● The Past ●

3.4K 477 29
                                    

Jungkook begitu mempesona.

Itu yang Jimin tahu saat keduanya masih menginjak sekolah menengah.

Seharusnya, Jungkook itu berada dua tingkat dibawah Jimin. Ya, mengingat pemuda Jeon itu adalah sosok yang jenius bukanlah hal yang tidak mungkin kalau dia berada di kelas yang sama dengan Jimin.

Awal semester pertama ditingkat dua, adalah masa pertemuan pertama mereka. Jungkook memasang wajah kelewat datar ketika dia bahkan baru menginjakan kaki diruang kelas Jimin. Semuanya terpana, begitu pula dengan Jimin.

"Jungkook. Jeon Jungkook," pemuda Jeon itu memperkenalkan dirinya secara singkat. Yang lain sibuk berdecak kesal dan berbisik mengenai betapa sombongnya bocah itu tapi Jimin malah menyunggingkan senyumnya.

Tubuh berperawakan tegap itu melangkah penuh percaya diri pada bangku paling sudut di kelas, berbanding terbalik dengan Jimin yang justru duduk paling depan.

Sejak saat itu, Jimin mulai memantapkan hatinya untuk menyukai Jungkook si pria dingin, Jungkook si pria jenius, dan Jungkook yang selalu apa adanya dimata Jimin.

.

.

.

Terhitung sudah beberapa bulan lamanya sejak Jungkook masuk ke sekolah, dan selama itu pulalah pemuda Jeon itu menjadi pusat atensi seorang Jimin. Si mungil yang kelewat tak kalah mempesona dengan senyuman manis begitu didambakan oleh beberapa murid lainnya.

Hari ini Jimin kembali melakukan rutinitas seperti biasanya. Duduk dibangku penonton untuk menyaksikan betapa mengagumkannya sosok Jungkook saat memantulkan bola dengan tubuh berbanjir keringat.

Bibirnya tak berhenti untuk mengukir senyum, meskipun matahari sudah condong kearah barat ataupun mengingat kerja part time yang menantinya dalam beberapa menit kedepan.

Jungkook benar-benar mengubah seluruh dunia Jimin.

"H... Hai," dia menyapa gugup pada sosok Jungkook yang berjalan ke pinggir lapangan. Tangannya melambai pelan dengan kepala tertunduk malu dan pipi yang menampilkan semburat merah. Oh, betapa menggemaskannya sosok itu saat ini.

Tapi, Jungkook hanya memandang datar padanya. Dia melirik sekilas pada Jimin sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya untuk berkemas agar cepat pulang.

"Ini untukmu," kata Jimin seraya mengulurkan sebotol air mineral pada Jungkook. Manik gelap Jungkook beralih sebentar pada Jimin, setelahnya mengambil botol itu dengan raut datar seperti biasanya.

Jimin dibuat tersenyum. Ya, walaupun Jungkook tak mengucapkan terima kasih, tapi dia sudah cukup puas dengan pemuda itu yang memilih meneguk habis minuman pemberiannya. Well, itu tidak seperti biasanya.

.

.

.

Kini Jimin berjalan mengikuti langkah Jungkook, tanpa peduli dengan fakta bahwa rumahnya yang jelas berbeda arah dengan pemuda Jeon itu, belum lagi tentang jadwal kerja part time Jimin yang sudah terlewat beberapa menit lamanya. Ya, dia tidak masalah dengan pemotongan gaji, setidaknya Jungkook berhasil membuatnya bahagia hari ini.

Keduanya menyusuri gang kecil itu dalam keheningan. Meskipun Jungkook tidak pernah menunjukan rasa sukanya pada Jimin, tapi dengan berada didekat pemuda itu sudah berhasil membuat Jimin mengenal apa itu bahagia.

Something Happen To My Heart [KM]Where stories live. Discover now