PART - 29

143 39 5
                                    

"Ayo pergi berbelanja!" Sowon menarik tangan Jin, dan segera pergi ke pusat perbelanjaan.

Dalam perjalanan kesana, Sowon melanjutkan percakapan saat di dapur tadi. Dan untuk membuat suasana tidak canggung didalam mobil karena hanya dengan menyalakan radio saja tidak cukup.

"Ini kan hanya sebuah pesta pernikahan. Memangnya wajib membawa pasangan? Bagaimana dengan orang-orang yang belum punya pasangan?"

Jin menarik nafas panjang, lalu tanpa melepas pandangannya dari jalan dia menjawab pertanyaan Sowon.
"Sebenarnya, aku membawamu karena jika aku tidak membawa pasangan, orang tuaku akan memperkenalkanku pada seorang wanita. Mereka selalu seperti ini ketika ada acara keluarga, memaksaku untuk pergi makan malam dengannya dan berharap kami akan menjadi sepasang kekasih."

"Jadi... Kau bilang, kau sudah menemukan seseorang. Lalu orang tuamu meminta untuk memperkenalkan 'seseorang' ini."

"Kau memang cepat menyimpulkan."
Jin menyeringai dan tertawa kecil,
"Aku bilang, aku akan membawa pasanganku sendiri. Dan mereka terdengar sangat bersemangat."

"Kita hanya datang sebagai teman, jangan buat orang tuamu berharap lebih. Dan tentu mereka terdengar bersemangat, putranya yang gila kerja akhirnya dekat dengan seorang perempuan." Kata Sowon dengan nada mengejek, lalu memutar bola matanya.

"Aku tidak 'gila kerja'." Jin mengutip dengan salah satu tangannya.

"Tidak ada satupun bahan makanan dirumahmu, dan kau baru saja bilang kau jarang pulang kerumah. Sangatlah terdengar gila kerja. Pantas saja kau belum menikah, jika menikah pun istrimu akan memintamu untuk menikah dengan pekerjaan."

"Entah mengapa aku lebih merasa nyaman di ruanganku, dan bukan berarti aku bekerja 24 jam."

"Lalu apa yang kau lakukan?"
Sowon mengangkat salah satu alisnya.

Pertanyaan Sowon membuat Jin terdiam sesaat dan kelihatannya dia sedang berpikir keras untuk menjawab yang ini.
"Ya... Membaca buku, membaca dokumen-dokumen... Ah ya sepertinya aku memang gila kerja." Jin memutar bola matanya sambil menggelengkan kepalanya menerima kenyataan yang baru ia sadari saat ini.

"Aku selalu benar. Aku tanya sekali lagi, mengapa aku? Kau bertemu dengan banyak wanita... Apa jangan-jangan kau--" Mulut Sowon ditutup oleh salah satu tangan Jin, lalu setelah itu ia mencubit hidung Sowon sambil menggoyangkannya.

"Jangan mengada-ada." Jin menatap tajam Sowon. Terlihat Sowon memegang hidungnya yang merah sambil kesakitan,
"Saat bertemu dengan mereka... Aku tahu yang mereka inginkan adalah harta atau tubuhku, menjijikan." Jin bergidik, wajahnya menjadi suram seakan teringat sesuatu.

"Terlihat dari tatapan yang mereka berikan. Semua sama saja... Aku sudah menyuruh orang tuaku untuk berhenti dan biarkan aku memilih pasangan sendiri, dan semoga setelah ini semuanya berhenti."

"Maaf, aku tidak bermaksud mengungkit... Tapi apakah kau punya sebuah trauma?"

"Tidak. Hanya saja aku sudah muak dengan kelakuan mereka, dan untuk menjawab pertanyaanmu sekali lagi, kau adalah satu-satunya yang dekat denganku."

"Sangat muak, sehingga kau memandang mereka semua itu sama?" Sowon bersender dan menyilangkan tangannya, lalu memandang keluar jendela.

"Tentu tidak. Buktinya aku tak akan mau pergi denganmu saat ini. Kau hebat sekali sampai berani seperti ini bahkan setelah apa yang terjadi semalam."

Wajah Sowon memerah. Sowon masih memikirkan hal yang lain, karena bahasa yang digunakan Jin sangatlah membuat pikirannya berimajinasi yang aneh-aneh. "Mari jangan mengungkit itu lagi! Aku masih tidak percaya padamu."

Detective in LoveWhere stories live. Discover now