Episode 48

39 3 0
                                    

Assalamualaikum. Wih... lama buanget ya, aku hiatusnya 😁 Alhamdulillah berbulan-bulan lamanya aku harus konsentrasi untuk penerbitan Novel Pesona Lima Bintang : SILUET REINKARNASI. Buku pertama dan akhirnya tercetak April 2018. Insha Allah sekuelnya lanjut tahun depan😊 Buat yang penasaran, yuk pesan langsung ya ke agen di 085652006181.
Ceritanya romantis, loh. Terus kisah remaja jadi tahu sendiri lah... 😁😁😁
(Ada yang kangen tentang kisah Rinda dalam Novel Teman Sepiku? )
Aku nggak janji bisa lanjutkan tulisan ini karena aku hanya akan menyapa sesaat saja. Mohon doa saja Insha Allah aku akan kembali lagi beberapa bulan lagi, ya. Karena mungkin setelah ini aku harus konsentrasi pada momen penting dalam hidupku yang membuat aku harus hiatus lagi😉

=======================
Siang menjelang sore yang sepi. Ongky dan Brian sales call ke daerah Batakan. Kushi dan Mia hadir di acara gathering salah satu bank besar mendampingi Pak Tom dan Pak Yaman.
Sementara aku bertahan di kantor karena harus membuat Actual Banquet Results yang harus berada di meja Pak Yaman sekaligus menjaga gawang bila mendadak ada tamu-tamu yang berkepentingan😬.
Syukur aku menyelesaikannya sebelun jam makan siang. Alhasil, aku santai sesudahnya. Meskipun tadi makan siang dan salat Zuhur tanpa mengakhiri dengan tidur di Musholla😁 (kelakuan pegawai zaman now yang jangan ditiru)


Aku mengetuk jemariku dengan nada tak beraturan seperti pikiranku yang tak menentu. Untungnya aku sedang sendirian di kantor. Suasana sepi dan tak ada dering telepon yang biasa menganggu.

"Rinda!"

Aku terkejut! Dan seketika terpaku. Dia yang menganggu pikiranku sedang berada di depanku dengan tatapan misterius.

"Ya Pak Damar," kataku dan spontan lantas berdiri dan membalas sapanya dengan hormat.

"Apakah aku menganggumu?"

"Ti... tidak, Pak!"

Sejak sarapan pagi hari itu dia mulai menggunakan kata 'Aku dan Kamu'. Aku menelan ludahku. Setiap hari melihat wajahnya, aku sungguhan telah terkontaminasi dengan seluruh karyawati hotel yang terpesona dengan 'Sang Pewaris'.

Aku jadi susah konsentrasi bekerja. Aku bersemangat pergi ke kantor dengan harapan paling besar bisa melihatnya. Setiap hari dia menyapaku di telepon meskipun hanya menanyakan mengenai Banquet Forecast Listing, Event Order atau mengingatkan welcome drink. Mendengar suaranya saja membuatku bahagia. Apalagi jika pada jam-jam tertentu, dia turun ke lantai dasar untuk menyapa beberapa tamu yang check in atau check out sambil beredar dan mampir ke kantorku. Itu sesuatu yang membuatku bisa kenyang. Hal yang kerap mengangguku-kala jam lapar di sore hari-untuk mencari coffee break gratisan.

Tapi aku tahu diri karena Damar bersikap perhatian pada siapa saja di hotel.

Lagipula gadis-gadis front office yang lebih cantik dan lebih muda dariku pasti lebih menarik daripada aku. Aish... jadi buat aku nggak percaya diri.

"Rin, tolong beri aku BF," ujarnya.

Aku buru-buru melepas magnet yang menahan kertas berisi jadwal pemakaian ruangan yang kujepit di whiteboard. Secepat kilat memberikan pada Damar dengan rasa gugup. Sekilas kulihat pria yang semakin hari terlihat tampan itu tersenyum. Aku rasa mau pingsan melihat senyum kekanakannya seolah baru saja kuberi permen.

TEMAN SEPIKUWhere stories live. Discover now