19%

3.7K 505 125
                                        

Keheningan terjadi di kamar Jungkook sore itu. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Suara ketukan keyboard laptop Jiseo yang nampak sama sekali tidak membuat kelinci manis yang tengah duduk diatas kasur dengan rubik di tangannya terganggu. Ia terlihat membolak-balik benda persegi tersebut berusaha menyatukan warna biru, kuning, hijau, merah dan lainnya menjadi satu kesatuan. Lama kelamaan, ia merasa bosan dengan rubik yang belum selesai ia satukan. Ekor matanya melirik ke arah sang kakak yang nampak sibuk dengan beberapa kertas di tangannya. Sesekali bahkan Jiseo memijat pertemuan alisnya yang pusing karena tugas akhir. Jungkook meletakkan rubiknya diatas kasur lalu memiringkan kepalanya lucu kemudian mengangkat kedua tangannya. Ia membuat pola persegi panjang dengan jari tangannya seakan membidik sebuah gambar yang bagus di hadapannya dengan sebelah mata yang terpejam. Bibirnya menarik sebuah senyum saat ia melihat siapa yang berhasil ia bidik.

"Noona."

Jiseo mendongak, ia memperhatikan Jungkook yang sibuk dengan dunianya.

"Kau sedang apa?"tanya Jiseo.

"Tidak, hanya bermain."jawab Jungkook.

Jiseo menggeleng maklum dengan senyum tipis di wajahnya. Ia belum bisa menemani Jungkook bermain atau sekedar mengajaknya berjalan-jalan di taman rumah sakit.

"Apakah kau memiliki kamera?"tanya Jungkook.

"Iya, aku memilikinya di rumah."jawab Jiseo.

"Lain kali aku ingin meminjamnya."kata Jungkook.

"Untuk apa?"

"Aku ingin memiliki banyak kenangan denganmu, aku juga ingin mengambil gambar yang bagus dan ku letakkan di kamarku."jawab Jungkook yang baru saja menurunkan tangannya.

Jiseo menelan ludahnya sendiri. Seketika bayang-bayang ketakutan mulai berputar di otaknya. Ia memperhatikan Jungkook yang kembali mengambil rubiknya lekat-lekat. Tuhan, jika saja anak itu tau apa yang terjadi dengan dirinya, apakah ia akan seceria sekarang?apakah ia akan tetap memberikan senyuman itu tanpa ada rasa berat untuk melakukannya?

"Kamera milikku terlalu besar untuk kau masukan ke dalam ranselmu."kata Jiseo.

"Uh?"

"Aku akan membelikan kamera pocket agar kau bisa lebih mudah untuk membawanya."Jiseo tersenyum sebelum kembali mengerjakan tugasnya.

Perlahan, Jungkook turun dari ranjang. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan kemudian meraih tiang infus miliknya. Kakinya menapak tanpa alas kaki diatas lantai marmer dingin rumah sakit.

"Kookie."

Tanpa Jiseo sadari, Jungkook telah duduk disampingnya. Ia sibuk dengan rubik yang ia bawa.

"Ada apa?"tanya Jiseo.

"Noona tidak selesai-selesai."jawab Jungkook sambil terus fokus pada rubiknya.

"Sebentar lagi, ya?"pinta Jiseo.

"Tidak mau."jawab Jungkook.

Jiseo hanya menggeleng dan kembali bekerja. Sementara Jungkook yang kesal karena diacuhkan berusaha menghentikan Jiseo dengan mencabut kabel pengisi daya laptop kakaknya.

"Kookie!!"

Jungkook memegang kabel tersebut dengan ekspresi datar dan tidak bersalah.

"Aaaa-belum ku simpan."Jiseo menarik rambut sebahunya. Ia merasa frustasi karena laptopnya mati sebelum ia menyimpan data-data yang belum ia selesaikan.

Bocah nakal itu kembali bermain dengan rubiknya setelah melempar kabel ke lantai. Ia dengan santainya tidak mendengar kakaknya kebingungan.

"Baiklah anak nakal, kau mau apa?"

 전 형제 [JEON SIBLING] × Jungkook [√] [DICETAK]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon