Dua puluh delapan

Start from the beginning
                                    

"Ratu buka sayang.."

"Kita ngomongnya baik baik"

Mamanya mengetok pintu kamar Ratu berkali kali, tapi itu tidak mempan untuk membujuk Ratu. Sekarang bagaimana? mereka bahagia karna punya besan kaya raya, bagaimana dengan Ratu, bagaimana dengan Iqbal, semua akan tersakiti, dan ini semua karna keputusan bodoh Ratu.

Siangnya seperti janji Ratu tadi pagi, ia akan menemui David di sebuah kafe, Ratu keluar kamar, papa dan mamanya sedang bicara serius di ruang tengah, papanya memanggil berkali kali, tapi Ratu acuhkan, Ratu lalu keluar menuju kafe menemui David.

Setelah memarkirkan mobilnya Ratu langsung menuju pintu masuk kafe, tidak sulit menemukan David disana.

"Tuh lo kan yang telat"

"Gausah cengengesan gitu lo"
"Papa gue kerumah lo ga?" Tanya Ratu.

"Iya" ekspresi David mulai berubah, mungkin akan sedikit serius sampai akhir obrolan ini.

"Lo jawab apa" Ratu mulai penasaran, dari perjalanannya kesini juga Ratu tidak tau harus gimana, dia mengambil keputusan tanpa bicara sama David dulu.

"Mau nolak juga gimana" jawab David enteng, David juga sebenernya sudah lelah berdebat dengan papanya, toh akhirnya keputusan papa ngga bisa dirubah.

"Cari solusi dong Dav, gue gamau karna paksaan" Ratu mengusap kasar wajahnya, bingung mau berbuat apa.

"Ngga ada" jawab David lagi.
"Iqbal? Apa dia udah tau?"

"Belom, ngga sanggup gue" Ratu memang tidak ada niatan memberitahu Iqbal, dia tidak mau menyakiti laki laki itu, dia akan bicara kalau sudah hatinya siap.

"Jangan di tutupin, ntar hati lo tambah sakit" David menyungingkan senyum tipisnya, ntahlah apa arti senyuman itu.
"Apa mau gue bantuin lo ngomong sama Iqbal?" Tawaran ini mungkin akan sedikit mengurangi rasa khawatirnya, tapi tetap saja hati nya belum siap.

"Talita, apa perasaan lo udah hilang?" Tanya Ratu balik, karna belakangan ini Ratu tidak mendengar apa-apa lagi tentang keduanya.

"Nggak tau, chat gue ngga dibalas lagi" terlihat sekali David masih menyimpan rasa pada Talita, buktinya matanya kadang kadang melihat kearah hp nya mungkin berharap ada notif masuk.

Setelah mengobrol dengan David di kafe, Iqbal memberitahu kalau sekarang dia menunggu Ratu di depan rumahnya, membuat Ratu melajukan mobilnya di atas rata rata, kalau sampai papa nya tau Iqbal sedang menunggunya bisa jadi perang dunia ketiga.

Setelah sampai didepan rumah, benar saja mobil Iqbal sudah bertengger di depan rumahnya, Ratu melihat sekeliling rumahnua memastikan apa papa nya ada dirumah, setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Ratu lalu mendatangi mobil Iqbal. Ratu mengetuk kaca mobilnya.

"Lama?" Tanya Ratu sedikit menunduk.

"Ngga, masuk dong" jawab Iqbal dengan senyum manisnya. Ratu menurut lalu berjalan menuju kursi penumpang.

"Abis dari mana?" Tanya Iqbal yang sudah melajukan mobilnya keluar dari komplek perumahan.

"Habis dari kafe, ada yang di omongin sama temen" jawab Ratu.

Iqbal hanya mengangguk lalu kembali fokus menyetir.

"Mau kemana?" Tanya Ratu menghilangkan keheningan yang dari tadi merasuk di diri keduanya.

"Ketaman"

"Ko jauh banget" Ratu sebenarnya penasaran karna sudah hampir satu jam di mobi, dia juga sudah mulai risih karna duduk kelamaan.

"Mau ketaman bunga Ratu, kan gaasik kalau taman kota" kata Iqbal tanpa mengalihkan fokusnya kejalanan.
"Biar hati kita berbunga bunga terus" sambungnya membuat perut Ratu geli, pacarnya ini kadang suka bikin orang ilfeel sekaligus nge fly. Gimana ya?

"Kan hati aku udah berbunga bunga karna kamu" balas Ratu sambil menunjukkan wajah sok imutnya kearah Iqbal, Iqbal lalu mencubit pipi Ratu pelan. Gemas.

Untuk beberapa saat Ratu memandang wajah Iqbal lekat, menelusuri setiap inchi garis wajah nya, pikirannya masih terbayang-bayang perjodohan itu.

"Kenapa?" Tanya Iqbal yang membuat fokus Ratu buyar,
Ratu senyum sambil menggeleng lalu mengalihkan pandangannya.

Tangan Iqbal yang semula memegang stir mobil sekarang sudah beralih menggenggam tangan Ratu.

**

Sudah hampir sejam setengah tapi belum juga sampai, rasanya sesak terlalu lama dalam mobil, Ratu tidak bisa diam tubuhnya selalu saja minta digerakkan, membuat Iqbal terkekeh melihat kelakuan Ratu.

"Mending tidur gih, kira kira ini bakal sore nyampe nya" kata Iqbal, sambil mengelus rambut Ratu.

"Lama bangett.. udah pegel.." Ratu menyender di lengan Iqbal, sambil memejamkan matanya.

"Kenapa?" Tanya Iqbal yang dari tadi sebenarnya sadar kalau ada sesuatu yang di sembunyikan Ratu.

"Ngga papa"

Iqbal mengelus pelan pipi Ratu, memberikan sedikit ketenangan untuk Ratu.

"Bal, janji ya, apapun rintangannya, jangan pernah kamu lepas ngenggaman ini".

"Kamu tau ngga kemarin malam itu, aku mau ngomong itu sama kamu, tapi kamu udah bilang duluan" kata Iqbal sambil mencium punggung tangan Ratu. "Kamu ada masalah?"

Ratu menggeleng "ngga ada ko"

Ini belum saat nya, Ratu masih menginginkan moment seperti ini bersama Iqbal, mungkin suatu hari, menunggu hari yang tepat untuk Ratu bisa membaritahu tentang semuanya

*
*
*

Nobody HurtWhere stories live. Discover now