PART 7

2.1K 131 3
                                    

Author POV

Derap kaki melangkah kearah sebuah ruangan yang berada di lantai paling atas. Langkahnya mantap meski pundaknya memikul banyak beban.


Suara derit pintu menandakan orang tersebut membukanya. Kakinya melangkah menuju sofa. Dan membaringkan tubuhnya. Memejamkan mata sejenak. Menghilangkan penatnya.

Drtt... Drrttt....

Tanganya merogoh saku dalam jasnya. Mengambil ponsel dan menggesernya tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Maaf Tuan. Perwakilan dari Malleq Grup sudah menunggu di cafe sesuai perjanjian." Tanpa menjawab lelaki tersebut memutuskan sambungan. Dan bangun melangkah keluar ruangan.


"Ben..." desis seorang wanita. Yup lelaki tersebut Ben.


"Oh hay Kak.. Aku tadi menumpang berbaring sebentar. Aku menunggu kleinku." Jelasnya.


"Kamu kok pucet sih Ben." Clara mengernyit.

"I'm okay, Kak. Hanya kurang tidur." Jawab Ben sekenanya. "I have to go. Bye Kak." Ben melangkah menuju lift khusus pegawai mall ini. Yup ini mall yang di pegang oleh Clara.

"Maaf membuat Anda menunggu Tuan Malleq." Sapa Ben ramah.

"Oh tidak masalah Mr. McAdams. Sekaliyan saya istirahat sebentar."  Ben hanya tersenyum yang dipaksakan. Dia benar-benar sedang kacau.

Hampir satu minggu ini Dia tak karuan. Jarang masuk kantor, hanya merenung di rooftop, lupa makan, dan berantakan. Dia hanya menyesali kebodohanya mengucapkan perasaanya kepada Kirana. Ini terlalu cepat, man. Makinya dalam hati.

"Bagaimana Mr. McAdams.?" Ben kembali mengerjap.

"Lanjutkan saja perkembangan pembangunan resort di daerah Lembang yang dekat dengan dengan kebun tehnya. Nanti bisa membuka Kerja sama dengan pemilik kebun sehingga wisatawan maupun turis pengunjung bisa ke kebun atau mau mempelajarinya." Ben kembali fokus meskipun kepalanya terasa nyeri.

Usai rapat. Ben kembali menuju lift dan menekan tombol menuju rooftop mall ini. Dia butuh udara segar.


Saat tiba di rooftop tidak hanya kepalanya yang nyeri. Perutnya tiba-tiba sakit. Dia tersungkur. Kepalanya membuatnya merasa berputar. Dan Dia sekilas tersenyum ketika mendapati wajah yang mengganggunya hampir satu minggu ini menatapnya panik. Sebelum kesadaranya hilang.

"Ben..."

=========================

KIRANA POV

Aku keluar dari bakery and Cafe yang bekerja sama dengan EO yg Aku olah dengan menenteng hot chocolate dan sekotak kecil chocolate chessecake.

Saat Aku melewati jendela besar di bagian depan mall lantai ini langit tampak berawan.
'Sepertinya menikmati makananku di rooftop mwnyenangkan' batinku.

Aku menuju eskalator dan menuju ke arah pintu besi berwarna navy. Aku membukanya dan menghirup udaranya. Ah disini sangat sejuk dengan langit yang tampak berawan bahkan sekarang sedikit mendung.

"Ben.." desisiku saat Aku melihat Ben hampir terkapar di dekat tembok pembatas gedung yang hanya sebatas pinggangnya. Aku panik dan langsung berlari kearahnya.

"Ben..." desisku lagi. Dia tersenyum kemudian pingsan. Aku menaruh paper bag di dekat tembok dan meraih kepalanya. Menjadikan paha ku sebagai bantalanya. Dia tampak pucat.

INDIGOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang