PART - 8

415 67 4
                                    

Sowon menaikan kecepatan mobilnya, saat dalam perjalanan Sowon mengingat kembali mimpi buruknya.
Bukan sekedar mimpi buruk, tapi, itu sebuah ingatan.

Kejadian dua puluh tahun yang lalu, akhir-akhir ini Sowon mengalami mimpi buruk yang sama, tak pernah ada kemajuan dalam mimpinya.
" Mengapa ingatan itu kembali... Dan dalam bentuk mimpi? Aku sedang melakukan semampu ku." Sowon mulai berkaca-kaca.

Setelah kejadian itu Sowon menjalani terapi dan ditempatkan di panti asuhan, karena tak ada yang bisa menjaga Sowon, ayahnya pun menghilang. Tak lama di panti asuhan, Sowon di adopsi oleh pasangan kaya yang tak bisa memiliki anak. Sowon menjadi anak kedua dari tiga bersaudara, walaupun mereka tidak sedarah, mereka sangatlah akur dan Sowon memiliki masa kecil yang bisa dibilang bahagia.

Untuk investigasi siapa yang menjadi pembunuh ibu Sowon masih menjadi misteri, sudah dilakukan penyelidikan namun karena kurangnya petunjuk, polisi memilih menutup kasus setelah 4 tahun di buka.

Itulah salah satu alasan Sowon ingin menjadi seorang detektif, untuk mencari kebenaran dari masa lalunya.
" Tak apa ibu...aku akan menemukannya." Sowon mengencangkan tangannya di setir, " setelah kasus ini, aku menjalankan investigasi lagi."

Beberapa menit berlalu, Sowon sampai di sebuah kawasan perumahan. Rumah-rumahnya sangatlah sederhana dan kecil. Sowon sedang melihat sekelilingnya dari dalam mobil, hanya ada lampu halaman depan rumah yang menerangi, " Ayolah, yang mana rumah mu Jae Hwa."

Lalu Sowon melihat sebuah rumah yang gelap tetapi pintunya terbuka. Merasa ada yang aneh, Sowon langsung memakirkan mobilnya dan berlari keluar. Sowon mulai berjalan perlahan saat mendekati pintu, perlahan ia memasuki rumah dengan pistol di tangannya.

Sowon menelan ludah dengan gugup, " Jae Hwa...kau disini?" Sowon berkata melihat sekeliling dengan lampu dari HP-nya. Saat memasuki dapur, situlah Sowon melihat sosok dengan matanya yang bersinar berwarna hijau, Sowon ingin berteriak tapi tubunya membeku dan mulutnya pun sulit dibuka.

Sosok itu melihat Sowon, gerakan kepalanya sangatlah kaku. Menatap Sowon dengan tatapan psikopatnya, dia mengarahkan lampu Hp-nya ke sosok tersebut,  dan melihat Jae Hwa terbaring di lantai berlumuran darah, tetapi, masih terlihat bernafas.

" J-jae Hwa!" Sowon berteriak, " kau! Siapa kau?!" Sowon menatap mukanya baik-baik,  dia seorang pria, tapi Sowon tak kenal wajahnya. Berambut hitam lurus menutupi dahi, hidungnya kecil dan lumayan mancung, dan matanya yang bulat dengan irisnya yang menyala.

" Katakan siapa dirimu atau aku tembak." Kata Sowon menodongkan pistol ke arahnya, " cepat katakan selama aku masih bersikap baik." Kata Sowon dengan tajamnya. Tetapi, sosok itu diam saja, seakan menerima sebuah informasi. " Sowon!" Terdengar suara jin dari luar yang sedang berlari.

Saat mendengar itu, sosoknya langsung berlari mencoba untuk kabur, " BERHENTI!" Sowon berteriak dan menembakkan peluru, lalu mencoba untuk mengejar tersangka.

Tapi pergerakkannya terlalu cepat, membuat Sowon kesusahan, ditambah lagi dengan pencahayaan yang kurang. Sowon hanya bisa mengejarnya lantai dua, lalu setelah itu tersangka menghilang. Mungkin dia loncat dari atap ke atap.

" Sowon! Kau di atas?!" Jin memanggil Sowon. Sowon menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya, dia masih bergetar dari kejadian tadi.
"Y-ya..aku akan segera kebawah." Sowon langsung pergi.

" Kirimkan paramedis! aku akan coba perbaiki lampunya" kata Jin kepada rekan polisi yang lain. Sowon langsung pergi ke sisi Jae Hwa, lalu ia memegang tangannya, untunglah masih hangat.
" Jae Hwa...siapa yang melakukan ini padamu?" Sowon menatap Jae Hwa yang sedang sekarat.

Tetapi, Jae Hwa tersenyum, dan mencoba mengatakan sesuatu.
" Aku...harus...pergi." kata Jae Hwa,
" Jangan pergi, kau harus hidup." Kata Sowon, " kau bisa membantu kami." Lanjut Sowon.

Akhirnya Jae Hwa menutup matanya, tak ada yang bisa Sowon lakukan. Saat paramedis datang, mereka membawa Jae Hwa ke rumah sakit.

" Sowon, apa yang kamu lakukan ini benar-benar bodoh, ini sangatlah berbahaya, dan kau memilih untuk pergi sendiri?" Kata Jin dengan nada tegas, Sowon menatap lantai, " aku tak bisa menunggumu detektif Kim, inj darurat." Kata Sowon menatap Jin sambil mengerutkan keningnya.

" Kau bisa saja ikut terbunuh! Kau harus menjaga dirimu sendiri." Kata Jin, Sowon tak dapat menjawab lagi, dia terlalu lelah untuk berdebat dengan atasannya.

" Maafkan aku, sekarang, sebaiknya kita melihat sekeliling." Kata Sowon.

Saat Sowon mendekati tempat dimana Jae Hwa terbaring, dia melihat pisau yang digunakan oleh tersangka. Seketika Sowon teringat akan mimpinya, pisau yang berlumuran darah itu membuat Sowon sesak dan berkeringat dingin.

Muka Sowon menjadi pucat dan kepalanya serasa berputar, " Ada apa?" Kata Jin sambil memegang bahu Sowon,
" Aku tak apa... Hanya butuh udara segar, permisi" kata Sowon lalu berjalan keluar.

Jin hanya memandang Sowon pergi, dan melanjutkan pekerjaannya.

~~~
Di suatu tempat

" Kau sudah melakukannya?" Kata seseorang yang sedang duduk di sebuah kursi. " Ah... akhirnya dia kembali, Sowon ku tersayang".

~~~
Thanks for reading! ❤️
Stay strong Sowon, we'll always love you.

Detective in LoveWhere stories live. Discover now