Gelang

826 51 5
                                    

Berbohong bukanlah perbuatan yang bisa dianggap angin lalu begitu saja bagi Yanti, terlebih jika dia harus melakukannya pada mamanya sendiri. Tidak mengherankan jika pagi menjelang siang itu, kedua temannya yang lebih banyak bicara dengan mamanya memintakan ijinnya untuk mengajak Yanti keluar. Ini hari minggu pertama sejak Yanti kembali ke sekolah, tepat tiga hari setelah tawaran dari Indah. Yanti akhirnya mengambil keputusan, hari ini dia sudah membuat janji dengan Indah bahwa dia dan dua orang temannya akan datang ke rumahnya.

Bagi Indah sendiri, janji itu akhirnya mengakhiri penantiannya. Meskipun sejak awal sebenarnya dia sudah yakin Yanti pasti akan tertarik dengan tawarannya, tapi benar apa kata orang yang mengatakan bahwa menunggu adalah pekerjaan yang menyebalkan, begitu menyebalkannya hingga membuatnya hampir saja mendatangi Yanti untuk kedua kalinya. Beruntung dia tidak melakukannya. Akan terlihat terlalu memaksa jika dia sampai melakukannya. Rencana yang sudah dia susun juga akan terlihat vulgar, tidak smooth lagi.

Membuat pertemuan itu seperti tidak disangka-sangka, itu rencananya.

Sudah beberapa hari ini sang adik terlihat tidak bersemangat, alasannya sudah jelas, Indah tahu persis itu. Pertemuan pertamanya dengan Yanti, gadis yang disebutnya sebagai Sleeping Beauty itu pasti menyisakan rasa penyesalan dan malu di hatinya. Tiga hari yang lalu adalah pertemuan pertama sekaligus terakhirnya, Adam tidak punya nyali lagi menemuinya. Harus ada cara ekstrem untuk memaksa Adam meraih kembali kepercayaan dirinya, cara itu adalah mempertemukan mereka kembali dalam suasana di mana Yanti-lah yang membutuhkan Adam dengan rekaman liputan kecelakaan yang pernah dia ambil.

Bohong jika Indah mengatakan tidak ikut menikmati rencananya ini, dia bahkan sudah senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana reaksi Adam saat bertemu dengan Yanti. Bukan lagi di depan gerbang sekolah, tapi di rumahnya sendiri. Dan, senyumnya semakin lebar saat akhirnya Yanti dan dua orang temannya tiba di rumahnya. Kesenangannya atas kedatangan ketiga tamunya itu jelas sekali terlihat, bahkan tanpa disadarinya terkesan berlebihan jika dirunut siapa yang butuh. Yanti dan kedua temannya langsung diajak ke ruang tengah, di depan sebuah TV LED berlayar lebar. Tidak lama setelahnya minuman dan makanan kecil pun segera tersaji di atas meja.

"Kalian tunggu sebentar ya, operatornya masih di atas," kata Indah.

"Operator apa, Mbak?" tanya Yanti tidak mengerti.

"Kameramannya, yang mengambil rekamannya. Semuanya dia yang nyimpan. Oh ya, jangan panggil Mbak dong, panggil kakak saja, ya?"

"Oh ya, maaf Kak," ucap Yanti.

"Sambil nunggu, kalian nikmatin saja yang ada, ya? Kakak mau manggil operatornya dulu." Indah melangkah pergi usai berkata.

"Kak Indah ternyata orangnya baik banget, ya?" Sati langsung berkomentar ketika Indah menghilang ke ruangan lain.

Membuat Adam tetap tinggal di rumah di hari minggu bisa dibilang susah-susah gampang, apalagi jika adiknya itu sudah lebih dulu ada janji dengan teman-temannya. Namun untuk hari minggu ini Indah tidak perlu repot, sejak bangun tidur tadi Adam sudah sibuk dengan speaker aktif miliknya yang mati satu di kamarnya.

"Dam, di bawah ada teman kamu, tuh." Indah membuka pintu kamar Adam begitu saja, tanpa mengetuknya.

"Suruh ke sini saja, lagi tanggung," jawab Adam tanpa menoleh. Perhatiannya masih tertuju pada speaker yang sudah dia bongkar.

"Teman kamu ada tiga orang. Kamu tahu Kakak nggak pernah mengijinkan teman kamu naik ke sini kecuali sendirian."

Adam menghela nafas kalah, itu memang sudah aturan yang ditetapkan kakaknya sejak dulu. "Ya sudah, suruh tunggu sebentar," sahut Adam.

AFTER  KOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang