Keabadian

585 54 6
                                    

Rumah itu besar dan mewah, memiliki halaman luas dan taman-taman indah yang mengelilinginya. Tidak akan ada yang mengherankan andai tahu bahwa pemilik rumah ini adalah salah satu konglomerat yang dimiliki negeri ini. Pak Dion, dialah sang konglomerat itu.

Mendapati bahwa mereka bisa secepat ini mendapat konfirmasi darinya adalah sesuatu yang melegakan sekaligus juga memberi mereka tanda tanya. Sebagai seorang pengusaha sukses, sangat wajar jika dia sangat sibuk. Dan dia bisa dengan cepat meluangkan waktu untuk menemui mereka?

Alasan masuk akalnya mungkin karena yang memintanya adalah mamanya Yanti. Cerita darinya memang lumayan mengejutkan. Pak Dion ternyata bukan orang asing lagi baginya dan mendiang suaminya, tapi tentu saja minus Yanti yang tidak tahu apa-apa tentangnya. Pak Dion pernah membantu perawatan mendiang suaminya, di rumah sakit internasional di mana Pak Dion adalah pemilik saham terbesarnya. Suaminya dirawat dengan nyaris tanpa biaya. Rumah sakit yang sama di mana Yanti juga pernah dirawat selama masa komanya dulu.

Kenapa Pak Dion begitu baik? Siapa pun yang mengenalnya mungkin akan memiliki pendapat yang sama. Pak Dion memang dikenal sebagai seorang dermawan. Namanya banyak terdaftar di lembaga-lembaga sosial sebagai donatur. Namun sebaik apa pun dia, konglomerat ini terlalu mencurigakan untuk bisa dikatakan tidak tahu menahu tentang masalah Yanti. Terlalu banyak kebetulan yang membuatnya justru layak untuk dicurigai.

Pertama, dimulai di Kantor Kepala Sekolah. Gelang yang ditemukan Yanti di sana mereka yakini sebagai awal mula masalah ini muncul. Gelang yang sama juga dipakai hantu Sophia. Di mana masalah dimulai, di sana penjelasan seharusnya berada.

Kedua, Pak Dion adalah orang yang menawarkan tempat untuk acara pengukuhan OSIS baru dengan tanpa biaya. Vila yang juga menjadi tempat di mana Sophia muncul untuk pertama kalinya. Berlanjut dengan peristiwa-peristiwa tak terjelaskan yang dialami Yanti.

Siapa sebenarnya Pak Dion? Pertanyaan itu memenuhi benak semua yang ikut ke rumahnya. Semuanya ikut, termasuk Miss Voura. Walaupun dengan gerutuan karena dia terpaksa harus meng-cancel beberapa jadwal aktivitasnya.

Kedatangan mereka disambut seorang lelaki setengah baya berpakaian rapi. Dia mengantar mereka ke sebuah ruangan, di sana mereka diminta menunggu. Ruangan itu berukuran lumayan luas, sofa nyaman berada di tengah ruangan, tidak jauh dari sana, sebuah TV berlayar lebar menempel di dinding. Furniture lainnya yang ada di sana adakah rak buku yang menutupi hampir semua dinding ruangan dan sebuah meja bersama kursinya di sudut ruangan.

Di sofa yang berada di tengah ruangan, mereka duduk berkumpul. Kekaguman di wajah mereka sejak memasuki rumah ini tidak bisa ditutupi. "Jadi begini rupanya rumahnya orang kaya." Pikiran itu ada di benak mereka.

Lelaki setengah baya itu kembali datang bersama dua orang pelayan tidak lama setelahnya. Menyuguhkan minuman bersama makanan kecil untuk mereka.

"Pak Dion sedang dalam perjalanan, sebentar lagi sampai," begitu lelaki itu menjawab pertanyaan mereka.

"Apa Pak Dion benar-benar masih muda, Tante?" Adam bertanya usai pelayan itu pergi. Untuk seseorang yang katanya masih muda dan bisa sesukses ini, siapa pun memang akan sulit memercayainya.

"Yang pasti Tante lebih tua darinya. Mungkin sebaya dengan Miss Voura," jawab Mama.

"Tidak perlu heran begitu," Miss Voura mencibir Adam. "Kekayaan ini pasti milik kelurganya. Bukan miliknya sendiri."

"Untuk orang semuda itu dengan kekayaan melimpah seperti ini, pemikiran Miss masuk akal," dukung Indah.

"Tapi, tetap saja. Mengelola kekayaan juga bukan perkara gampang. Pak Dion pasti ...." Adam tidak menuntaskan kalimatnya. Miss Voura tiba-tiba saja berdiri dari duduknya.

AFTER  KOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang