Chapter 19 - Do You Have a Tattoo?

7.3K 407 15
                                    

Chloe

Wanna ride with me?

Kalimat itu berulang di otakku.

Oh c'mond.

Itu pertanyaan retorik. Hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi dan jawabannya sudah jelas, my answer is yes. Apa lagi?

Mungkin aku bisa mengatakan, habis gelap terbitlah terang, untuk apa yang terjadi denganku ini. Quote yang begitu bold, judul dari sebuah buku lebih tepatnya, dari salah satu wanita pejuang emansipasi wanita dari hmm, salah satu negara di benua asia sana, itu yang aku tahu.

"Ya, let's ride," ucapku pelan dengan senyum mengembang di bibirku.

Surprize, laki-laki kutub utara ini memang penuh dengan kejutan. Oh, apa dia selalu seperti ini? Entah kejutan apa lagi yang akan dia berikan nanti, selama empat jam ke depan.

Sesaat aku kembali teringat, kejadian manis di rumah sakit tadi. Oh God, dia menciumku lagi, ya, lagi. Bukan kecupan tetapi ciuman. Bukan ciuman sepintas, namun ciuman yang hmm, lama, ya, aku baru pertama merasakan ciuman lembut juga dalam yang begitu lama, entah berapa lama, hingga aku tidak lagi merasakan sakitnya jarum yang disuntikkan di kulitku, hingga aku melupakan apa yang dokter itu lakukan pada kulitku, hingga kalimat dokter itu terdengar, hmm, seperti lonceng peringatan bagi Tristan untuk melepaskan ciumannya dariku. Walau jelas aku tidak ingin dia melepaskan ciumannya dari bibirku.

Satu hal yang aku tahu dari Tristan, dia tidak ingin melihatku kesakitan, tidak ingin aku merasakan sakit, lebih tepatnya, apapupun penyebabnya. Hmm, apa dia akan selalu begitu? Tidak akan membiarkan aku kesakitan? Oh God, begitu manis.

Jika aku kembali mengingat kejadian di mana dia mencimku sebelumnya, ya, saat kakiku terkilir, di mall itu. Ciuman pertamanya padaku. Pertama? Really? Oh no, aku tidak ingin mengingat kejadian malam saat di yacht itu, saat kami berada di atas satu tempat tidur, okay, aku memang tidak ingat sama sekali apa yang terjadi sebenarnya, but I'm fine now.

Tanpa sadar aku mengelus bibirku dan dalam hati aku tersenyum, hey, sensasi ciuamnnya yang memabukkan itu masih kurasakan. Dan aku seperti gadis bodoh sekarang, yang menginginkan ciumannya lagi. Stop it, Chloe!

8.45 AM

Sepintas aku melihat jam tanganku. Masih pagi, udara sejuk begitu terasa, seharusnya, jika aku membuka jendela kaca di sampingku, namun itu tidak aku lakukan.

Seperti biasa, Tristan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, seperti diburu oleh waktu. Aku mulai berpikir, mencari bahan pembicaran. Sempat terlitas dalam pikiranku untuk menanyakan dua orang yang mengejar dan menyiksaku tadi, namun dengan cepat aku mengurungkannya.

"Hmm, Tristan."

"Ya," jawabnya dengan mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Hmm, ponselku, aku melemparnya saat dia menjawab teleponmu, hmm, mengucapkan kata ancaman itu," sesaat aku berhenti, memastikan Tristan mendengarku, ini penting bagiku, "hmm, apa kamu mengetahui di mana aku berada dari ponsel itu?"

Tristan masih menatapku, masih belum ada kalimat yang dia ucapkan.

"Yang aku tahu, dibutuhkan waktu beberapa menit untuk mengetahui posisi seseorang dari ponselnya, hmm, dan aku yakin hanya beberapa detik sebelum aku melempar ponselku itu."

Lagi, dia masih terdiam, seperti memikirkan sesuatu, oh, no, itu hanya perkiraanku saja, nyatanya, aku tidak bisa membaca ekspresi datarnya, selalu tampak sama bagiku.

The Enemy in My Bed - #hackerseries 2.0 [✅] 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang