34. Teduhnya Wanita

6.1K 317 11
                                    

Arvin sangat pusing karena urusan kafenya, ada beberapa masalah di kafe itu. Teleponnya terus berdering, Steffani terus menelponnya karena khawatir dengan keadaan Arvin. Dia tidak menjawabnya, dia terus mematikan panggilan dari Steffani.

Di rumah, Steffani khawatir dengan keadaan Arvin. Bingung kenapa panggilannya tidak dijawab oleh Arvin. Steffani kembali ke kamar dan menggendong bayinya yang menangis. Umur bayinya sudah delapan bulan, wajahnya sangat lucu karena tembam. Tapi beberapa hari ini Arvin tidak pernah mengobrol dengan anaknya.

Jam sebelas malam, Arvin pulang dan disambut Steffani. Mereka saling menatap, terlihat tatapan lelah dari Arvin, dan Steffani mengkhawatirkan itu.

"Akhir-akhir ini kamu selalu pulang jam segini. Kasihan Arka yang selalu nyariin kamu." Ucap Steffani sambil memegang tas Arvin.

"Aku baru pulang, ga usah bahas yang bikin aku tambah pusing."

Steffani mengerutkan dahinya, "kamu bilang bikin tambah pusing? Itu anak kamu loh," ucap Steffani yang sangat kecewa dengan ucapan Arvin.

Arvin berjalan ke kamarnya dan langsung menidurkan dirinya di kasur tanpa melihat anaknya. Mengetahui Arvin yang tidak melihat anaknya sama sekali, membuat Steffani kesal. Suara tangisan Arka membuat Steffani segera menghampiri anaknya dan menggendongnya.

"Mending kamu diamin di kamar atas deh. Berisik! Aku mau tidur." Ucap Arvin.

Steffani tidak menyangka Arvin bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu, untuk pertama kalinya dia seperti ini. Padahal dulu sesibuk-sibuknya dia, dia akan tetap menyempatkan waktu bermain dengan anaknya. Karena bayinya tidak diam, dan Steffani tidak membawa bayinya keluar, Arvin segera pergi ke lantai dua.

Steffani meminta tolong bi Asih untuk mengurus Arka, lalu dia menghampiri Arvin yang pergi ke lantai dua. Dia menarik tangan Arvin yang sedang tertidur.

"Cuma gara-gara kerjaan, kamu ga mau buat ngobrol sama anak kamu? Itu anak kamu, ANAK KITA!!!" Ucap Steffani.

Arvin menatap tajam Steffani, "kerjaan aku itu penting!!! Mau makan apa kalian kalau aku ga kerja?!!"

"Terus Arka ga penting? Gitu maksud kamu? Bertahun-tahun kita nunggu anak Vin, sekarang kamu malah kaya gini."

"Kaya gini gimana?!! Hah?? Uang siapa yang dipakai buat beli makanan dia?!!"

Plak!!!
Steffani menampar Arvin dengan sangat keras.

"Kamu ngungkit masalah uang?! Aku punya tabungan yang bisa aku pakai untuk gantiin semua uang kamu!!!"

Tangan Arvin sudah terangkat ingin memukul Steffani, tapi dia berhenti karena sadar ia tidak boleh memukul perempuan. Melihat air mata Steffani mengalir deras dipipi, Arvin melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar itu, tapi dia terhenti karena Steffani memanggilnya.

"Arka lebih berharga daripada uang, Vin. Dia butuh kasih sayang kamu." Ucap Steffani.

Arvin mengambil kunci mobilnya, dan pergi dari rumah itu. Itu bukan Arvin yang Steffani kenal. Arka terus menangis, dan Steffani juga menangis. Steffani menggendong Arka sambil terus menangis karena mengingat perbuatan Arvin. Setelah Arka kembali tertidur, Steffani mencuci wajahnya dan dia mengambil air wudhu. Steffani memilih untuk sholat tahajud, dia ingin mengadu pada Allah SWT, dan meminta untuk mengembalikan Arvin padanya.

Saat ini Arvin bingung ingin pergi ke mana, dia tidak mungkin pergi ke rumah papanya. Arvin hanya mengikuti arah jalan tanpa tahu tujuan, handphone Arvin berdering, itu panggilan dari Steffani, dan dia tidak menjawabnya. Tangannya mengganti saluran radio, dan tiba-tiba lagu yang diputar adalah lagu Raisa yang berjudul Teduhnya Wanita.

Bisakah kau hidup tanpa teduhnya wanita...
Yang disetiap sujudnya terbisik nama mu...
Ia cerminan sisi terbaik mu...
Lindungi hatinya, sekalipun di dalam amarah...

Mendengar setiap liriknya, membuat Arvin sadar. Dia sudah keterlaluan pada keluarga kecilnya. Ia segera memutar mobilnya kembali menuju rumah, sampai di depan rumahnya dia terkejut melihat Steffani yang tidak menutup pintunya.

"Steffani..." panggil Arvin sambil menutup pintunya.

Mendengar suara Arvin, Steffani segera menghampiri Arvin dan memeluknya dengan erat.

"Maafin aku." Lirih Steffani yang masih memeluk Arvin.

Arvin menutup pintu kamarnya, dan kembali menghampiri Steffani. Dia menangkup pipi Steffani, dan segera mencium bibir Steffani, dia menumpahkan semua perasaannya pada Steffani. Mengingat ada Arka, Steffani segera menyudahi semuanya.

"Maafin aku, Stef. Aku merindukanmu."

"Ada Arka disini." Ucap Steffani.

Arvin segera membawa Steffani menuju kamar lantai dua. Dia sudah melupakan semua rasa lelahnya, dan Arvin merindukan Steffani.

***

Setelah menyuapi Arka, Steffani mengajak Arka berbicara dan bercanda. Sesekali Arka tertawa, seolah-olah ia mengerti apa yang dibicarakan oleh Steffani. Arvin yang tadi tidur lagi setelah subuh, dia bangun dan segera menghampiri Steffani yang tertawa bersama Arka.

"Biar aku yang jagain Arka." Ucap Arvin.

Steffani meninggalkan mereka, dia mengambil susu digelas lalu diberikan pda Arvin. Setelah itu, Steffani membuatkan oat untuk Arvin, sambil bermain dengan Arka, Arvin menyuap oat yang sudah dibuatkan Steffani.

"Hari ini aku harus kerja lagi." Ucap Arvin dan menatap Steffani. Dari tatapan Arvin, Steffani tahu jika Arvin sangat lelah. Tangan Steffani mendarat dikepala Arvin dan mengacak rambut suaminya.

"Yahh, jadi jelek nih aku." Ucap Arvin merapihkan rambutnya lagi.

Steffani tertawa, lalu membantu merapihkan rambut Arvin lagi, "kalau kamu capek, istirahat," ucap Steffani.

Belum sempat membalas ucapan Steffani, Arvin menjawab panggilan dari temannya. Steffani menatapny dan menghembuskan nafasnya berat, ia kasihan dengan Arvin yang terus-terusan lembur.

"Aku ga kerja. Semuanya udah selesai." Ucap Arvin membuat Steffani tersenyum.
"Kita jalan yuk."

"Hari ini kamu istirahat aja."

Arvin menggendong Arka, "aku mau main sama Arka," lalu meninggalkan Steffani untuk pergi ke balkon lantai dua. Steffani menggelengkan kepalanya dan membiarkan mereka bermain.

**

Arvin memangku Arka dan ikut tertidur bersama Arka. Steffani menghampiri mereka dan melihat pemandangan suami dan anaknya yang tertidur. Steffani membangunkan Arvin, mereka kembali ke kamar dan memilih untuk melanjutkan tidur. Sedangkan Steffani menjemur pakaian, lalu bi Asih menggosok pakaian.

***

Vote
Comment
Share

❤️❤️❤️❤️

Better With YouWhere stories live. Discover now