Chapter 01. Zack Myron (1)

1.7K 63 1
                                    

Chapter 01. Zack Myron (1)

Lagi-lagi.

Dia tidak mengerti mengapa mimpi ini kembali terulang. Dan meskipun begitu, ia tidak pernah memahami mimpinya dengan baik. Mimpinya seperti sebuah potongan-potongan, siluet-siluet yang membatasi ruang pandangnya.

Dan lagi-lagi, dia berada di sebuah tempat yang selalu sama. Di sebuah hamparan hijau. Anehnya, meskipun hanya sebuah mimpi, ia bisa merasakan bagaimana kencangnya hembusan angin di tempat itu. Sebagaimana ia sudah hafal dengan mimpinya ini, tepat ketika ia menolehkan wajah, pria itu muncul.

Seperti yang ia sudah katakan sebelumnya. Mimpinya hanya berupa siluet-siluet yang menyebalkan. Membatasi ruang pandangnya. Dia tidak bisa melihat jelas wajah pria yang datang mendekatinya. Sinar matahari bersinar terlalu terang di balik tubuh pria itu hingga membuat sekitarnya menjadi silau.

Pria itu sudah berada dihadapannya, menunduk padanya. Membiaskan sinar matahari silau dari balik punggungnya. Hanya senyum pria itu yang dapat ia tangkap. Tangannya terangkat pada pria itu, tangan-tangan mungil. Tangannya.

Pria itu segera menyambut tangannya, lalu menariknya ke dalam pelukan, mengangkatnya naik, menggendongnya dengan lembut. Dia bisa merasakan betapa bahagia perasaannya ketika itu.

Beberapa siluet yang berhasil ia tangkap. Bibir pria itu yang tersenyum. Kulit wajah berwarna putih pucat yang entah mengapa seperti bercahaya. Rambut hitam lurus, berbeda dengan rambut albino-nya yang putih keperakan. Dan pasang mata keemasan cemerlang bersinar indah, bersaing dengan sinar matahari sore.

Tangan mungilnya terangkat. Menyentuh sebelah pipi pria itu, ia dapat merasakan betapa dinginnya kulit wajah pria itu.

Bibir pria itu bergerak, mengucapkan sesuatu. Namun ia tidak dapat mendengarkan apa-apa. Mimpi-mimpinya selalu tanpa suara. Ia kesal, kenapa ia tidak bisa mendengarkan apa yang diucapkan oleh pria ini? Ucapannya nampak penting. Dia selalu berusaha untuk mendengarkan. Namun sia-sia. Hanya dengungan angin saja yang dapat ia dengar.

"Apa?" dia berbisik. Ia tidak yakin suara yang ia keluarkan ini adalah suara anak kecil atau suaranya saat ini.

Pria itu mengulum senyum.

"Apa?" dia memaksa. Kali ini, dia berharap dapat mendengarkan. Dia tidak ingin bangun dengan sia-sia lagi. Dan mulut pria itu membuka, meloloskan suara yang merangkai kata-kata, terdengar merdu.

"Kau bisa melupakanku, Nak."

***

Zack Myron tersentak bangun. Ia terduduk dengan nafas berat, kedua matanya mengerjap. Mulutnya terbuka. Perlu beberapa saat untuknya agar dapat berpikir jernih. Mimpi yang menyerangnya bagaikan penyakit seolah telah menarik banyak energi dari tubuhnya. Nafasnya mulai tenang, ia mengusap wajahnya dengan telapak tangan sebelah kanannya. Mengeluh kesal.

Zack mengalihkan pandangan matanya ke arah jendela yang terbuka, angin berhembus masuk, menyibakkan tirai.

Tatapannya melamun pada pemandangan kota Buderjam yang dipenuhi bangunan berhimpit dan ramai kendaraan.

Kini dia menyesal karena telah mendengar suara pria dalam mimpinya itu.

Kalau dia memang memiliki ayah, dia tidak ingin melupakan orang itu.

***

Zack Myron adalah remaja berusia 18 tahun yang kini memasuki semester terakhirnya di salah satu sekolah menengah atas bernama Heleva, salah satu sekolah minor di kotanya yang dimayoritaskan oleh murid-murid Eksisten bukan manusia.

Letifer ✔️Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu