55%: Spring Day! [END]

4.5K 459 376
                                        

Jiseo berjalan menelusuri setapak sendiri. Bunga sakura yang jatuh berguguran nampak seperti shower petals yang menemani langkahnya. Ya, ini musim semi—musim semi kedua yang telah ia lewati sendiri semenjak kejadian itu.

Jiseo tersenyum saat salah satu sakura jatuh di hadapannya. Ia memungutnya lalu menyelipkannya pada telinga. Sampai ia sadar, waktunya semakin sempit.

"Ah!"

Gadis manis itu berlari cepat menuju mobil yang ia parkir di tepi jalan. Ia tidak mau terlambat, tidak ingin!

"Argh! kau bodoh! mengapa sampai lupa!"

Ia menyalakan mesin mobilnya kemudian menginjak pedal gasnya lalu melaju cepat menuju Incheon. Sepanjang jalan ia hanya bergumam, bahkan beberapa kali ia nekat menerobos lampu merah.

Hati Jiseo yang hancur akan terobati sebentar lagi. Senyumnya terus mengembang sepanjang jalan bahkan sesekali ia mengumpat jika ada mobil lain yang mendahului mobilnya.

"Aku merindukanmu, Kookie,"

Flashback!
Hospital, 2 years ago.

Tangan Jiseo yang hampir saja menyentuh gagang pintu emergency terhenti. Pintu yang terbuka menghentikan langkahnya untuk masuk dan memberikan keputusan.

"Jiseo-ya?"

"Hmm ... kau sudah menghentikannya?" tanya Jiseo.

Pria paruh baya itu tidak menjawab. Ia hanya mendengar celotehan Jiseo yang berkata bahwa ia merelakan adiknya pergi.

"Jungkook—"

"Ya, aku tau—kau tidak bisa menyelamatkannya bukan?" tanya Jiseo.

"Jiseo-ya,"

"Tidak apa-apa, berhentilah. Tulang rusuk adikku akan rusak jika kau terus menekan dadanya." ujar Jiseo. Wanita muda itu menuduk, tidak berani menatap lelaki di hadapannya.

Pria yang tidak lain tidak bukan adalah Dokter Bae itu menyentuh salah satu pundak Jiseo. Ia mengusapnya sebentar sebelum tersenyum tipis.

"Adikmu—adikmu selamat,"

"Apa?"

Mata Jiseo membola, ia menatap tidak percaya pada Dokter yang kini melebarkan senyumnya.

"Jungkook—"

"Ya, dia selamat ... dia telah kembali walaupun sekarang dia masih sangat kritis," kata Dokter Bae.

"Kau—kau tidak sedang menghiburku bukan?" tanya Jiseo.

"Aku sudah bilang padamu bahwa adikmu adalah pemuda yang kuat, dia—dia sangat mencintaimu. Dia seperti ingin terus berada di sampingmu, Jiseo-ya," jelas Dokter Bae.

"Kook—"

"Masuklah, temui dia—berikan dia kekuatan yang lebih banyak agar dia bisa melewati masa kritisnya," kata Dokter Bae.

Jiseo mengangguk, ia mengucapkan terima kasih kepada Dokter Bae berkali-kali sebelum berlari ke dalam.

Perawat baru saja selesai membenarkan alat bantu kehidupan dan membalut luka di tubuh Jungkook. Anak itu bernafas walaupun dengan detak jantung yang sangat lemah. Jiseo mendekati Jungkook yang terbaring. Ia mengambil sebelah tangan Jungkook kemudian meletakkannya di pipi.

"Kau harus sadar, kau harus kuat, Kookie," ujar Jiseo.

Jiseo menangis haru, walaupun kekhawatiran belum sepenuhnya hilang setidaknya ia tau bahwa ada harapan Jungkook akan kembali bangun.

"Aku rindu, aku sangat rindu kau memanggilku noona." kata Jiseo.

Jiseo mencium kening Jungkook cukup lama hingga air matanya menetes mengenai wajah adiknya. Kelinci itu nampak damai dalam tidurnya walaupun Jiseo terus mengajaknya berbicara.

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Where stories live. Discover now