PART - 24

167 38 2
                                    

"Ngomong-ngomong... Kau tak mendengar sesuatu semalam?" Tanya Sowon lalu menaruh kopinya di atas meja.

"Umm... Sepertinya tidak. Setelah kau pergi ke kamar, kau benar-benar sunyi." Sana masih sibuk dengan ponselnya walaupun sedang makan.

"Entah kenapa tubuhku benar-benar sakit. Tapi, pada akhirnya dia tak mengambil apapun kan?"
Sowon sibuk dengan pikirannya, sehingga tak sadar bahwa dia hanya memandang sepiring panekuk yang ada didepannya.

"Hey, kau tak makan?" Sana menaruh ponselnya dan kini menatap Sowon yang sedang melamun. "Hey! Hey!" Sana melambaikan tangannya didepan muka Sowon, hingga akhirnya Sowon tersadar lalu menggeleng-geleng kepalanya.

"Ah maaf. Pikiranku selalu penuh. Aku harus membuang kebiasaan itu."

Ada kesunyian sebentar karena mereka sibuk dengan makanan masing-masing.
"Sana, jika Detektif Kim bertanya bagaimana cara untuk memecahkan kode ayahmu... Tolong jangan beritahu dia."

Sana mengerutkan keningnya sambil menatap Sowon. Dia skeptis dan juga khawatir, "Mengapa?"

"Karena lebih baik hanya aku yang tahu. Percayalah, dan berjanji padaku." Sowon mengulurkan tangannya untuk dijabat, setelah terdiam sebentar Sana menjabat tangan Sowon.

"Kalau begitu antar aku ke sekolah... Dan bolehkah aku meminjam uang mu?"

"Kamu serius?"

Sana mengangkat bahunya, "Aku tak punya uang, aku sudah bangkrut." Lalu menunjukkan semua sakunya yang kosong.

Sowon memutar matanya dan menyerahkan beberapa lembar uang.
"Untuk apa aku mengantarmu? Kau bisa naik bus."

"Karena kau bisa menyetir, mengapa harus susah? Lagipula aku sudah berjanji." Sana tersenyum lalu memiringkan kepalanya.

Sowon tertawa, "kau memang licik, Baiklah ayo."

Mereka segera berangkat setelah sarapan selesai. Jarak sekolah Sana dengan apartemen Sowon ternyata cukup jauh.

Akhirnya mereka sampai, Sowon berhenti dipintu masuk sekolah. Sekolah Sana terlihat megah dan modern, memang sekolah orang kaya  berbeda dengan sekolah umum.
"Aku sangat terkesan... Berapa biaya sekolah disini?" Sowon melihat-lihat dari jendela mobilnya.

Sana tak menjawab pertanyaan Sowon, dan dia juga tak segera keluar setelah sampai. Sowon menoleh dan melihat Sana sangat gugup, wajahnya pucat dan tangannya bergerak dengan gelisah. Dia tampak tersesat dalam pikiran,
"Hei... Semua akan baik-baik saja." Sowon menaruh satu tangan dibahu Sana, dan mengusapnya perlahan.

Sana sedikit terkejut dan menatap Sowon. Tatapan Sowon yang hangat dan lembut membuat hati Sana langsung tenang, rasanya seperti memiliki seorang ibu... Atau yang lebih pas, kakak perempuan.
"Aku akan bekerja keras. Aku akan mencoba membangkitkan bisnis ayahku lagi." Sana tersenyum lebar sambil mengepalkan tangannya dengan semangat.

"Baguslah, perbaiki sikapmu dan nilai-nilaimu. Sekarang mungkin ada rumor yang tersebar karena teman-temanmu ditangkap polisi, jadi, tetaplah kuat."

Sana mengangguk, dan segera keluar dari mobil. Terlihat orang-orang disekitarnya mulai menjauh dan berbisik pada temannya. Sana hanya menatap mereka dan menegapkan postur tubuh, dan lanjut berjalan dengan percaya diri.

-~~~-

Sowon turun dari mobilnya yang sudah diparkiran dan berjalan menuju kantor. Dengan informasi yang ia dapatkan kemarin malam, Sowon merasa bisa lebih berhati-hati didalam kantor.

Sowon yang baru saja menaruh kantongnya di atas meja, di sapa oleh Jimin dengan senyuman, "Selamat pagi detektif Sowon."

Sowon membalas senyumannya, "Selamat pagi, ada apa Asisten Park?'

Detective in LoveDär berättelser lever. Upptäck nu