Prolog

13.7K 441 45
                                    

Berada di tempat yang sangat gelap, duduk di lantai yang sangat dingin tanpa ada yang menemani. Kaki yang ditekuk menahan kedinginan serta rasa takut yang menyelimuti.

Dengan perasaan yang bingung dia berdiri memperhatikan sekeliling seolah mencari sosok yang mungkin bisa membantunya. "Ada orang di sini!" teriaknya "Ada orang di sini!" ulangnya

Cahaya muncul dari arah kananya dengan gerakan refleks dia berlari mengikuti cahaya itu namun panggilan sosok lain malah menghentikan langkahnya.

Sosok yang memakai pakain putih bersih itu berdiri di depannya tanpa berniat membalas tatapan gadis itu.

Gadis itu menatap sosok yang berdiri di hadapannya. "Kamu siapa?" tanyanya

"Kembalilah." jawab sosok itu tanpa menoleh.

"Kemana?"

"Kamu masih punya kehidupan yang panjang di luar sana."

"Tidak, tolong jangan tinggalin Saya,"

"Jika Kamu mengikuti Saya maka Kamu akan menyesal, jika Kamu kembali, Saya janji kamu akan bahagia."

"Tapi..."

"Kembalilah." sosok itu berlalu meninggalkan gadis ini.

"Tunggu!" waktu seperti berjalan lambat, hingga dirinya tidak sadar kalau sosok tadi telah menghilang.

* * *

Di sebuah kamar dengan dekorasi yang terlihat mewah terdapat seorang gadis yang tertidur dengan berbagai macam alat bantuan di tubuhnya.

Bunyi alat menandakan kalau gadis yang terbaring di ranjang masih memiliki nyawa walaupun nyawanya sudah ada di ujung tanduk.

Di kamar itu juga terdapat seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda, dia adalah Sela, nyonya yang ada di rumah ini. Sela sedang membaca di kursi sofa yang berada di kamar itu.

Langkah kaki seseorang memasuki ruangan yang secara otomatis membuat kegiatan wanita tadi terhenti. Dia menatap sosok pria berbadan tinggi yang memasuki ruangan dengan senyum tulusnya. Dia adalah Chayadi, seorang pengusaha yang cukup terkenal

"Tumben, Mas, pulangnya cepat." ucap Sela sembari mencium tangan Chayadi.

"Iya, kebetulan pekerjaan di kantor nggak numpuk jadi pulangnya bisa cepat."

"Yaudah, Mas mandi dulu habis itu kita makan." Sela hendak meninggalkan ruangan.

"Sela,"

"Iya Mas?"

Chayadi kini berjalan mendekat ke arah kasur, duduk di ujung kasur sembari mengusap rambut gadis yang terbaring di hadapannya.

"Kamu kapan sadar?" ucapnya dengan senyum.

Sela berjalan kearah Chayadi, "Sabar aja, Mas,"

"Cepat sadar yaa, dunia penuh warna ini menunggu mu." Chayadi bangkit dari duduknya kemudian mencium kening gadis yang terbaring itu.

* * *

Dia terduduk, melipat kaki serta menenggelamkan wajahnya. Suasana di tempat ini sungguh sangat membuatnya takut, Dia ingin berlari keluar dari alam gelap ini namun dia tidak tahu arah jalan.

"Kamu kapan sadar?"

"Sabar aja, Mas,"

"Cepat sadar ya, dunia penuh warna ini menunggumu."

Suara-suara itu berhasil menggema di alam gelap ini, gadis itu berusaha bangkit, berlari mengikuti arah suara tanpa arah itu.

Hingga akhirnya dia melihat sebuah pintu, entah datang darimana tapi ini kali pertamanya ia menemui pintu itu, pintu dengan ukiran kuno yang terbuat dari kayu. Dibukanya pintu itu dan alhasil dia malah seperti masuk kesebuah gulingan angin yang membawanya entah kemana.

"Aaaaa!"

Kini dirinya berada di sebuah ruangan, ruangan yang sangat asing di pandanganya dengan dua orang yang bercakap namun dia sama sekali tidak mengenali orang itu. Apakah ini sumber suara yang sempat dia dengar tadi?

Kemudian dia beralih menatap ke arah kasur, sosok gadis yang mirip dengan dirinya terbaring di tempat itu. Apakah ini adalah tubuhnya? Tanpa berpikir panjang dia akhirnya masuk kedalam tubuh itu.

* * *

Tubuh yang awalnya kaku perlahan ia mulai merasakannya, berusaha menggerakkan anggota tubuh itu dan alhasil hanya jari tangannya yang mampu ia gerakkan.

Penglihatan yang awalnya blur kini  semakin jelas, dia mulai menatap sekelilingnya yang nampak asing, ingin mengeluarkan suara namun itu sangat berat.

"Saya mandi dulu,"

"Iya, Mas."

Chayadi berniat meninggalkan tempatnya namun langkahnya terhenti ketika matanya tak sengaja melihat pergerakan dari jari gadis itu."Dia, sadar," ucap Chayadi

Sela sontak mendekat ke arah kasur. "Alhamdulillah,"

"Telpon Dokter Aisar,"

"Iya, Mas."

30 menit dan akhirnya Aisar_Doker keluarga Chayadi, datang dengan tas yang yang berisi alat-alat kedokterannya. "Kamu ingat sesuatu?" tanya dokter Aisar.

Gadis itu menatap semua orang yang berdiri di sekelilingnya namun nihil dia tetap tidak mengenal seorang pun yang ada di ruangan itu. Jangankan seseorang, dia bahkan tidak bisa mengenali dirinya sendiri. "Saya, di mana?"

"Kamu ingat nama mu?" tanya balik Aisar.

Gadis itu berusaha berpikir namun lagi-lagi dia tidak bisa menginggat apapun. "Ahk!" ringisnya

"Jangan dipaksa, lebih baik kamu beristirahat." jelas Aisar kepada gadis itu.

Tanpa membantah gadis itu langsung membaringkan tubuhnya. Sebelum memasuki alam mimpi dia masih terus memaksa untuk memutar ingatannya itu.

Digenggamnya tangan Sela
"Nama Saya siapa?"

"Nama kamu, Vacha Chayadi."

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Vacha Chayadi, apakah dia pengganti Keyla Putri Wijaya?

Atau justru dialah lawan main Keyla Putri Wijaya?

Atau mungkin dia wanita yang akan mendampingi Naufal?

Atau dia juga terlibat dalam sebuah memori masa lalu?

Ada banyak kata atau untuk Vacha Chayadi namun, kita sama-sama belum mengetahui sosoknya itu

UNTUK KEHIDUPAN SEBELUMNYA, KALIAN BISA BELI NOVEL "KEYLA", INFO LENGKAP BISA LIAT DI CERITA SAYA YANG BERJUDUL "KEYLA";))

Inesperado | ✔Where stories live. Discover now