● First Snow ●

3.3K 421 20
                                    

Suara dari elektrokardiogram samar-samar menemani sosok Jimin yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Layar hitam disamping si mungil menampilkan sebuah garis bergelombang, membuat Taehyung yang ada disisinya sangat bersyukur tentang itu.

Terhitung sudah tiga hari lamanya Jimin dirawat di rumah sakit. Si pria bersurai blonde itu harus mendapati fakta jika perutnya baru saja dijahit akibat tusukan pria misterius diatap waktu itu.

Selama itu pula, Jimin selalu menunggu kehadiran sosok Jungkook. Dia berencana untuk tidak tidur semalaman, karena menunggu pria Jeon itu datang untuk menjenguk kondisinya.

Kemarin hanya Yugyeom, Wonwoo, dan Mingyu yang berkunjung. Mereka membawa sebuah buket bunga besar lengkap dengan cokelat kesukaan Jimin. Kata Yugyeom, semuanya adalah pemberian seorang Jeon Jungkook.

Tapi, sungguh. Jimin sangat meragukan semuanya baik-baik saja seperti yang dikatakan Mingyu. Jungkook tidak pernah menghampiri dirinya, dan Jimin dibuat ragu akan cinta Jungkook padanya.

Ditengah malam terkadang Jimin menangis histeris diatas ranjang, meraung memanggil nama Jungkook untuk segera berdiri dihadapannya.

Namun, semuanya hanya angan semata. Kenyataannya, Jungkook bagaikan hilang ditelan bumi. Tak memberikan sebuah penjelasan apapun pada Jimin. Well, si manis ini tersadar dari mimpinya. Dia dan Jungkook tidak terikat hubungan apapun, jadi Jimin tak punya hak untuk ikut campur.

Si manis hanya bisa tertawa miris diatas ranjangnya. Tak mempedulikan tatapan heran Taehyung sama sekali.

"Tae? Kapan aku bisa pulang?" Jimin bertanya seolah-olah tangisnya semalam bukanlah apa-apa.

Taehyung sedikit meragukan kondisi mental Jimin akhir-akhir ini. Ya, dicampakkan oleh seseorang tidak bisa dianggap remeh begitu saja. Terlebih sosok Jungkook yang berulang kali menancapkan belati diulu hati Jimin.

Pria berkulit tan itu masih terfokus pada kegiatannya dalam mengupas kulit apel. Dia berencana untuk menyuapi Jimin disela jadwal kosongnya.

"Mungkin sebentar lagi. Well, bekas jahitanmu belum cukup kering kurasa." Taehyung memberikan penjelasan, sembari tangan berisi apelnya bergerak menuju bibir berisi milik Jimin.

Si mungil mengangguk paham. Pipi berisinya bersemu merah karena faktor cuaca kelewat dingin akhir-akhir ini.

"Apa penghangatnya rusak? Sepertinya kau cukup kedinginan, Jim," kata Taehyung seraya mengelus pipi merah milik Jimin.

Heol, bukan hanya tubuh Jimin saja yang kedinginan sebenarnya. Hatinya butuh Jungkook agar dia bisa menghangat kembali, tapi sekali lagi Jimin buang keinginan itu jauh-jauh dari pikirannya.

Jungkook memang sama.

Tetap jadi pria brengsek yang selalu menyakiti hatinya.

"Cokelatnya tidak akan kau makan?"

Taehyung bangkit dari duduknya untuk membersihkan kulit apel yang berceceran diatas lantai. Jimin terkikik geli, kemudian melempar tatapan tajam pada sebuah cokelat yang masih terbalut rapi oleh bungkusnya.

"Tidak. Buang saja," jawabnya malas.

Taehyung tertegun. Jimin tidak biasanya semudah itu untuk membenci Jungkook. Berkali-kali disakiti oleh kalimat kasar pria itu pun, Jimin masih dapat mengulas senyum diwajahnya.

"Kau yakin?" Jimin mengangguk mantap. Kemudian membaringkan tubuhnya diatas ranjang seraya menenggelamkan wajahnya didalam selimut putih itu.

Bibir Taehyung mengerucut sebal. "Aku makan saja. Tidak baik membuang-buang makanan asal kau tahu," dan Jimin hanya balas mendengus jengkel.

Something Happen To My Heart [KM]Where stories live. Discover now