"Tidak juga."

"Kalau begitu jangan tanyakan pertanyaan apapun itu yang mengarah kepada hal pribadi."

"Baiklah, tidak akan aku ulangi. Kau tahu? Tadi itu refleks. Lupakan oke? Lagipula kau juga dengan enteng sudah menjawabnya."

Apa-apaan itu, Sam memutar bola matanya dan menghela napas. Ini seenarnya Nancy yang bodoh dengan bertanya seperti itu apa justru dirinya yang bodoh karena menjawab refleks tanpa berpikir ulang.

"Next... Sebenarnya aku sedikit ragu menanyakan hal ini, tapi... aku harus mengatakannya." Nancy terdiam sesaat melihat ke arah Sam dengan was-was. "Apa kau tidak tahu caranya mengekspresikan wajah sesuai dengan emosi hatimu?"

Si gadis meringis sendiri dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkannya. Menggigit bibir dalamnya, Nancy hanya berharap jika Sam tidak akan mengamuk.

Tapi tanpa diduga, ternyata reaksi Sam jauh dari prediksi. Sam terkekeh mendengar pertanyaan konyol itu. "Itukah alasanmu memanggilku dengan sebutan manekin?"

"Kurang lebih." Nancy ikut terkekeh dengan sedikit paksaan karena tidak tahu bagian mana yang lucu dari pertanyaannya. Atau ternyata tawa Sam hanya tipu belaka? Karena tidak menutup kemungkinan jika pria itu mengamuk secara tiba-tiba.

Sam menghentikan tawanya, menatap Nancy dengan pandangan lurus membuat si gadis salah tingkah dibuatnya.

Oke, ini adalah situasi yang canggung dan tidak mengenakkan bagi Nancy.

"Tidak ada lagi yang ingin kau tanyakan? Kalau ada cepatlah karena mood-ku sepertinya sedang dalam mode bagus. Tapi jika tidak, itu akan lebih baik," ucap Sam datar seraya memajukan wajah dan memelankan nada bicaranya. "Karena sungguh, suaramu membuatku ingin melemparmu ke antariksa."

Nancy tersenyum sebagai balasan membuat Sam sedikit keheranan meski ia tidak menunjukkan lewat ekspresi wajahnya.

"Tapi aku sangat senang mendengar suaramu."

Sam terdiam dengan pandangan masih menatap tepat di manik mata si gadis.

Ya, mungkin itu adalah sebuah kata sederhana dan ringan untuk diucapkan oleh sebagian orang. Tapi, tidak ada yang tahu jika perkataan Nancy barusan memiliki dampak yang cukup kuat untuk menyentuh sisi sentimentil seorang Samuel D. Miller.

Nancy mengangkat alis melihat Sam yang tampak masih terdiam. Tak ayal, hal itu sedikit membuat Nancy sedikit merasa bersalah sekaligus gugup karena tatapan Sam yang masih belum lepas. "A-apa perkataanku ada yang salah?"

Perhatian Sam kembali tersadar, ia lalu membenarkan posisi duduknya seperti semula. "Tidak," singkat Sam.

Nancy membuang napas lega. "Ugh! Syukurlah. Aku kira akan mati disini karena ucapanku."

"Tapi..."

Merasa kaget, Nancy spontan kembali menatap Sam takut-takut jika Sam bereaksi tidak terduga.

"Tapi apa?"

"Tidak jadi."

Nancy berseru kesal karena Sam cukup menyebalkan dalam percakapan yang membuat Nancy sekarang penasaran. Ya, lagipula siapa yang tidak akan kesal jika ada orang yang akan berbicara terlihat begitu serius lalu tidak jadi begitu saja.

***

Samuel menatap dirinya didepan cermin sembari memasang dasi yang tampaknya tidak mau diajak kerjasama agar cepat selesai dengan rapi.

Setelah makan dengan Nancy tadi malam, banyak hal-hal yang mereka ceritakan tentang apapun itu. Ya, meski agak terdengar aneh jika Sam banyak bicara atau bahkan bercerita, tapi itulah kenyataannya. Itupun karena ia mendapat desakan dari si gadis yang terus mengoceh melontarkan berbagai pertanyaan tidak bermutu sampai tidak terasa mereka pulang ke hotel pada jam yang sudah tepat menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Dan akhirnya, inilah yang terjadi. Bangun terlambat dan sialnya hari ini ada rapat dengan para kolega perusahan dinegara ini. Sam sendiri bingung mengenai alasan apa yang akan ia lontarkan. Padahal pertemuan rapat kali ini cukup berpengaruh pada masa depan Millerian Tech miliknya.

Menyebalkan, pikir Sam.

Sekarang sudah hampir satu menit Sam memasang dasinya yang tak kunjung berbentuk. Jika rapat kali ini bukan pertemuan penting, Sam mungkin sudah membatalkannya dan akan membakar dasi yang saat ini ia pakai dan susah diatur.

"Biar aku pakaikan."

Sam terhenti dari aktivitasnya, ia melirik seorang gadis dari balik cermin yang tengah berdiri disampingnya.

Tidak kunjung mendapat jawaban, si gadis mengangkat alisnya. "May i?"

Sam menghela napas, kemudian ia berbalik menatap Nancy yang sekarang menunjukkan senyum manisnya. Tidak lupa pakaian formal yang berbalut rapi sudah melekat ditubuh mungil si gadis.

Setelah tersenyum sekilas ke arah Sam, Nancy mulai memasangkan dasi pada leher Sam dengan begitu serius.

Sam diam-diam memerhatikannya disertai senyuman tipis menawan.

Cantik, pikirnya.

Melihat Nancy memasang ekspresi serius dan juga sangat tekun membenarkan dasinya membuat si gadis tampak lebih cantik dua kali lipat dari biasanya yang selalu menampilkan ekspresi menjengkelkan bagi Sam.

"Selesai," ucap si gadis seraya tersenyum manis dan hampir meruntuhkan keteguhan hati Sam.

Tidak ada yang tahu jika sebuah senyum sederhana nan manis dilakukan oleh Nancy memiliki sedikit dampak kecil dihati Sam. Ya, meskipun Sam tidak memperlihatkan kekagumannya itu. Karena jelas ia sangat pandai menyembunyikan suasana hatinya.

Kembali berbalik menatap cermin dan melihat hasil pekerjaan Nancy, Sam dengan tidak acuhnya berjalan ke arah kasur dimana jasnya sudah disiapkan.

"Kau bisa saja membakar dasi itu jika aku tidak memakaikannya," celetuk Nancy.

Sam membelakangi si gadis dan tersenyum miring. Apa itu? Sebuah kode agar Sam berterima kasih?

Sam hanya mendengus menanggapinya.

Nancy berdecak. "Disini orang baik tidak dihargai. Sebagai pengganti sekretarismu, Nate, aku akan membacakan jadwalmu hari ini. Jadi, dimohon kepada Mr. Sam untuk kerjasamanya. Sekarang sudah pukul 7.35 dan anda sudah telat lebih dari 15 menit."

"Aku tahu." Sam mengambil ponselnya kemudian berjalan mendahului Nancy yang masih berdiri anggun.

Melihat kelakuan Sam yang berubah drastis saat makan malam kemarin membuat ia tidak habis pikir bagaimana jalan pikiran pria yang satu ini. Selalu saja labil dengan sikap dan segala perilakunya.

Tapi jujur, sikap dan perilaku Sam yang sulit ditebak adalah tantangan tersendiri bagi Nancy. Dan Nancy, ia sangat suka dengan yang namanya tantangan.

Karena bagi Nancy, bertahan hidup dalam zona nyaman adalah sebuah kesalahan besar dimana ia tidak akan memiliki kemajuan dalam kehidupan yang singkat ini.

Mengelus dada untuk mengumpulkan sisa kesabarannya, Nancy membentuk sebuah senyum manis kemudian berjalan mengikuti langkah Sam.

Mengelus dada untuk mengumpulkan sisa kesabarannya, Nancy membentuk sebuah senyum manis kemudian berjalan mengikuti langkah Sam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sweet Psycho ✔Where stories live. Discover now