Page 12

2.5K 78 1
                                    

Bulan purnama yang terang ditemani oleh gugusan-gugusan bintang bertaburan di langit hitam, nampak jelas memainkan perannya yang mengabdi di malam hari tenang ini, agar tidak ada kegelapan yang dapat mencemaskan kehidupan manusia.

Angga yang baru saja telah membersihkan kuman-kuman yang menghinggap di sekujur tubuhnya, bergegas keluar dari kamar mandi memakai handuk putih yang melingkar kuat di pinggang sampai ke lutut, memperlihatkan jenjang tubuh atletis dimilikinya. Tetesan-tetesan air yang jatuh dari rambut hitam pekatnya itu, mengikuti pergerakan kedua kakinya yang beranjak ke tempat penyediaan pakaian-pakaian yang tersimpan rapi dalam lemari besarnya berpintu tiga, tercurahkan kesan garis diagonal yang memotong permukaan depan lemari dengan warna dibelahan kiri hitam sedangkan belahan kanan berwarna putih.

Setelah mendapati pakaian yang diinginkannya, lantas baju kos putih dan celana tebal pendek merah menjadi sasaran Angga untuk menghiasi penampilannya yang terus menawan di tiap harinya. Tak lupa minyak rambut andalannya, di oleskan oleh tangan yang menyebar luas di helaian rambut modisnya. Soal penampilan di rumah saja, Angga sangat memperhatikannya.. terbaiklah untuk bidang fashion, karena Angga sebagai cowok amat menjaga estetika dalam kerapian berpakaian.

Angga membuka pintu kamarnya menuju ruang keluarga. Disana ia melihat ibunya sedang duduk di sofa besar mempusatkan pandangannya ke layar televisi yang lagi menayangkan acara kompetesi musik dangdut dalam salah satu siaran stasiun televisi indonesia.

Adiknya Onald berada di bawah, duduk santai melentangkan lurus kakinya ke depan TV, diatas karpet merah yang terbentang menjalar di antara dua sofa yang saling berhadapan. Ia juga menemani wanita yang sudah menginjak usia 36 tahun itu menonton acara kesukaan Ibunya sambil memegang sebuah bungkusan makanan ringan berisikan keripik ubi sambalado.

Biasanya setiap malam Ayah Angga akan ikut bergabung berkumpul, namun kali ini Pak Hendra tak terlihat di antara Onald dan Ibu Nitya. Sepertinya ia sibuk di ruang kerjanya, menyelesaikan pekerjaan yang belum tuntas di kantoran.

"Ganti bu!! Untuk apa sih nonton acara gini, gak ada tontonan yang lain??"
Angga melenggang pinggang dan menggelengkan kepala, berdecih heran menatap acara yang sedang berlangsung dalam layar persegi empat itu.
"Jangan ih,, lagi asyik-asyiknya Ibu nonton, kamu minta ganti.."
Ibu Nitya sedikit kesal, menyembunyikan remot di bawah bantal sofa yang ia tutupi, agar Angga tidak merebut benda itu yang akan mengganti chanel lain dengan sesukanya. Jangan harap lo Angga!! Untuk saat ini biarkan lah Ibu Nitya bersikap egois terhadap anaknya.

"Ini juga anak satu!! bikin malu-maluin gue aja luh..punya adik keren tapi selera nya dangdut"

"Gak juga bang,, kebetulan gue lagi mood aja nonton ini, secara juga kan ini acara persaingan adu suara terbaik, ada peserta dari Indonesia yang mengharumkan nama bangsa kita"
Kata Onald dengan ala bijaknya menerangkan program lomba dangdut di kalangan Asia yang di tontonnya . Ibarat kata sebenarnya, Onald itu gak suka-suka amat sama dangdut dan gak benci amat-amat sama dangdut. Jadi biasa aja bagi Onald terhadap musik khas bangsa kita ini yang terus populer di masyarakat.

Angga menanggapinya dengan masa bodoh. Toh juga kalau nonton acara itu gak berpengaruh terhadap dirinya sendiri.

Habis menceramahi adiknya, Angga menghempaskan tubuhnya berbaring di atas pangkuhan Ibunya yang duduk bersila. Ia mencoba memaksakan dirinya untuk hanyut melihat host-host yang membawakan acara kompotesi tersebut untuk menghiburkan studio dan penonton di rumah dengan aksi lawakannya. Dalam pikiran Angga, nih orang mau ngelucu sampai jam 2 subuh atau bawa acara sih.. pantas saja ini acara lama banget selesainya kalau diisi dengan sekmen candaan terus.
Tak ada satupun tingkah mereka yang membuat Angga untuk tertawa dengan kekonyolan mereka, terasa hambar bagi pengamatan Angga.

Cowok Arogant Juga Bisa Luluh!Where stories live. Discover now