Chapter 6 - Are You Kidding?

15K 614 19
                                    

Tristan

Bersiaplah untuk perang dunia ketiga.

Bukan medan perang yang aku tuju sekarang, melainkan bangunan putih dua lantai yang begitu menenangkan. Bangunan yang aku sebut dengan kata rumah. Hmm, sudah tiga tahun aku tinggal di sana, bersama kakakku, juga kakak iparku, dan ya, tiga kurcaci itu, triplet mereka, yang begitu lucu. Dua kata, perfect life, bukan untukku namun untuk kehidupan kakakku, tentu saja.

WELCOME TO ANDERMATT

Sepintas aku melihat tulisan itu, begitu jelas. Tulisan yang menandakan sebentar lagi aku akan mencapai tempat tujuanku, rumahku.

Dag dig dug. Jantungku mulai berdetak begitu cepat sekarang. Kurang dari lima belas menit, aku akan mencapai rumah yang begitu menenangkan, sebelumnya, mugkin tidak untuk beberapa menit ke depan.

Be a gentleman.

Mungkin itu kata yang tepat untukku sekarang. Menghadapi apapun yang akan terjadi nanti. Apapun yang akan kakakku lakukan padaku lebih tepatnya.

Aku sadar telah membuat mereka begitu khawatir, bukan hanya terhadap diriku, namun juga kehidupan kakakku, yang sudah tiga tahun belakangan ini mereka jalani dengan begitu tenang.

No mafia.

No crime.

No gun.

No fear.

It's just a beautiful life.

Ya, seperti itu lah kehidupan yang kakakku jalani setelah menikah dengan kakak iparku, Thea, istri tercintanya. Wanita yang dia perjuangkan dengan segala kemampuan yang dimilikinya, bahkan dengan nyawanya sendiri, itu jelas. Hmm, perjungan cinta yang seperti itu, hmm, yang aku bisa mengatakan begitu berat itu, belum ada dalam kamusku, bahkan tidak ada di dalam bayanganku sekalipun.

Cinta, love, milovat, liebe, armastus, amour, entah apa namanya, yang pasti aku belum pernah merasakanya. Aku sadar, aku sudah berumur sembilan belas tahun sekarang, namun, apa yang salah dengan itu? Tidak ada!

Yang aku tahu, aku sangat menyayangi kakakku, juga keluarga kecilnya, dan ya, paman dan bibiku, juga keponakan cantikku yang begitu memikat, Chloe.

WHAT?

Sepintas aku kembali mengingat gadis itu. Gadis yang dipanggil Chloe oleh laki-laki yang menjemputnya, hmm, membopongnya dengan begitu cepat lebih tepatnya. Lagi, wajah cantik selayaknya malaikat itu kembali mengisi pikiranku.

'Fine,' suara batinku mulai bernyanyi.

'Lupakan.'

'Jangan bodoh.'

'Tidak akan ada gunanya.'

'Jangan buang waktumu.'

Tanpa sadar aku menghela napasku. Mencoba untuk mengosongkan pikiranku akan gadis cantik itu yang semakin lama semakin memenuhi pikiranku.

"Hentikan," kini aku mulai bergumam.

Fokus. kembali fokus. Hmm, mungkin kakakku, ya, teruslah memikirkan dia, Tristan, hmm, juga apa yang dia lakukan saat perang dunia ketiga nanti, saat aku bertemu dengannya.

"War."

"War."

"World war 3.

"Me versus my brother."

"Me versus the dictator Nathan."

"Who will win the war?"

The Enemy in My Bed - #hackerseries 2.0 [✅] 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang