● Neighbors ●

5.3K 542 27
                                    

Kali ini Yugyeom sama sekali tidak pulang ke rumahnya. Kasus yang kian rumit memaksa pemuda bersurai cokelat itu tak bisa mengalihkan fokusnya pada tumpukan kertas itu barang sedetik saja. Karena, terlewat membaca satu kata maka Yugyeom akan kembali menemukan jalan buntu.

"Sialan."

Tangan kekar itu bergerak untuk mengacak surainya yang sangat berantakan, kemudian mulai menyesap secangkir kopi disisi kanannya dengan nikmat sebelum pintu terbuka menampilkan sosok Jungkook yang tak kalah semrawutnya.

"Oh, Demi Tuhan. Aku akan membunuhmu beserta keturunanmu kelak, bangsat." Yugyeom memaki manakala noda kopi tercetak jelas diberkas-berkasnya.

Jungkook mana mau ambil pusing. Pemuda itu kini memilih duduk dibangkunya sembari mengantukkan kepalanya pada permukaan meja.

Jika Yugyeom tengah sibuk dengan berkas dan sidangnya dalam beberapa waktu kedepan, maka Jungkook tengah berpikir keras untuk mengatur degup jantungnya ketika mengingat peristiwa kelewat konyol semalam.

"Aku membencimu," dan Yugyeom hanya bisa berteriak frustasi. Semalaman suntuk dia berfokus untuk membaca berkas kasusnya, kemudian Jungkook menghancurkan semua analisisnya dalam hitungan detik. Oh, sungguh menyebalkan.

Jungkook tak mau repot membalas perkataan Yugyeom. Pintu kembali terbuka dan menampilkan Wonwoo serta Mingyu yang tampak cerah untuk pagi ini. Seharusnya mereka ikut bergabung merayakan kesialannya dan Yugyeom.

"Kau kelihatan buruk, Jeon." Mingyu berkomentar sembari duduk dikursinya. Yugyeom memutar kedua bola matanya dengan malas. "Seharusnya kau tanyakan itu padaku," cibirnya seraya menatap tajam pada Jungkook yang kembali bersikap tak ambil pusing.

Manik sehitam arang itu menatap Mingyu dan Wonwoo secara bergantian, lalu mulai beralih pada kegiatan awalnya──Yaitu mengantukkan kepalanya──yang menimbulkan kerutan didahi keduanya. Ya, dan Yugyeom tak ada niatan untuk mengkhawatirkan hal selain sidangnya hari ini.

"Jimin-ie pasti membenciku." Jungkook merengek, dan itu adalah hal yang teramat langkah. Wonwoo dan Mingyu saling bertukar pandang, tanpa mengerti dengan permasalahan yang dihadapi jaksa dingin satu ini.

Mingyu memilih bangkit, sekedar mendekati mesin pembuat kopi disudut ruangan. Lain halnya dengan Wonwoo yang menyibukan diri dengan tumpukan berkas diatas mejanya──Yang sebenarnya sudah dia selesaikan sejak kemarin──bibir Jungkook hanya bisa mengerucut kesal. Oh, sialan. Siapa orang didunia ini yang suka diabaikan begini?

Dan lagi, ini perihal Jimin. Pemuda mungil yang menjadi pengisi hatinya sejak bertahun-tahun lamanya. Apalagi, Jungkook itu hanya gay untuk Jimin seorang. Tidak ada hal lain yang menjadi alasannya untuk mencintai sosok selain pemuda Park itu. Jungkook mana mau pindah hati.

"Kalian serius mengabaikanku begini saja?" tak ada jawaban yang diberikan, membuat Jungkook kian mendesah frustasi. "Baiklah kalau begitu, kita berakhir."

.

.

.

"Bagaimana harimu, Jim?"

Taehyung menyapa hangat ketika dia bahkan baru tiba didepan pintu berlapis kaca itu. Jimin merotasikan kedua matanya dengan malas, kemudian kembali melanjutkan kegiatannya untuk menata barang-barang dirak serapi mungkin.

Ya, sekaligus mengusir rasa bosan.

"Mengerikan."

Something Happen To My Heart [KM]Where stories live. Discover now