13. Berantem

5.4K 310 5
                                    

Setelah seminggu tidak masuk karena begitu sedih kehilangan Gray. Arvin kembali lagi ke sekolahnya. Wajahnya terlihat murung, ia tidak seperti biasanya. Rambutnya tidak rapih, bekas lukanya masih ada di bagian wajahnya, bajunya keluar, pandangannya kosong, seperti orang yang dihipnotis.

Aldy yang sempat melihat Arvin, langsung bergegas menghampiri Steffani yang sedang berada di kelas. Steffani keluar kelas, dan menuju ke kelas Arvin. Ia melihat Arvin hanya diam, bengong, meskipun Erick dan Devan mencoba membuatnya tertawa lagi.

Steffani jadi ikut sedih melihat Arvin sedih, ia mencoba untuk tidak bersedih dihadapan Arvin. Kaca jendela diketuk oleh Steffani, mereka menengok, lalu Erick membuka jendela itu.

"selamat pagi... Hai..." Sapa Steffani sambil tersenyum.

"ngapain lo ke sini?" Tanya Devan.

"katanya di kelas lo ada orang ganteng? Hmm, gimana keadaannya? Bilangin sama dia, gue kangen." Ucap Steffani.

Arvin menaikan alisnya satu, lalu melihat jam tangannya,
"udah mau bel. Mending lo balik ke kelas." Usir Arvin.

Steffani mengerucutkan bibirnya, "kenapa dia ngusir gue?" Tanyanya pada Devan dan Erick.

"mungkin dia lagi-"

"gue bilang lo pergi sekarang. Lo pikir dengan lo kaya gitu bikin gue ketawa? Gue malah jadi jijik!" Bentak Arvin pada Steffani. Ucapan Arvin begitu menyakitkan.

Steffani jadi malu karena satu kelas Arvin menatapnya. Dia menatap wajah Arvin lama, setelah itu ia pergi dari kelas itu. Ia menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang menangis. Steffani sangat malu, meskipun ia tahu kalau emosi Arvin sedang naik turun, tapi ia tetap sedih karena bentakannya.
Ia segera mengusapnya dengan tissue lalu ke kelasnya.

Guru pelajaran masuk ke kelas, ia mengajar seperti biasanya. Steffani mencatat pelajaran yang diberikan, setelah itu mengerjakan tugas yang harus dikumpul hari ini.

***

"ayo ke kantin. Laper banget." Rengek Keysha.

Steffani mencatat jawaban milik Keysha dengan cepat, "bentar-bentar." hingga akhirnya sampai di ujung jawaban, "selesai. Yuk."

Mereka pergi ke kantin. Terlihat di kantin hanya ada Erick dan Devan. Steffani, dan Keysha, menghampiri mereka.
"kok berdua doang?" Tanya Keysha.

"Arvin di taman belakang." Setelah berbicara, Devan menyikut perut Erick yang keceplosan.

Steffani menghembuskan nafasnya,
"gue samperin dia deh."

"ja-jangan. Lo makan bareng kita aja." Ucap Devan.

"ga ah, kasihan Arvin sendirian."

Steffani membelikan dua bungkus nasi goreng. Ia membawakan kantong plastik itu menuju taman belakang. Devan menatap punggung Steffani yang berjalan ke taman belakang.
Sampai di taman, ia melihat Arvin yang sedang bersama seorang perempuan.

"kenapa lo masih sama dia terus Vin?"

"gue sama Steffani udah putus. Lagian gue cuma kasihan sama dia. Abangnya bilang kalau dia suka sama gue. Ya udah gue pacarin aja." sambil merapihkan anak rambut perempuan itu.

"hahahaha... Kasihan ya dia."

Terdengar suara pembicaraan dua orang itu. Steffani melihat wajah mereka, ternyata orang itu Arvin dan Melly. Ia tidak menyangka mereka seperti itu. Apa semua temannya sepemikiran dengan Arvin dan Melly?

Steffani meninggalkan taman belakang sekolah. Ia ke kamar mandi dan menangis lagi. Setelah ia dibentak tadi pagi, ia mengetahui fakta terbaru yang membuatnya sangat sakit hati. Steffani pergi ke kamar mandi untuk menangis lagi. Dia ingin sekali menangis saat ini. Semuanya hilang dari dirinya karena suatu fakta yang ia ketahui bahwa semuanya tidak tulus.

Better With YouWhere stories live. Discover now