Rajah Bunga Kenanga

251 26 5
                                    

Adam masih tidak terganggu, tidurnya masih tetap nyenyak, sama sekali tidak menyadari dua pasang mata sedang memperhatikannya.

“Bangun!” Miss Voura menepuk pipi Adam.

Mata Adam terbuka, menemukan dua orang wanita menatap sebal dan geli padanya.

“Udah Pagi, ya?”

“Masih jauh,” jawab Miss Voura. “Duduk, ada yang ingin saya tanyakan.”

Adam mengusap wajahnya, lalu duduk.

“Waktu kamu bertemu Pak Mul, bagaimana keadaannya?”

“Keadaan Pak Mul? Dia ... baik. Ramah.”

“Kamu ingat-ingat, apa yang dikatakan Pak Mul persisnya yang menurut kamu tidak biasa?”

“Maksud, Miss?”

“Saya tidak tahu. Saya cuma merasa malam ini akan ada peristiwa yang terjadi, dan itu ada hubungannya dengan Pak Mul.”

“Waktu itu Pak Mul bilang, kita disuruh melakukan apa yang bisa kita lakukan, lalu dia juga akan melakukan apa yang bisa dia lakukan.” Dahi Adam mengerut, berusaha mengingat-ingat.

“Apa yang akan dilakukan Pak Mul?” tanya Yanti.

Tidak segera ada jawaban, dahi Adam mengerut makin dalam.
“Gelang itu,” ucap Adam sesaat kemudian.

“Kenapa sama gelang itu?” tanya Yanti lagi.

“Pak Mul bilang, kalau nggak malam ini, berarti besok Pak Dion akan mengambil gelangnya. Jadi, kesempatannya cuma malam ini.”

Yanti, dan bahkan Adam masih mencerna ucapannya sendiri saat tiba-tiba Miss Voura meloncat bangun dari duduknya, lalu bergegas masuk ke kamarnya.

“Kamu bawa mobil saya, kami tunggu di depan,” Miss Voura melempar kunci kontak mobil ke Adam sekeluarnya dari dalam kamar.

"Kita mau ke mana?" tanya Adam.

"Kita akan reuni," jawab Miss Voura singkat.

"Mama dan lainnya?"

"Tidak apa-apa, mereka tidak akan bangun sampai Shubuh nanti. Ayo!"

Tidak ada penjelasan apa pun dari Miss Voura selama perjalanan, selain tujuan ke mana mereka akan pergi.

“Kita ke sekolah Yanti.” Itu tujuan yang dikatakan Miss Voura.

Malam sudah lama melewati puncaknya saat mobil yang dikemudikan Adam berhenti tidak jauh dari sekolah.

"Pintu samping dekat tempat parkir masih ada kan, Yan?” tanya Miss Voura.

“Masih,” jawab Yanti.

“Baguslah. Ayo!”

Pintu parkir yang dimaksud Miss Voura berukuran kurang dari satu meter, terletak di samping tempat pembuangan sampah yang membuat keadaan sekitarnya kumuh dan jorok.

"Dikunci." ucap Adam saat ingin membuka pintu besi itu.

"Tentu saja. Pak Mul tidak pernah lupa menguncinya," ucap Miss Voura, sejenak mengenang masa lalu. "Kamu ambil tang pemotong besi di mobil. Naik, terus loncat ke dalam. Bukakan pintu ini untuk kami."

"Hah!" Itu sahutan Adam.

"Kamu mau Yanti yang melakukannya?"

Adam masih melongo.

"Jangan bilang kamu mau saya yang melakukannya. Saya selebriti terkenal. Reputasi saya bisa jatuh ...."

Adam bergegas pergi, tidak ingin lagi berdebat dengan selebriti narsis yang sangat jago membuatnya jengkel.

AFTER  KOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang