Ch. 44 - Lev Fans Club

2.9K 321 161
                                    

*Sudut Pandang Chiyo

Halo, perkenalkan namaku Chiyo, siswi dari Kelas 1-C. Aku hanya karakter sampingan, mungkin aku hanya akan muncul di chapter ini saja. Setelah ini, Mas Kripik tidak akan membahasku lagi selamanya, kuharap kalian tidak ada yang rindu padaku.

Jadi, pagi ini aku dan teman-teman sekelas sedang membicarakan seseorang yang kami anggap spesial. Orang itu adalah cowok yang memiliki darah Rusia. Orang itu bernama Lev.

"Lev itu ganteng banget ya. Udah gitu baik lagi, kemarin aku dikasih senyum lo sama dia."

(Bukan cuma kamu, ibu kantin juga dikasih,) batinku.

"Iya, Lev juga keren, dia jago banget main musik. Kemaren aku ngintip loh waktu dia latihan."

(Dasar tukang ngintip)

"Aku juga, kemarin bahuku bertabrakan dengan Lev, habis itu dia langsung meminta maaf, loh. Sungguh lelaki yang sejati!"

(Semua orang juga gitu kali)

Ana, Fuyumi, dan Disa sangat antusias saat mereka membicarakan tentang Lev. Mereka bertiga memang sudah ngefans dengan Lev sejak lama, sejak pertamakali mereka berjumpa di ruang upacara.

"Chiyooo, kamu kok diem aja? Ayo cerita tentang Lev juga dong!" Ana cemberut, lantas menarik kupingku.

"Ya, ya, Lev emang ganteng dan baik hati. Tapi, kalau boleh memilih, tipeku itu cowok yang suka berolahraga, kayak Roman dan Kepler contohnya," jawabku.

"Kepler? Bukankah namanya Keler?"

"Bukan Leler, ya?"

"Lah, ku kira namanya Rafael."

Setelah itu, kami terdiam karena pusing mengingat nama orang yang selalu pergi bersama Rock itu. Aku bingung, namanya Kepler atau Kensel, ya? Tapi, gak mungkin Kensel sih, namanya aneh banget.

"Chiyoo, nanti sepulang sekolah kita bertiga mau main ke Kelas 1-F, kita mau ketemu sama Lev. Kamu mau ikut?" ajak Fuyumi.

"Mau ngapain?" tanyaku.

"Ya banyaklah. Kita bisa ngobrol, tukar nomor handphone, bisa juga foto bareng buat kenang-kenangan. Mumpung Lev masih sekolah di sini," jelas Disa

"Iya, kalau Lev tiba-tiba pulang ke Rusia dan gak balik lagi, kita sendiri nanti yang nyesel. Lagipula, foto sama Lev itu gratis," tambah Ana, bersemangat.

"Hmm, nggak deh. Kalian bertiga aja, aku ada urusan lain."

"Yaaah, gak asik." Mereka bertiga tampak kecewa.

(Maaf, aku bukan maniak seperti kalian,) batinku

***

Saat jam istirahat, aku jarang makan atau diam di kelas. Biasanya, aku jalan-jalan di sekitaran lapangan olahraga supaya bisa lihat cowok-cowok ikemen (ganteng) lagi olahraga. Lumayan, buat cuci mata setelah lelah menatap rumus fisika.

Langkahku terhenti di lapangan tenis. Aku melihat senior yang kukagumi sedang main tenis melawan seseorang. Seniorku itu bernama Yan-senpai, anak kelas 3-C, tinggi badan 180, suka buah apel, punya jam tangan merek Swiss, punya seorang mantan bernama Erika, punya 5 baju olahraga, punya 12 celana dalam, 3 warna merah, 4 warna hitam, 2 warna hijau, dan sisanya berwarna biru, abu, dan ungu.

Oh iya, awalnya dia punya 13, tapi hilang satu karena dicuri olehku.

Yan-senpai adalah ketua klub tenis sudah pasti dia adalah orang paling jago dalam urusan bermain tenis. Siapapun lawannya, Yan-senpai sudah pasti akan menang.

Saking jagonya, Yan-senpai tidak pernah bermain dengan serius. Raut wajahnya selalu terlihat santai, tidak pernah menunjukkan aura tegang.

Tapi, hari ini Yan-senpai berekspresi serius, dia terlihat sedang kesulitan menghadapi lawannya.

Subarashii Classroom: Kelas Aneh! [END]Where stories live. Discover now