Nancy mencibir Sam terang-terangan tanpa merasa takut atau grogi sedikitpun. Toh, ia sudah terlanjur sebal dengan pria ini. Walaupun ia sempat merasa tegang sebelum masuk ke ruangan Sam, tapi entah kenapa ketegangan itu hilang begitu saja dan justru tergantikan oleh rasa sebal yang muncul secara otomatis setelah melihat wajah menyebalkan Sam.

"Katakan," celetuk Nancy lagi.

Sam hanya menatapnya sinis dan mencoba mengubur dalam-dalam luapan emosinya. Sebenarnya siapa yang memanggil siapa disini?

"Mulai besok aku mau kau menjadi asisten pribadiku."

Nancy mengangkat sebelah alisnya. Menunggu ucapan Sam selanjutnya. Tapi justru Sam tidak kunjung melanjutkan perkataannya dan malah menatap Nancy dengan sinis. Tetapi yang ditatap tidak gentar sekalipun.

"Berhenti menatapku seperti itu."

"Menatapmu seperti itu? Bukankah kau yang menatapku dengan tatapan tidak menyenangkan?"

Sabar, sabar..., lapal Sam berulang kali didalam hati.
"Tanda tangani surat perjanjian ini dan segera keluar."

Nancy menjatuhkan pandangannya kepada lembaran kertas yang Sam ulurkan. Setelah melihat sekilas tanpa membacanya, Nancy kembali menatap Sam.

"Tidak."

"Kau lupa kalau disini aku adalah..."

"Apa? Direktur Utama? Pemilik perusahaan? Oh, Mr. Miller yang terhormat meski kau Presiden amerika serikat sekalipun aku tidak mau mengikuti keinginanmu."

"Pilihan bagus! Kau boleh keluar dari perusahaan ini," tukas Sam begitu santai dan kembali menarik tangannya, lalu menyimpan surat itu disebelah macbook-nya.

"Tapi---"

"Apa kau tidak belajar menghormati atasanmu? Aku sudah berbaik hati memberimu peluang magang disini. Tapi aku rasa gadis sepertimu tidak pantas mendapatkannya."

Dengar? Itulah yang semakin membuat Nancy muak dengan gelagat dan ucapan Sam yang amat tajam. Ini sudah kesekian kalinya jika Sam berbicara tepat menusuk palung dasar jiwanya.

Tanpa memedulikan tatapan datar yang kini Sam tampilkan, Nancy menyambar kertas dimeja itu, tanpa membacanya Nancy langsung menandatangani isi surat tersebut.

"Kau puas, huh?" Tanya Nancy dengan ketus.

Sam menaikkan sudut bibirnya. "Kau yakin tidak ingin membacanya?"

Aneh! Itulah yang mengganjal dipikiran Nancy. Ya, dari ekspresi yang tidak pernah Sam tunjukkan membuat Nancy yakin jika pria ini pasti menyembunyikan sesuatu.

Mendelik sekilas, Nancy akhirnya memutuskan untuk membaca selembaran surat itu.

Isi perjanjian :

1. Pihak pertama bebas menyuruh apapun sesuai kehendaknya. Dimana pihak tersebut yang berposisi sebagai jabatan tertinggi, yakni adalah Bos.

2. Pihak kedua dilarang protes mengenai apapun yang diperintah sang atasan dengan tanpa alasan. Kecuali, sakit, koma, dan mati.

Oke, Nancy cukup mengernyit membaca yang kedua. Sebenarnya ini isi perjanjian menjadi seorang asisten atau babu lebih tepatnya?

3. Tidak ada batasan waktu kerja selama pihak kedua magang dipihak pertama. Kecuali mendapatkan izin dari pihak pertama.

What the hell!!! Nancy melebarkan matanya ke arah Sam yang kini tengah menyeringai.

4. Jika pihak kedua salah, maka pihak pertama tidak boleh memberi toleransi. Sekecil apapun.

5. Jika pihak kedua merasa tidak adil. Tetap, pihak kedua tidak diberi kesempatan untuk protes.

6. Jika pihak kedua melakukan protes terhadap pihak pertama. Maka pihak pertama berhak untuk menghukumnya.

7. Perjanjian dikatakan selesai jika pihak pertama memutuskannya. Atau adanya diantara kedua belah pihak yang mengalami sakit parah, atau apapun itu yang tidak bisa diobati, nyawa diujung tanduk, dan kematian.

Bukkk!!

Nancy melotot ke arah Sam dan meletakkan si kertas dengan keras.

"Kau gila? Perjanjian konyol macam apa ini? Ma-maksudku itu adalah hal terkonyol yang baru aku tahu seumur hidupku. Pokoknya aku tidak mau! Itu hal yang tidak adil. Lagipula mana ada perjanjian yang isi keseluruhannya hanya menguntungkan pihak pertama?" Nancy beranjak dari duduknya setelah sempat menggebrak meja milik Sam.

"Kau lupa?"

Nancy membalikkan tubuhnya dengan enggan. "Apa?"

"Kau sudah menandatanganinya, Ms. Huston."

"Aku tidak peduli!"

"Kalau begitu kau harus ganti rugi."

Nancy melipat kedua tangannya didepan dada dan berbicara dengan lantang. "Dengar ya, Mr. Miller a.k.a Tuan menyebalkan, saya disini hanya seorang mahasiswi magang yang baru saja bekerja selama satu minggu. Dan disini juga saya tidak merasa merugikan siapapun."

Sam mendengkus kemudian terkekeh merendah. "Kau yakin tidak mau memertahankan nama baikmu?"

"Apa maksudmu?" Tanya Nancy dengan sikap yang masih ia usahakan agar tenang.

"Apa kau tidak membaca peraturan terakhir nomor delapan? Dimana disana tertulis, jika pihak kedua sudah menyetujui isi perjanjian dengan tanda tangan diatas materai dan pihak tersebut melanggarnya, maka ia diharuskan membayar denda dengan nominal yang ditentukan oleh pihak pertama. Tetapi, jika pihak kedua tidak mampu, maka bayarannya adalah kurungan penjara."

"Hai! Kau gila, ya? Kau mau menjebakku?"

"Menurutmu?" Tanya balik Sam dengan mengangkat sebelah alisnya seraya menampilkan ekspresi puas.

Napas Nancy memburu seketika itu pula. Sial! Kenapa ia dengan bodohnya menginginkan magang diperusahaan ini? Jelas-jelas ia sudah mendapat kabar jika disini tidak menerima magang seorang mahasiswi. Tapi kenapa waktu ia mengirim surat izin malah diterima? Apa ini pembalasan Sam karena Nancy memperlakukannya dengan tidak sopan dipertemuan pertama? Apa Nancy harus menyesal sekarang?

"Bagaimana? Kau takut?"

Menarik napas panjang, Nancy kembali berucap, "Baiklah, setuju!"

"Deal!"

Tinggalkan jejak😘😘😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tinggalkan jejak😘😘😘

Sweet Psycho ✔Where stories live. Discover now