2

1.2K 54 15
                                    

Abel turun dengan tergesa-gesa dari angkot, ia sampai terbentur saking buru-burunya. Setelah memberikan uang tiga ribu kepada supir angkot, ia pun bergegas pergi menuju gerbang sekolah berwarna hitam legam yang kini berada tepat di depannya, tentu saja dengan gembok yang menggantung indah dari dalam.

Abel mendengus pelan. Baginya, ketika pintu gerbang sudah ditutup ia tidak bisa melakukan apapun selain kembali menuju ke rumahnya.

Perempuan berusia 16 tahun itupun berjalan dengan lunglai sambil berdiri menghadap kearah jalan raya di depannya. Berharap ada angkot atau ojek lewat yang bisa membawanya pulang.

"Telat juga?" Abel tersentak. Pasalnya, cowok dibalik helm berwarna hitam tersebut baru saja menyadarkannya dengan membunyikan klakson motor ninja berwarna hitam miliknya. Abel tidak menggubris, ia lebih memilih untuk diam karena ia sendiri juga tidak tahu siapa yang ada di balik helm full face berwarna hitam tersebut.

Cowok tersebut melepas helm yang sedari tadi melindungi kepalanya. Ia menatap Abel sambil menopang dagu, menunggu respon cewek tersebut.

"Gak dengar ya?"

"Apa sih?? Ganggu aja." Kesalnya sambil menoleh kearah Arjuna yang kini sedang tersenyum samar. Abel memutar bola matanya malas. Ia malas bertemu dengan pembuat onar yang satu ini.

"Masuk kuy, nanti cantiknya ilang kalau kena panas matahari kayak gini."

"Gak liat apa? Dikunci gerbangnya, tau gak? Kalau gak dikunci juga dari tadi gue udah masuk, gak perlu ketemu sama lo segala."

"Lo kenapa sih? Kayaknya lo benci banget sama gue. Padahal kenal juga kagak. Oh iya, nama lo siapa? Gue Arj—"

"Kepo." Ketus Abel sambil memberikan tatapan sinis kepada Arjuna yang kini sedang mengangkat sebelah alisnya.

"Ya tuhan. Mimpi apa semalam bisa ketemu cewek kayak gini." Arjuna menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal sambil menatap Abel yang masih asyik menunggu angkot. Cowok tersebut akhirnya memarkirkan motornya di samping Abel lalu ikut berdiri bersama Abel sambil melihat ke arah jalan raya.

Dengan bosan, ia pun mulai melihat sekelilingnya sambil sesekali melihat ke dalam gerbang sekolah. Dari kejauhan nampak Pak Budi dengan kumis tebal yang sedang berpatroli mengawasi murid-murid yang telat. Arjuna membulatkan matanya lalu menarik lengan Abel bersandar pada dinding berwarna krem, tidak lupa ia juga menutup mulut Abel yang sudah pasti akan teriak jika tidak ditutup terlebih dahulu.

Cowok tersebut mengintip sedikit demi sedikit, sambil berharap Pak Budi tidak mengetahui keberadaan mereka.

Abel yang merasa kesal pun langsung menggigit tangan Arjuna sehingga cowok tampan tersebut memekik tertahan mengingat Pak Budi sedang berada di sekitar mereka.

"Lo apa-apaan sih?!" Bisik Arjuna sambil menatap Abel dengan tatapan kesal setengah mati.

"Ya lo nga—" Arjuna menaruh telunjuknya di bibir. Mengisyaratkan untuk tidak ribut kepada Abel, tak lupa ia menunjuk Pak Budi yang sedang berbalik sambil melihat-lihat tanaman sekolah mereka.

"Jangan keras-keras ngomongnya." Bisik Arjuna lagi sambil menatap Abel yang sedang menutup mulutnya sendiri.

"Gue tau kita harus lewat mana." Gumam Arjuna sambil mengintip kearah Pak Budi yang sedang asyik sendiri. Abel menatapnya dengan bingung, menunggu kata-kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut Arjuna.

"Kita lewat gerbang samping. Ayo!" Bisiknya sambil menarik tangan Abel. Abel pun segera mengempaskan tangan Arjuna yang menggenggam erat tangannya.

"Jangan pegang-pegang!"

"Terserah." Jawab cowok tersebut seadanya sambil meneruskan langkahnya menuju gerbang samping.

"Motor lo gimana?"

"Biarin aja." Kemudian Arjuna tersenyum jahil sambil menatap ke arah Abel yang ikut berhenti di belakangnya.

"Kok lo jadi khawatir sama gue? Mulai suka yaa?" Ucapnya sambil mencolek dagu Abel dengan pelan. Abel menjadi semakin kesal dengan cowok yang satu itu.

"Gue khawatirnya sama motor lo. Bukan sama lo nya! Gak denger apa tadi gue ngomong 'MOTOR lo gimana' hah?" Ucapnya sengaja menekan kata 'motor' di depan wajah Arjuna.

Cowok blasteran Belanda itu pun terkekeh pelan lalu mengacak-acak rambut Abel yang sudah ia ikat dengan rapih, dan tentu saja hal itu membuat Abel semakin kesal dengan Arjuna yang sedang melanjutkan langkahnya di depannya.

Abel pun dengan perasaan kesal hanya bisa mengekori Arjuna dari belakang. Perlu diketahui, hal yang paling mustahil menurut Abel adalah mengekori Arjuna kemanapun ia pergi.

Seperti saat ini.

"Kalau bukan gara-gara telat juga gue gak akan ngikut di belakang lo kayak gini. Najis." Gumam Abel dengan suara sepelan mungkin, ia berusaha agar Arjuna tidak mendengar perkataannya.

Setelah sampai di gerbang samping, cowok tersebut mengecek pak satpam yang berjaga lalu setelah dirasa aman, ia pun mengecek pintu gerbang yang tertutup rapat.

"Aduh, dikunci." Gumam Abel sambil berkacak pinggang. Arjuna melirik kearah Abel lalu mulai memanjat gerbang tinggi berwarna hitam tersebut.

Abel melongo menyaksikan Arjuna yang lancar memanjat gerbang, ia bahkan sudah sampai di dalam sekolah.

"Ayo, manjat."

"Gila ya? Gak bisa apa ambilin kunci buat gue?"

"Kuncinya dibawa sama Pak Mamat. jadi, lo mau sekolah apa gak? Kalau gak mau, pulang aja sana."

"Idih ngusir! Ya gue gimana manjatnya, bego? Kan gue pake rok."

"Ya terserah lo mau sekolah apa gak. Kalau gak mau juga gak papa, toh lo juga gak suka kan ngikutin gue?" Cewek cantik tersebut sedikit kaget mendengar perkataan Arjuna, ia pikir suaranya sudah sepelan mungkin sehingga Arjuna tidak dapat mendengar ocehannya.

"Yaudah, gue manjat. Tapi lo hadap sana!" Suruhnya sambil menunjuk menggunakan dagunya.

"Iye iye." Jawab Arjuna sambil berbalik. Abel mulai memanjat gerbang yang ada di hadapannya dengan susah payah, ia bahkan sampai menjinjing rok abu-abu miliknya demi sampai ke dalam sekolah.

"Panjat sosial, panjat sosial, panjatin terus boy sampe naik status!" Teriak Arjuna sambil melantunkan lagu panjat sosial tersebut. Cowok itu asyik berjoget sambil menunggu Abel memanjat gerbang.

"Bacot." Gumam Abel sambil melompat turun. Sekarang ia sudah berada di samping Arjuna yang sedang tersenyum jahil. Abel pun memberikan tatapan sinis lalu bergegas pergi meninggalkan Arjuna yang masih tersenyum di tempatnya.

"Mau kemana? Hey!" Ia tersenyum sebentar lalu berlari mengejar Abel yang sudah jauh di depan.

-Arjuna-

ARJUNAWhere stories live. Discover now