Jungkook berjalan pelan menuruni tangga rumahnya. Ditangangannya nampak sebuah gelas yang kosong, sepertinya anak itu haus setelah seharian berada di dalam kamar dengan setumpuk buku bacaan dan film dari Ipadnya. Hari ini adalah hari minggu, ia ingin menikmati angin semilir melalui jendela kamarnya sambil bersantai.
Namun, langkahnya terhenti saat ia akan berbelok ke dapur setelah menuruni tangga. Ia mendengar suara gelak tawa kakaknya yang begitu keras dan sepertinya kakaknya tidak sendirian berada di sana. Saat Jungkook mengintip di dari balik dinding, ia melihat Seokjin sedang memeluk kakaknya dari belakang sembari sesekali menggoda gadis yang sedang memasak itu.
"Hentikan, Seokjin-ah ... kau akan membuatnya menjadi manis nanti,"kata Jiseo.
"Aku ini cheef aku yang lebih tau darimu, Jiseo-ya,"kata Seokjin.
"Aish! jangan ... Jungkook tidak terlalu suka makanan terlalu manis,"kata Jiseo.
"Suruh saja dia menambahkan garam yang lebih banyak,"balas Seokjin.
Mereka terlihat sangat akrab sekali, sesekali Seokjin bahkan menggoda Jiseo dan menggelitik pinggangnya hingga gadis itu memukulkan spatulanya pada Seokjin atau sekedar memukul tangan yang senantiasa memeluk perut gadis itu. Sebenarnya, Jungkook ingin sekali kesana, memisahkan kakaknya dari pelukan Seokjin namun, niat itu tertahan saat-
"Aku mencintaimu, Jiseo-ya,"Seokjin mencuri ciuman di pipi Jiseo.
"Aku juga,"balas Jiseo.
Kalimat itulah yang membuat Jungkook mundur perlahan, ia tidak ingin mengganggu kesenangan kakaknya bersama dengan kekasihnya. Jungkook tau, Seokjin adalah satu-satunya yang membuat Jiseo bahagia dan juga Seokjin-lah yang mampu membuat kakaknya bisa tertawa sebebas itu. Perlahan, ia kembali ke kamar setelah meletakkan gelas kosong di tangannya pada meja dekat tangga. Kakinya melangkah pelan sembari berjalan berpegangan pada tembok walaupun sesekali ia terhuyung jatuh namun tak sedikitpun suara kesakitan ia keluarkan.
Jungkook kembali pada aktifitasnya, menatap langit lewat jendela dengan semilir angin menerpa rambut hitam malamnya. Wajahnya yang pucat pun nampak sangat tampan saat sinar matahari masuk melalui celah-celah ranting pohon yang ada di dekat kamarnya kemudian terpantul mengenainya. Jungkook yang rapuh, namun tidak ingin terlihat rapuh ... ia ingin hidup lebih panjang dari apa yang selama ini divoniskan Dokter padanya. Ia menggenggam erat rubik warna warni kesayangannya. Itu adalah hadiah dari Jiseo saat ia berumur 8 tahun. Jungkook sangat menyayangi rubik itu seperti ia menyayangi kakaknya.
"Apakah kau tidak kesepian?"
Jungkook bertanya pada seekor burung yang bertengger di ranting pohon dekat kamarnya. Ia mengamati burung tersebut sambil sesekali menatapnya miring. Seolah mengerti, burung itu pun ikut menatap Jungkook. Binatang tersebut mengusir burung lain yang datang menghampirinya dan ikut bertengger di ranting yang sama. Jungkook tersenyum tipis, ia menengadahkan tangannya seakan mempersilahkan burung gereja itu hinggap di tangannya. Namun, burung itu terbang pergi jauh meninggalkan Jungkook.
"Kau saja tidak mau menemaniku,"
Kelinci lucu itu mengerucutkan bibirnya, ditatapnya rubik di tangannya. Warna yang tidak beraturan dengan kotak yang begitu sempurna. Ia menaikan kakinya diatas kursi lalu menyusun kembali rubiknya agar warnanya menyatu hingga sebuah suara membuatnya menatap rubiknya terpaku.
"Sampai jumpa,"
Jiseo terlihat sedang mengantarkan Seokjin menuju gerbang.
"Beri tau aku jika kau butuh sesuatu,"Seokjin mengusak sayang rambut Jiseo.
"Aku tidak ingin terus-terusan merepotkanmu, Seokjin-ah ..."balas Jiseo.
"Kau ini calon istriku, mana mungkin aku merasa kau merepotkanku,"kata Seokjin.
YOU ARE READING
전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]
Fanfiction[COMPLETE] [HARD SIBLING STORY] 20170812-20180601 Final Ending 20180617 - True Ending 190205 OPEN PO Fisik 10 September - 20 September 2020 "Aku hanya bisa membantumu mempertahankan hidupmu, bukan membuatmu tetap hidup"-Jeon Jiseo. "Noona, aku masih...
![전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]](https://img.wattpad.com/cover/119207564-64-k934232.jpg)