Episode 46

43 4 0
                                    

Lagi-lagi makhluk itu menatapku sinis.

"Kenapa lama sekali?"

"Maaf Pak, kebetulan saya juga baru tiba di kantor."

"Kau sudah breakfast?"

"Belum sempat," kataku pelan. Tadinya aku berencana akan menelpon Setta, Coffee Shop Manager-salah satu teman paling akrab di hotel setelah Ongky dan Brian-meminta sedikit sosis dan nugget kesukaanku. Syukur bila ada tambahan omelet isi daging. Sebenarnya itu terlarang bagi seluruh pegawai hotel kecuali pimpinan atas yang memang dapat perlakuan khusus.

"Kau tak pernah sarapan di rumah?" tanya Damar sembari melirikku.

Aku menggeleng. Pagi hari sudah menjadi tradisi tak ada apa-apa yang bisa dimakan dirumah.

"Kau mau makan dimana?"

Apa! Aku nggak salah dengar?

"Maksud Bapak?"

"Aku juga belum sarapan. Kita makan di airport aja, ya?"

Aku mengangguk sambil berkata, "Terserah Bapak saja."

Aku baru menyadari ketika melihat dandanan Damar yang keren dengan setelan jas hitam dan hem biru serta dasi yang serasi. Tanpa sengaja aku melirik busanaku. Ya, ampun! Bagaimana bisa!?!?!?

Siapa mengikuti siapa? Aku tak ada janjian sama sekali dengan Damar untuk mengenakan busana yang sepadan.

Tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Nazib, perwakilan hotel di airport berdiri tepat di pintu kedatangan dan mengambil alih kemudi untuk mencari parkir. Sementara aku dan Damar menuju lantai atas.

Entah bagaimana seseorang dengan troli penuh barang menabrak tubuhku tapi Damar spontan mencegah dengan mengorbankan tubuhnya. Aku terselamatkan dalam rengkuhannya.

"Maaf Mas, tidak sengaja. Gimana nggak apa-apa?" tanya gadis cantik berambut pendek.

"I'm okay. Please Mbak, lain kali hati-hati."

"Ya Mas, sekali lagi maaf," tapi matanya melihat takjub pada Damar.

Damar hanya mengangkat tangan kanannya sementara tanpa disadarinya tangan kirinya mengenggam erat tanganku.

Hampir semua orang menatap kami karena insiden itu.

"Gantengnya. Siapa sih, kenal kah?" suara berbisik membuatku hanya bisa menunduk.

Aku mengikuti Damar yang tak melepaskan jemarinya padaku. Bakalan lucu jika aku memaksa melepaskan genggamannya didepan banyak orang.

Damar dan aku memasuki Lounge mewah yang lumayan terisi beberapa orang. Dia memilih meja denga pemandangan landasan pacu pesawat. Tentu saja aku senang. Belum pernah melihat momen seperti itu😂 katrok😆

"Maaf Pak, sebenarnya tujuan kita kemari dalam rangka apa?"

............

❤MaritzaJasmine❤

TEMAN SEPIKUWhere stories live. Discover now