16%

3.7K 516 83
                                        

Jungkook memeluk bukunya erat sambil menatap keluar jendela. Hari ini, tubuhnya sudah jauh dalam kondisi baik dari beberapa hari sebelumnya walaupun ia belum diizinkan untuk bermain keluar. Ia menatap seekor burung yang sedang membuat sarang diantara ranting pohon. Matanya pun tidak lepas mengawasi kemana burung itu bergerak. Setelah semuanya siap, burung tersebut pun terlihat duduk tenang di sarangnya sambil memperhatikan sekitar.

"Apakah dia akan bertelur?"gumam Jungkook sendiri.

Ia kembali diam, pikirannya melayang. Jika boleh jujur, Jungkook sangat merindukan kedua orang tuanya yang entah bisa dibilang peduli atau tidak. Namun, setiap ia melihat kakaknya berjuang sendirian merawatnya, kerinduan dalam itu selalu ia tepis jauh-jauh. Bahkan Jungkook pernah menganggap orang tuanya tidak ada, tapi Jiseo selalu berusaha mengingatkan bahwa mereka sangatlah menyayangi Jiseo dan dirinya.

Jungkook mengerucutkan bibirnya, ia menekuk kedua kakinya kemudian memeluknya setelah meletakkan buku berwarna merah kayu tersebut di hadapannya. Selang untuk membantunya bernafas masih terlihat diantara hidung dan bibirnya yang pucat. Tangannya pun tak lepas dari jarum infus yang masih menancap. Angin sepoi menelisik masuk melalui jendela yang sengaja ia minta bukakan pada suster saat mengantar sarapan tadi.

Jiseo belum kembali, kakaknya mengatakan bahwa akan ada acara di kampus dan ia telah menyetujuinya untuk menjadi panitia. Disisi lain, Jungkook senang memiliki kakak yang bertanggung jawab seperti Jiseo namun disisi lain, ia merasa kesepian jika Jiseo tidak bersamanya.

Tangan lemahnya ia gunakan untuk meraih ponsel diatas meja. Yang pertama ia lakukan adalah mencari nama Jiseo lalu berniat menghubunginya. Namun, niat itu tertahan. Ia tidak mau mengganggu kegiatan kakaknya hari ini.

Jungkook mendengus, ia membuka galeri foto di ponselnya. Scroll dan terus scroll hingga sadar ia hanya memiliki sedikit moment dengan orang tuanya.

"Tidak bagus."lirihnya.

Ia melempar ponselnya hingga hampir jatuh ke lantai. Kakinya kembali ia luruskan lalu mengulang hal yang sama menatap keluar jendela. Hanya itu yang bisa Jungkook lakukan jika sendirian.

Namun, itu semua tidak berlangsung lama. Jungkook menoleh saat pintu kamarnya terbuka.

"Kookie?"

Senyum manis Jungkook mengembang seperti biasa.

"Noona?"

"Ah, mianhae ... aku meninggalkanmu terlalu lama."kata Jiseo.

"Aniyo, aku ingin mengirimimu pesan tapi aku takut mengganggumu."kata Jungkook.

"Uh?tidak tidak, kau bisa mengirimiku pesan kapan saja."kata Jiseo. Ia menarik ringan kepala Jungkook lalu memeluknya.

"Noona."

"Ngg??"

"Aku bosan, apakah aku boleh keluar?"tanya Jungkook.

"Tidak untuk sekarang, Kookie."jawab Jiseo.

"..."

Jiseo menunduk, ia melihat raut kecewa di wajah Jungkook hingga ia melepaskan pelukannya.

"Wae?"tanya Jiseo.

Jungkook menggeleng pelan.

"Jika ada masalah, kau boleh menceritakannya padaku."pinta Jiseo lembut.

Jungkook menggeser letak duduknya lalu menepuk-nepuk tempat tidurnya. Jiseo mengerti jika adiknya ingin menyampaikan sesuatu padanya.

"Noona."Jungkook meraih sebelah tangan Jiseo.

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Where stories live. Discover now