Episode 49

37 3 0
                                    

Masih pagi. Aku bangun kesiangan. Tentu saja terlambat. Gara-gara nonton drama Korea sampai jelang Subuh. Untungnya hari Sabtu jadi suasana lebih santai.

Dengan kikuk aku mendorong pintu masuk kantor.
Aku menelan ludahku melihat personil lengkap.

"Selamat pagi semuanya," sapaku memaksa tersenyum.
Semua membalas sapaku.

"Maaf Pak, saya terlambat," kataku pada Pak Tom.

"Tumben! Nggak bisa tidur, ya?" Celetuk Ongky sok tahu.

Aku melotot padanya.

"Pasti ada yang dipikirinnya," ujar Brian ikut-ikutan.

Aku melirik Brian dengan tatapan membunuh.
"Cowok-cowok sok tahu bin bawel itu menyebalkan," sindirku.

"Mikirin... ,"sambar Kushi dengan nada menggoda.

"Rin... barusan di telpon Pak Damar?" ujar Mia.

Aku terpaku. Kaku. Sekilas seolah ada yang meniupkan sesuatu di tengkukku membuatku mendadak sebeku es.

"Cie... cie...," goda Ongky.

"Cie... Rinda ditaksir Pak Damar?" ujar Pak Tom terua terang membuatku salah tingkah.

"Gosip ya, Pak. Becandaan aja temen-temen ini. Kerja sana, Ong. Cek ruangan. Jangan sampai tamunya ngomel gara-gara infocus not ready to use," semburku. Jujur jika gugup aku sering mencampur bahasa yang seingatnya saja melintas dalam kecepatan antara otak dan bibir. Yah, itu tak pantas di tiru dan merusak kaidah bahasa. Maafkan.

Telpon meja berbunyi dan Brian langsung menyambar sebelum segera meletakkannya kembali.

"Rin... Kamu disuruh Pak Damar nganter BF listing ke lantai 9. Sekarang... Sekarang!" kata Brian agak pucat.

"Kenapa nggak dikirim by WA aja sih!" sungutku.

"Cie... cie... Dia mau ketemu," Ongky lagi-lagi sesumbar. Ingin rasanya kutimpuk dengan sepatu sebelas sentiku.

TEMAN SEPIKUWhere stories live. Discover now