Chapter 98 - What I've Done? (Part 2)

3.6K 264 17
                                    

Isn't it lovely, all alone
Heart made of glass, my mind of stone
Tear me to pieces, skin to bone
Hello, welcome home

Walking out of time
Looking for a better place (looking for a better place)
Something's on my mind
Always in my head space

Soundtrack : Lovely
By : Khalid with Billie Eilish


Chloe

Oh God.

Berharap aku bisa menembakknya, yang ada hanya bantal di sebelahnya yang terkena peluruku.

Hening.

Tidak ada suaraku lagi yang terdengar. Untuk beberapa saat aku terisak, napasku tersengal-sengal, dadaku begitu sakit, sangat sakit juga sesak di dalam sana. Aku berusaha keras mengontrol emosiku.

"I hate you," suara lirihku kembali terdengar.

"Wake up."

"Wake up."

"Wake up, so I could kill you."

"Wake up."

Aku masih menatapnya walau aku menjerit hebat di dalam sana akan kenangan indah bersamanya yang terekam seperti video streaming di dalam sana. Aku masih bertahan walau air mataku terus mengalir membasahi pipiku juga lengannya tempatku bersandar sekarang.

"Di manapun kamu sekarang. Apapun yang kamu lakukan, just wake up."

"Biarkan aku mengakhiri ini semua."

"Biarkan aku membebaskan diriku."

"Ini terlalu sakit."

Semakin lama suaraku semakin lirih, bahkan aku susah mendengarnya, bahkan dadaku begitu sesak sekarang hingga aku kesulitan bernapas.

"Aku tidak kuat lagi."

"Aku tidak tahan dengan semua ini, Tristan."

"Berhentilah menyiksaku."

Tanpa sadar aku membenamkan wajahku ke lengannya dengan tanganku yang terdiam di atas dadanya, masih memegang kaosnya di dadanya itu, juga dengan pistol yang masih aku pegang begitu erat.

"Wake up, Tristan."

"Wake up."

"Bukalah matamu."

"Tinggalkan semua yang kamu lakukan di sana, apapun itu."

Bukannya menjauh dan bangun, yang ada aku semakin menenggelamkan wajahku di lengannya itu, sedikit bergeser ke dadanya hingga aroma itu kembali tercium, ya, aroma yang dulu selalu memabukkanku, woody musk. Seperti merindukan aroma tubuh alaminya itu, tanpa sadar tubuh bodohku semakin mendekat dan memeluknya begitu erat. 

"Wake up."

"Just wake up."

Bibirku terus bergerak mengucapkan kalimat-kalimat itu. Entah untuk berapa lama, bahkan aku tidak menghitungnya, hingga mataku terpejam walau masih mengucapkan kalimat itu, hingga bibirku tidak bergerak lagi dan aku terlelap begitu saja dengan dadaku yang terasa begitu sakit juga sesak di dalam sana.

6 AM

Seperti biasa alarm biologisku membangunkanku begitu saja, seperti tidak peduli aku sedang bermimpi atau tidak.

Perlahan mataku mengerjab-ngerjab. Belum sampai aku membukanya dengan sempurna, aku kembali memejamkan mataku. Bukannya aku tidak mau membuka mataku, namun aku merasakan sesuatu yang bergerak begitu pelan.

The Enemy in My Bed - #hackerseries 2.0 [✅] 🔚Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz