap gadis itu, memenangkan semuanya. Keras kepalanya mudah tersingkir.

Tiba di depan menjulangnya tubuh yang satu tahun lebih mudah darinya, bahkan dengan usianya menginjaki kelas XI SMA, Angga tidak percaya kekanak-kanakannya di SMP masih terbawa di putih abu-abu ini. 'Cengeng' itu yang terucap dalam batin Angga. Tapi herannya Angga tidak sanggup dengan air mata polosnya itu, apalagi pemicunya karena ia sendiri.

Tanpa berpikir dua kali, Angga menarik tubuh Resky ke dalam dekapannya. Ia memeluknya. Segenap rasa sayang, ia mengalirkannya melalui usapan tangan yang menjalar di puncak rambutnya. Menenangkan kesedihan Resky.

"Awalnya gue benci lo Res,, tapi berikutnya gue malu.. malu karena gue gak pernah mau dengar dengan penjelasan lo"

Isakan Resky berhenti. Dadanya berdebar dua kali parah, kepalanya bersandar di dada bidang Angga. Dan Resky bisa mendengar detak jantung Angga, terasa begitu cepat. Ini mimpi? Terlebih pernyataan yang terungkap di bibir Angga. Ia belum jelas mengerti kemana arah pembicaraan itu.

"Gue telah salah menduga, ternyata apa yang ada dalam pikiran gue tidak betul. Makanya gue malu, gak berani nunjukin lama-lama muka gue ke elo"

"Tapi lo butuh gue, gue baru berani melangkah mendekat. setidaknya nggak membuat gue tambah jahat"

Resky menghapus air matanya, kemudian menjauhkan pelan tubuhnya dari pelukan Angga. Ia meneliti wajah Angga dengan kerutan di pelipisnya.

"Tunggu, kak Angga udah gak marah maksudnya?"
Tanya Resky.

Cowok Arogant Juga Bisa Luluh!Where stories live. Discover now