PART - 20

302 52 3
                                    

"Ada apa ini?" Sowon menghampiri gadis yang tadi berteriak itu.
"Ah bagus..kau sedang mengatasi kasus ini kan?" Kata gadis itu.

"Tentu saja."

"Aku minta untuk mempercepat penyelidikan ini!" Gadis itu masih memakai seragam sekolah.

"Memang menurutmu penyelidikan ini seperti wahana di taman bermain?" Nada bicara Sowon mulai tinggi.
"Hah..aku tak peduli apa yang kau pikirkan. Aku hanya meminta kalian untuk mempercepat gerak kalian!" Dia pun mengalihkan pandangannya pada ponselnya.

Saat Sowon akan membalas perkataan gadis itu, tangannya di tarik ke belakang oleh Jin yang berdiri di belakang pintu. Karena Jin tahu jika dibiarkan, lama-lama akan meledak.

"Biar ku tangani." Jin menaruh kedua tangannya di bahu Sowon.
"Permisi, nona ini adalah area terlarang. Kami mengerti kekhawatiran anda tapi, anda harus biarkan kami bekerja."

"Kau pasti petugas lain--" kata gadis itu ternganga oleh ketampanan Jin saat dia berbalik setelah memainkan ponselnya.

"Ada apa?" Kata Jin mengangkat sebelah alisnya.

"Eh... Aku..aku hanya.." Gadis itu bingung mau berkata apa, dia malu atas perkataan nya tadi dan teriakannya itu.

"Boleh saya tahu anda siapa?" Walaupun nada Jin dingin, sepertinya anak gadis itu tidak takut.
"Aku Sana... Anak dari Lee Je In" kata gadis itu sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga sambil tersenyum, bersikap seolah dia polos.

"Oh begitu."

Setelah mendengar siapa Sana, tiba-tiba Jin bersikap ramah. Sowon memperhatikan mereka dari belakang sambil menyilangkan kedua tangannya dan mengangkat sebelah bibir nya.

"topeng yang bagus.." kata Sowon entah itu mengatakannya pada Sana atau Jin.

"Anda tak keberatan jika kami membawamu ke kantor polisi untuk di interogasi?" Tanya Jin.
"Tentu saja tidak." kata Sana tertawa kecil dan yang masih bersikap genit.

"Baiklah. Setelah selesai disini kami akan menyusul anda ke kantor." Jin tersenyum lalu menyuruh salah satu polisi untuk mengantar Sana.

"Kau mahir menangani dia." Kata Sowon setelah Jin berdiri didepannya.

"Heh, aku punya kepala dingin." Jin seolah menyindir Sowon. "Ngomong-ngomong, siapa yang melapor kematian Tuan Lee?"

"Salah satu pembantunya. Tuan Lee sudah tergeletak dilantai, dan sepertinya tidak ada yang mendengar suara tembakan."

"Kau sudah menginterogasi semua yang ada dirumah ini? Aneh sekali Sana baru ada sini." Sowon mengerutkan keningnya.

"Tentu, semuanya mengatakan tak melihat apapun yang mencurigakan. Tak ada yang satu ruangan dengan Tuan Lee sebelum dia diserang. Kemarin Sana sedang ada diluar kota, karena itu kita baru melihatnya sekarang." Jin menarik lengan Sowon, Sowon yang sedang berpikir tentunya terkejut.
"Ayo kita pergi ke lantai dua."

"Aneh, mengapa Tuan Lee dibunuh ya?" Tanya Sowon sambil menaiki tangga.
"Dia adalah salah satu investor penting Montravy. Jika Montravy yang membunuh, tidak akan masuk akal."

Jin mengangguk. " Kita tak tahu status kerja sama Tuan Lee dan Montravy masih berjalan atau tidak. Jika ada yang membunuh selain Montravy, itu adalah musuh baru kita."

"Atau sekutu." Kata Sowon menambahkan. Jin memandang Sowon dengan tatapan aneh, "apa? Dia ingin menghancurkan Montravy." Sowon mengangkat kedua bahunya.

Saat mereka sampai dilantai dua, mereka berhenti didepan pintu kayu besar. Pintu itu dihiasi dengan ukiran dan gagang pintu yang berlapis emas.

"Sungguh berlebihan." Sowon menggelengkan kepala saat melihat pintu itu. " Ruangan apa ini?"

Detective in LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora