37. Masalah baru

4.8K 279 24
                                    

Sudah enam tahun berlalu, mereka bisa melewati masalah-masalah kecil dalam hidup mereka. Umur Arka sudah enam tahun sekarang, saat dia berumur tiga tahun lahirlah seorang bayi cantik bernama Naya.

Setahun yang lalu, bi Asih pergi dan pembantu ganti menjadi perempuan muda. Steffani kurang cocok dengan perempuan itu, tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin dia memecat perempuan itu, karena dia sangat membutuhkan uang.

Ya Allah, terima kasih atas kepercayaan mu. Batin Steffani sambil tersenyum di taksi.

Steffani baru saja pulang dari rumah sakit kandungan. Sekarang Steffani hamil lagi. Dia sudah tidak sabar ingin memberikan kertas pernyataan dia hamil pada Arvin.

**

"Ar-" ucapan Steffani berhenti saat dia membuka pintu kamarnya. Terlihat Arvin yang melilitkan handuknya di pinggangnya, dan di kasur ada Inem.

"Vin, kamu- hiks..."

Steffani menangis karena melihat kejadian itu, sedangkan Arvin masih bingung kenapa Inem bisa ada di kamarnya. Dia kembali ke kamar mandi untuk memakai pakaian bekas yang tadi ia pakai sebelum mandi.

"Stef, aku bisa jelasin." Ucap Arvin.

"Ga perlu jelasin apa-apa!" Bentak Steffani, dia melirik tajam ke Inem, "KAMU PERGI DARI DARI SINI!! JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI KE SINI!" Kesal Steffani.

"Ini salah paham." Ucap Arvin.

"Kamu masih pengen selingkuh sama dia?!! Silahkan! Tapi aku minta surat cerai!"

Tangan Arvin menggenggam bahu Steffani, "ini salah paham. Jangan bicara asal kaya gitu."

Inem berdiri dari kasur dan mendekat ke arah mereka. Bukannya menjelaskan, dia menangis tersedu-sedu.
"Den Arvin memaksa saya ke kamar non, hiks.. saya takut."

Plak!!!
Steffani menampar Arvin. Ia sangat kecewa dengan pernyataan itu.

"INEM!! KAMU JANGAN BICARA MACAM-MACAM YA!" Bentak Arvin.

"PERGI KALIAN!! PERGI!!!" Inem keluar dari kamar itu untuk berkemas, sedangkan Arvin kembali memegang tangan Steffani.

"Demi Allah, aku tidak berbuat apa-apa, Steffani." Ucap Arvin.

Steffani hanya diam dan menangis, "pergi Vin! Pergi..."

Perlahan tapi pasti, Arvin pergi dari kamar dan keluar dari rumah. Steffani menangis tersedu-sedu karena perbuatan Arvin sangat keterlaluan.

**

"Ma, papa mana?" Tanya Arka.

Steffani menghapus air matanya, "papa pergi sayang."

"Ke mana?"

"Engga tahu. Udah, sekarang kamu ajak Naya buat makan malam."

Arka mengangguk. Mereka makan bertiga, diam-diam Steffani mengusap perutnya yang belum membesar. Dia sangat ingin Arvin mengusapnya, dia ingin Arvin tahu bahwa dia sedang mengandung, dia ingin Arvin membelikan sesuatu yang ia idamkan.

"Ma, malam ini, Arka bobo sama mama ya? Arka mau temani mama." Ucap Arka.

Steffani mengangguk, "Naya? Mau juga bobo sama mama?"

"Mau mau.." ucap Naya.

Selesai makan, Steffani mencuci piringnya dan anak-anaknya pergi ke kamarnya. Setelah mencuci piring, dia mengunci seluruh pintu dan jendela rumahnya.

Di kamar, Arka menemukan kertas yang ada di nakas. Dia mencoba membaca surat itu. Dia mengerti saat dia membaca pernyataan Steffani hamil. Sekarang mamanya sedang hamil.

Better With YouWhere stories live. Discover now