sebut saja.. EXTRA PART 😊

1.2K 76 0
                                    

"Yakin kuat? Wajah kamu pucet banget sayang." Ben melarikan tangan kananya membelai rambut Kirana yang jatuh menimpa dahinya. Mengusap keringat dingin yang bermunculan di sana.

Kirana membenarkan posisi duduknya agar sedikit menegak bersandar di kepala ranjang. "Yakin kok, Aku kan udah janji sama kamu."

Mencoba menyunggingkan senyum agar Ben sedikit tenang. Wajahnya memancarkan ke khawatiran yang sangat jelas. Kirana tak ingin menambah Ben dengan kerepotan pembukaan cabang baru di Bogor.

"Kita ke dokter aja gimana? Biar tahu kamu sakit apa. Aku khawatir banget tadi liat kamu pingsan."

Ya, pagi tadi Kirana tak bangun dari tidurnya saat Ben sudah bersiap berangkat ke kantor serta mengantar Bella yang duduk di kelas 3 sekolah dasar. Tidak seperti biasanya Kirana yang bangun pagi dan sudah menyiapkan sarapan di bawah, Kirana masih tertidur nyenyak.

Karna berfikir mungkin Kirana kecapekan, Ben membiarkan Kirana sedikit tertidur lebih lama dan berinisiatif menyiapkan sarapan simpel.

Namun saat terikan Bella mengisi kediamanya, Ben mulai khawatir dan langsung meningglkan dapur. Mendapati Bella mengguncang tubuh Kirana sambil menangis.

"Aku istirahat sesikit cukup kok sayang. Kamu segala bolos ngantor sih?" Kirana kembali menyunggingkan senyum pucatnya.

Ben mendekatkan tubuhnya dn memeluk Kirana dengan lembut. "Aku khawatir sayang. Hampir aja Aku gendong kamu bawa ke rumah sakit, kamu siuman malah nolak mentah-mentah." Ben mencium pelipis Kirana.

"Bell belum pulang?" tanya Kirana saat melihat jarum jam sudah di angka satu.

"Tadi Aku minta tolong Kak Clara buat jemput Bell sekaliyan minta anter ke sini."

===============================

"Mom, es krimnya tinggal segini." lapor Bella saat melihat sisa es krim di kulkas.

Meski tak ada isakan, tetap saja aliran bening yang membasahi pipi Kirana memperlihatkan bahwa Ia menangis. Jelas sekali.

"Em.. Buat mom aja semua, Bell minum yogurt stroberi yang di beliin tante Hana." Bella mencoba menghibur. Anak 9 tahun itu sedikit kebingunang karna tangis mom nya yang tak biasanya keluar.

"Maaf ya, mom jadi lalai buat belanja kebutuhan. Mau keluar beli?" tawar Kirana saat Ia berhasil meredakan tangisnya. Ia merasa heran dengan dirinya sendiri.

"Nunggu Dad gimana? Tadi Dad bilng ada perlu sebentar sama temen kantor dan Bell suruh jagain Mom." Kirana mengangguk kecil, menghalau rasa sensitif yang akan menyeruak saat Bell menyuruhnya menunggu.

Tiga puluh menit kemudian, Ben pulang dengan sebuah kotak di tanganya. Ia mencium pelipis Kirana seperti biasa dan menyodorkan pipi untuk Bell cium.

"Uda enakan?" tanya Ben sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga Kirana.

"Mom tadi pengen es krim, Dad. Tapi di kulkas tinggal dikit banget." Bell menunjukan sedikit dengan jari telunjuk dan jempolnya.

"Masih pengen?" Tanya Ben sambil memijat pelipis Kirana.

"Ben and Jerry's nggak nolak."

"Bell juga, Dad." Kirana terkekeh. Melihat Bella dengan semangat berlari ke kamarnya untuk ganto baju setelah memdapat anggikan dari Ben.

==========================

Masih memakai celana tidur berbahan flanel dengan kaos putih yang di balut jaket. Ben duduk di bangku tunggu di klinik 24 jam yang dekat dengan rumah Kirana.

Pagi tadi Kirana mengeluarkan isi perutnya sampai wajahnya benar-benar pucat. Bahkan Ia tak sempat luruh dari pegangan kalau saja Ben tak menahan tubuhnya. Serangan paniknya tak dapat di tahan, Ia gendong Kirana ke klinik.

INDIGOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang