PART 17

1.5K 101 0
                                    


BEN POV

Aku menambah kecepatan mobil. Mengejar taksi Kirana. Aku sangat khawatir dan merasa bersalah karna menampar Kirana.

"Ah.. sial. Gara-gara perempuan ular itu Aku jadi nampar Kirana." Geram Ben sambil memukul setir.

Aku mengklakson agar taksi itu berhenti. Tapi sia-sia. Aku menambah kecepatan mobil dan menyamai taksi Kirana. Dan menambah kecepatan lagi. Memanuver mobil dan mencegat taksi Kirana.

Yes!

Aku turun dan melangkah menuju taksi. Membuka pintu penumpang.

"Ki.. Aku minta maaf." Aku menatap Kirana. Dia hanya menunduk.

"Please Ki. Kita omongin baik-baik ya?" Aku berusaha membujuknya. Kirana tampak mengusap air matanya dan mendongak. Menatapku sejenak dan mengangguk.

Aku merogoh saku dan memberikan lembaran uang untuk ongkos Kirana. Dan menariknya keluar.

Kirana hanya diam dan menurut saat Aku mengajaknya ke mobil. Dia masih menunduk. Aku melajukan mobil sambil sesekali melirik Kirana. Tanganya bergetar. Dia pasti menahan emosinya.

Aku mengulurkan tangan dan menggenggamnya. Memberikan ketenangan. Dia terkejut dan menatapku.

'Kamu pasti nangis di taksi ya,Ki. Sampe sembab gitu matanya.' Aku hanya membatin. Tak berani mengucapkanya karna Aku lah yang menyakitinya.

"Kamu tunggu disini dulu ya?" Pinta ku. Kirana hanya menunduk. Aku keluar dari mobil.

Beberapa menit kemudian Aku kembali dan membuka pintu di samping Kirana.

"Turun yuk Ki." Ajakku. Kirana hanya diam dan menurut. Ah sebenarnya Aku lebih suka Dia teriak, mencubit atau marah dan terkejut. Karna kalau Dia hanya diam, Aku takut Kirana kembali dingin kepadaku.

"Maaf ya Ki.."

"Akh.." Kirana meringis kesakitan saat Aku menempelkan kantong es me pipinya.

"Sakit ya, Ki." Aku merasa bersalah. Aku turun dan berjongkok di depan lulut Kirana.

"Ki.. please. Katakan sesuatu." Aku menggenggam tanganya. Dan menunduk di atas lulutnya.

"Aku takut kalo kamu diem kaya gini Ki." Entah mengapa air mataku tiba-tiba keluar. Aku benar-benar takut. Aku menggigit bibir dalamku. Menahan isakanku.

"Ben..." desis Kirana. Aku langsung mendongak. menatap tepat di manik matanya.

"Aku nggak papa kok." Kirana mencoba tersenyum. Tapi tiba-tiba dia kembali meringis menahan panas di pipinya. Seketika Aku langsung mengelusnya.

"Pasti sakit banget ya, Ki?" Aku kembali ketakutan. Pipinya tampak memerah.

"Hanya sedikit perih sih." Dia kembali tersenyum miring ke kanan karna pipi kirinya sakit.

"Kita ke rumah sakit aja ya." Suaraku tampak gemetar.

"Ya ampun Ben. Kamu berlebihan. Ini nggak papa. Besok juga sembuh." Kirana menatapku.

"Aku takut, aku khawatir sama Kamu Ki." Aku mencoba menyampaikan kekhawatiranku dan tanpa sadar air mataku turun.

"Sstt.. kamu nggak sengaja kan tadi." Dia mengusap air mataku. Oh God! Betapa lembutnya hati Kirana.

Aku menariknya kedalam pelukanku. Menciumi puncak kepalanya. Betapa sayang dan cinta Aku kepada Kirana.

"Kamu jangan dengerin yah kata Ve. Jangan di masukin hati." Kirana hanya mengangguk. Aku merasa Kirana hanya ingin menenangkanku saja.

INDIGOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang