Memori Yang Hilang 1

509 47 4
                                    

Miss Voura jelas tidak mengharapkan akan sebanyak ini tamu yang akan diterimanya. Itu nyata terlihat dari tatapan herannya, menatap satu persatu tamunya. Jika dia tidak salah hitung seharusnya hanya akan ada tambahan satu orang saja, seperti permintaannya―mamanya Yanti.

“Assalamualaikum, Miss,” Yanti mengucap salam.

“Waalaikumsalam,” sahutnya.

“Ini mama saya, Miss,” Yanti mengenalkan mamanya.

“Selamat siang,” Mama mengucap salam.

“Siang,” sahut Miss Voura.

“Dan ini Kak Indah, Miss. Kakaknya Adam.” Yanti menunjuk Indah. "Terus mereka teman sekolah saya, Sati dan Rina," lanjutnya.

"Sebentar," Miss Voura beranjak dari duduknya, "May, tambah suguhannya!" dia berteriak.

Mama dan lainnya saling tatap.

"Santai saja. Dia orangnya memang menyebalkan," kata Adam.

"Saya dengar itu!" Suara Miss Voura terdengar dari ruangan lain.

Yanti spontan menyikut pinggang Adam.

Adam menghela napas. Di antara yang lain, Adam sadar mungkin hanya dirinya yang tidak berharap banyak dari pertemuan ini. Terdengar janggal memang karena bagaimanapun ide ini justru datang darinya. Tapi, itu kenyataannya. Melihat bagaimana karakter dan sikap Miss Voura, sulit bagi Adam untuk percaya dengan kemampuannya. Satu-satunya alasan yang membuat selebriti ini bernilai di matanya hanyalah fakta bahwa saat ini hanya dia satu-satunya orang yang tahu dan mengenal Odelia.

Pemikiran Adam memang terlalu aneh untuk tidak membuat kakaknya mempertanyakannya saat dia menceritakan hasil pertemuan dirinya dan Yanti dengan Miss Voura.

"Kalau kamu nggak percaya, kenapa kamu meminta dia menghipnotis Yanti?" Begitu Indah mempertanyakannya.

"Nggak tahu. Itu kepikiran begitu saja," jawab Adam bersama helaan napas bingungnya. "Tapi, kalau dipikir lagi, saya malah bersyukur."

"Kenapa?"

"Miss Voura mensyaratkan Yanti mengajak mamanya."

"Oh."

"Masalahnya semakin rumit, bahkan menakutkan. Nggak ada orang lain yang bisa membuatnya merasa lebih baik selain mamanya sendiri."

"Dari awal masalah ini emang sudah menakutkan. Setiap fakta dan cerita baru yang kita dapat, semuanya cuma semakin menegaskan kalau masalah ini memang berbahaya. Kamu masih yakin akan terus ...."

"Sikap saya nggak berubah, Kak," sela Adam.

Indah menghela napas. "Kakak tahu kamu akan bilang begitu. Cuma nyoba saja, kali saja masih ada kemungkinan."

"Sama sekali nggak ada. Saya akan tetap membantu Yanti sampai masalah ini selesai," Adam berkata mantap sambil menatap kakaknya. "Masih banyak yang belum jelas dari masalah ini. Terutama masalah Sophia. Miss Voura juga nggak tahu apa-apa tentangnya."

"Menurut kamu, Sophia nggak berbahaya?"

"Dia nggak melakukan apa-apa ke Yanti."

"Jangan biasakan memakai kata nggak untuk masalah yang belum tentu. Lebih aman kalau kita memakai kata belum. Shopia mengikuti Yanti pasti punya alasan dan tujuan. Terlalu gegabah kalau kita sudah berani menyimpulkan Sophia nggak berbahaya."

"Maksud Kakak, apa pun tujuan Sophia, dia belum melakukannya?"

Indah mengangguk, "Lebih aman kalau kita berpikir begitu."
"Tapi, kenapa? Apa yang Sophia tunggu?"

AFTER  KOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang