[Chapter Thirteen]

Mulai dari awal
                                    

"Kak, sudahlah. Aku percaya pasti Kak Teresa akan segera di temukan. Kakak jangan terus begini. Pikirkan kesehatan kakak juga." ucap adiknya, Arthur mencoba menyemangati kakaknya ini agar tidak terus-terusan depresi.

Archard hanya diam, dia sedang tak mau mendengarkan orang lain, sampai Teresa-nya di temukan.

Setiap kali Arthur menanyakan keberadaan Teresa kepada Luke, lelaki itu selalu saja menggeleng jika di tanyakan hal tersebut.

Hal ini juga membuat Arthur cemas, karena satu kakaknya menjadi depresi dan kedua membuat Arthur tak tenang.

"Sepertinya kakak benar-benar mencintai, Kak Teresa. Aku harus berbuat sesuatu." batin Arthur yang seraya bangun dari tempat duduknya dan pergi dari kamar.

Luke yang melihat itu sempat bertanya kepada Arthur ke mana ia akan pergi. Namun, Arthur tak menanggapi pertanyaannya. Hal tersebut membuat Luke curiga, lalu ia pun diam-diam mengikuti Arthur pergi.

Arthur sebenarnya juga tak tahu kepada kakak iparnya pergi, namun ia harus berusaha terlebih dahulu. Karena menurutnya, jika orang yang membawa Teresa takkan pergi terlalu jauh dari wilayah kerajaannya.

•○●○•

"Jadi kau ini benar-benar mateku? Mak-maksudku mate anakku?" tanya Debby memastikan.

"Iya, ibu." jawab Zack dengan logat muka dua yang sedang ia jalankan.

Mereka berdua tengah duduk sambil meminum teh jasmine yang di buatkan oleh para maid, sedangkan Mark dan Erick hanya berdiri di samping mereka berdua.

Ketika tengah asik menyantap sedapnya teh, Debby sadar akan sesuatu. Ya, anaknya.

"Ah, ya. Di mana anakku Teresa? Aku sangat merindukannya." tanya Debby menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan anak perempuan kesayangannya.

Zack sedikit terkejut, "Di-dia.. sedang jalan jalan dengan kakakku, Merry." jawabnya sedikit canggung karena jujur, ia benci melakukan ini semua.

Mau bagaimana lagi? Zack harus melakukan semua ini, demi ibu dari anak sialan itu mempercayai semua kata-katanya.

Sayang Zack, Mark bisa membaca gerak gerik wajah seseorang. Dan tepat sekali, Mark mencurigai wajah Zack sedari tadi dan juga Erick, Betanya.

"Ah begitu. Kapan mereka berdua akan kembali?" tanyanya lagi.

"Ehmm.. Ku-kurasa akan lama karena katanya mereka akan menginap di hotel." jawab Zack lagi.

"Ah begitu. Mereka menginap di mana? Agar aku bisa datang ke sana, menemui mereka." tanya Debby yang kedua kalinya.

"Me-mereka menginap di.. di.. Moskow! Ya! Moskow, aku tak tahu tepatnya di mana. Jadi, anda tenang saja. Merry anak yang kuat kok. Hehehe." jawabnya.

"Ah begitu. Menginapnya di hotel atau guest house? Mereka akan makan apa saja? Karena anakku itu alergi kacang. Lalu.. anakku itu membawa payung kan? Karena anakku itu tak bisa kena hujan." tanyanya panjang lebar.

Kesabaran Zack lama-lama semakin berkurang, rasanya ingin dia segera mencekik ibu sialan ini.

"Te-tenang saja bu. Anda tak perlu khawatir akan mereka. Nah, sekarang ibu mau pulang kan? Ayo aku antarkan." jawab Zack seraya menawarkan Debby untuk segera pulang. Lebih tepatnya, mengusir.

"Siapa bilang? Aku akan menginap di sini sampai anakku kembali." jawab Debby seraya menghabiskan teh jasmine-nya.

Selamat Zack bukannya kau menutupi masalah yang ada, namun membuat semua rencanamu menjadi gagal total.

Zack pun terdiam, dia hanya senyum melihat Debby yang akan menginap di mansion-nya.

"Mark tolong ambil koper di bagasi mobil, ya."

"Baik, Luna." ucap Mark menunduk hormat seraya meninggalkan mereka bertiga.

"Mari, Luna. Saya akan antar anda ke kamar." tawar Erick mengajak Debby menuju kamarnya.

Kini, tinggal Zack sendiri di ruangan tersebut. Amarahnya kembali memuncak. Ia melempar seluruh cangkir yang di meja tersebut dan memecahkan semuanya.

Kini, apa ada rencana yang bagus Zack untuk menutupi hal yang ada?

Tbc.

Chap selanjutnya, akan full petualangan Arthur menyelamatkan esa :v kenapa bukan Archard yak.

Wkwkwk :v

The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang