Prolog

33K 1.9K 39
                                    

Tentang awal yang bahkan tidak benar-benar awal.

Bunyi barang-barang pecah yang berbarengan dengan teriakan-teriakan penuh emosi memasuki indra pendengaran gadis kecil yang kini meringkuk takut dengan tubuh bergetar di bawah meja makan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bunyi barang-barang pecah yang berbarengan dengan teriakan-teriakan penuh emosi memasuki indra pendengaran gadis kecil yang kini meringkuk takut dengan tubuh bergetar di bawah meja makan. Wajahnya penuh dengan air mata mendengar ayah dan bundanya saling bersahut-sahutan sambil melempar kalimat-kalimat kasar.

Plak!

Tamparan keras melayang di wajah bundanya hingga membuat wanita itu jatuh, terduduk di lantai. Hal itu membuat si gadis kecil memekik tertahan. Gadis kecil itu bisa melihat sang bunda melempar tatapan tajam kepada ayahnya, bersamaan dengan wajah sang bunda yang sudah basah dengan air mata.

"CERAIKAN AKU MAS! CERAIKAN AKU!"

Gadis itu masih kecil, tapi ia cukup tahu arti dari kata "cerai" yang di maksud bunda itu tidak akan berujung baik. Melihat bagaimana kilatan penuh emosi yang ayahnya perlihatkan, juga tatapan terluka yang menghiasi manik indah bundanya.

"Apa kamu bilang?" Suara ayahnya serak menahan amarah.

"CERAI MAS! CERAI!!!" Sekali lagi, suara bundanya yang biasa lembut ketika membacakan dongeng pengantar tidur padanya kini tidak lagi lembut. Terdengar jelas jika bundanya tengah emosi.

"Baik." Suara tegas dari ayahnya terdengar.
"Aku akan menceraikanmu. Tapi, Xeryn akan ikut denganku. Aku tak akan menyerahkan anakku pada wanita murahan sepertimu!"

Terlihat sang bunda menggeleng tak terima. Wanita itu kini mengangkat tubuhnya dari lantai hingga berdiri berhadapan dengan lelaki paru bayah itu.

"Apa maksudmu? Aku ibunya! Aku yang sudah melahirkannya! Bagaimana bisa kau berbuat seperti ini padaku?!"

"Ibu kau bilang?" Sang ayah tertawa sarkas.
"Wanita mana yang mengaku seorang ibu tetapi tidur dengan lelaki lain saat suaminya tidak berada di rumah, hah? Hanya wanita jalang yang berlaku seperti itu dan aku tidak akan membiarkan anakku bersama dengan jalang sepertimu!"

Gadis kecil itu, Xeryn, semakin menangis mendengar suara serak ayahnya. Dengan secuil keberanian yang ia miliki, Xeryn kecil berlari memeluk kaki besar ayahnya agar tidak bertambah marah lagi kepada ibunya.

"A-yah... Eryn takut..."

"Xeryn!"

Xeryn kecil hanya bisa menangis sambil memeluk ayahnya. Xeryn memang tidak seperti anak kecil kebanyakan, ia cukup mengerti dengan apa yang ayahnya katakan. Dewasa sebelum waktunya membuat ia paham dengan tiap kata yang diucapkan orang dewasa seperti sang ayah. Kata cerai, tidur, lelaki lain, dan jalang adalah kata yang kebanyakan akan diucapkan oleh orang dewasa. Namun, Xeryn kecil paham akan arti dari kata-kata itu. Kata yang melukiskan bagaimana buruknya seorang wanita yang selalu ia banggakan dengan ungkapan Bunda Peri.

Sakit hati Xeryn bertambah saat sang bunda dengan tidak berperasaan kembali berbicara. Bahkan bundanya itu tidak memikirkan Xeryn yang saat ini tengah memeluk kaki sang ayah dengan tubuh kecilnya yang bergetar karena takut.

"Dia bukan lelaki lain! Aku mencintainya, Mas! Aku mencintainya!"

"Bagaimana bisa kau mengatakan cinta kepada lelaki lain di depan suamimu sendiri?!"

Xeryn kecil dapat mendengar ada getaran dari kalimat ayahnya, walau ayahnya berusaha untuk menyamarkan getaran itu.

"Aku menerima perjodohan ini hanya karena terpaksa! Aku tidak pernah mencintaimu! Maka dari itu ceraikan aku dan aku akan membawa putriku!"

Pelukan di kaki ayahnya mengerat. Xeryn tidak mau ikut dengan wanita iblis yang dengan tega meninggalkan pahlawannya. Tidak! Xeryn tidak akan ikut dengan wanita iblis itu!

"Tidak! Tidakk! Eryn tidak mau sama Bunda! Bunda jahat!"

Dengan singap sang pahlawan mengangkat Xeryn kecil ke dalam dekapan hangatnya.

"Tidak! Aku menceraikanmu dan membiarkan dirimu bersama dengan lelaki itu! Tapi anakku akan tetap bersamaku! Aku tidak akan membiarkan kau membawanya!"

"Aku yang melahirkannya. Bagaimana bisa kau memisahkan aku dari anakku?"

"Aku ayahnya! Tidakkah kau lihat dia ketakutan padamu?"

Bunda terdiam. Wanita itu kini menatap Xerybln yang berada dalam pelukan ayahnya.
"Xeryn sayang, ikut Bunda yaa?"

Xeryn kecil makin meringkuk ke dalam dekapan ayahnya, ia tidak mau ikut dengan iblis itu. Dia tidak mau ikut dengan wanita jahat itu. Dia penyihir. Dia bukan lagi ibu peri yang menyelamatkan Cinderella. Tapi dia penyihir jahat yang membuat Putri Salju keracunan oleh buah apel.

Tapi tidak, ketika hak asuhnya jatuh kepada wanita itu, bukan kepada pahlawannya. Hidup bahagia walau hanya berdua dengan sang ayah hilang begitu saja. Kecupan penuh sayang yang ayahnya berikan untuk terakhir kali membuat Xeryn kecil menangis keras.

"Ingatlah sayang, Ayah selalu mencintaimu. Entah itu kemarin, hari ini hingga selamanya. Ayah selalu mencintaimu. Berjanjilah untuk hidup bahagia, oke?"

Demi Tuhan, Xeryn masih sangat kecil dan ia harus hidup seperti ini? Hidup bersama wanita yang mengaku bundanya dan suami baru wanita itu, tak lupa pula bocah kecil yang Xeryn tebak akan menjadi kakak tirinya.

Tidak! Xeryn butuh pahlawannya. Xeryn butuh ayahnya.

Dan mulai saat itu pula, Xeryn membenci wanita yang memisahkannya dari pahlawannya. Dari ayahnya.

 Dari ayahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

■■■

Ceritanya ini sudah tamat sejak tahun 2019 kemarin. Tapi sekarang, Naya revisi lagi ya. Semoga kalian suka.

Unexpected✓Where stories live. Discover now