[14] Salah.

2.3K 130 0
                                    

Sebenarnya Vino berbohong, ia berpamitan bukan karna kekasihnya yang sudah menunggu didepan. Tetapi, Vino ingin mengejar Syakilla.

Entah mengapa, Vino merasa senang melihat Syakilla dan Daniel tidak 'berduaan' lagi.

Diluar sekolah, tepatnya didepan gerbang, Vino melihat Syakilla yang sedang menunggu angkutan umum, dengan senyum cerah, Vino menghampiri Syakilla.

"Kill!" Tegur Vino menepuk bahu Syakilla.

Syakilla menoleh kaget. "Bangsat lo, ngagetin."

Syakilla panik dalam diam, ia takut bila Vino menanyakan tentang Daniel. Bukannya Syakilla tidak mau menjawab, tetapi ia belum menemukan alasan yang 'pas' untuk memberitahukan teman-temannya.

"Ada apa sih, Vin? Tumben gak sama doi." Ucap Syakilla berusaha agar terlihat tenang.

"Doi udah balik duluan. Oh iya, lo mau jagain keponakan lo kan?" Tanya Vino.

Syakilla mengangguk.

"Gue temenin, biar lo gak sendiri." Ucap Vino.

Syakilla sedikit terkejut, apakah ia tidak salah mendengar? Tidak biasanya Vino seperti ini.

"G-gak, gak usah, apaan sih lo, aneh banget." Ucap Syakilla.

"Ya takutnya lo keribetan kan, kalo ngurus sendiri." Ucap Vino masih berusaha membujuk Syakilla.

"Gak apa-apa. Lagian, gue kan udah biasa. Udahlah Vin, gak usah." Ucap Syakilla.

"Yaudah deh," Ucap Vino menyenderkan badannya pada gerbang. "Gue anter balik aja kalo gitu."

Syakilla semakin terkejut dengan ucapan Vino.

Vino kenapa sih? Gak biasanya sumpah, biasanya ogah-ogahan kalo gue minta anter balik.

"Gak usah! Gue udah pesen Grab lagian." Ucap Syakilla beralasan.

"Cancel aja." Ucap Vino.

"Gak enak gue ah, ntar dimaki-maki si masnya, kaya si Syifa." Ucap Syakilla.

Vino membuang nafasnya berat. "Yaudah dah, gue balik." Vino masuk lagi kedalam sekolah untuk mengambil motornya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Syakilla.

Lah ngambek? Aneh sumpah lo, Vin!

Tidak lama kemudian, motor Vino keluar dari area sekolah. Sama seperti tadi, Vino tidak melirik ke arah Syakilla, sedikitpun.

Tak lama setelah Vino pergi, Daniel keluar dari area sekolah memakai motornya, oh, Daniel tidak sendiri, ia bersama seorang cewek.

Cewek itu...

Clara? Bagus deh.

Daniel melihat Syakilla. Mereka saling menatap, tapi dengan cepat Syakilla membuang pandangannya dari Daniel. Setelah motor Daniel menjauh dari Syakilla, Syakilla melihat Clara, dan sebaliknya. Syakilla tersenyum sambil mengacungkan jempolnya ke arah Clara. Clara hanya tersenyum sembari mengangguk.
Mereka tidak sadar, bahwa Daniel melihat pergerakan Syakilla dari kaca spionnya.  Daniel menjadi tambah yakin dengan pemikirannya.

•••

Clara turun dari motor putih milik Daniel, lalu melepas helmnya, dan memberikan helmnya pada Daniel.

"Makasih yaa." Ucap Clara tersenyum.

Daniel hanya tersenyum tipis.

"Urusan lo sama Syakilla apa ya?" Tanya Daniel to the point.

Clara terkejut, sangat terkejut. Bukannya takut, Clara hanya bingung mengapa Daniel tiba-tiba bertanya seperti itu. "Maksud lo?"

"Yang gue tau, lo gak pernah punya temen anak IPA, dan temen lo itu itu aja dari kelas sepuluh. Anehnya sekarang, lo kode-kodean sama Syakilla itu maksudnya apa ya?" Tanya Daniel sinis.

Namun sebelum memberi kesempatan pada Clara untuk bicara, Daniel berucap lagi. "Ah, iya! Lo kan.. Jangan bilang kalo lo bully Syakilla terus ngan-"

"Pemikiran lo salah besar! Sa-lah be-sar! Gue sama sekali gak bully Syakilla, gue sama sekali gak ngancem Syakilla buat jauh-jauh dari lo, sama sekali gak, Daniel!" Ucap Clara membuang nafasnya.

Lalu berucap lagi. "Oke, kayanya gue salah disini. Gue bakal jelasin semuanya. Mending sekarang masuk dulu, gak enak kalo diluar."

Setelah mendengar cerita yang sangat panjang dari Clara, Daniel cukup terdiam dan terkejut. Ia tak habis fikir dengan Syakilla, begitu lembut hatinya, sehingga ikhlas merelakan orang yang dia sayang bersama orang lain. Dipikiran Daniel, Syakilla hanya memperdulikan kebahagiaan orang, tidak memperdulikan kebahagiaannya sendiri, padahal Daniel sangat tahu bagimana masalah keluarganya sekarang, Syakilla sangat terpuruk.

"Clar, tetep aja niat awal lo itu, ngebully Syakilla. Lo tau gak sih? Seberapa tersiksanya hidup Syakilla sekarang? Ya, yang lo tahu, Killa itu ceria ya kan? Seneng terus, ketawa terus sama temen-temnnya. Tapi lo tau gak? Dibalik itu semua, Killa nyembunyiin masalah yang bikin dia terpuruk banget Clar, gue udah kasian banget disitu. Terus sekarang masalah Killa nambah? Lo sesama cewe Clar, coba lo diposisi Killa, mulut lo bilang iya, tapi bertolak belakang sama hati lo. Lo pendem sendiri. Bahkan gak kasih tahu temen-temennya lo. Cuma lo sendiri yang tahu, itu tersiksa banget. Gak ngerti lagi gue, baru kali ini nemu cewek sekuat Killa." Ucap Daniel panjang lebar.

Clara sudah menunduk. Ia merasa bersalah.

"Cara lo salah, Clar. Lo cuma peduli sama kebahagiaan lo, lo gak mikirin perasaan gue, bakal bahagia gak kalo gue sama lo? Lo gak mikir kesitu. Percuma aja kalo lo berjuang terus kaya gini kalo hati gue udah nyangkut di Syakilla." Ucap Daniel jujur. Lebih baik Daniel jujur. Agar Clara tahu, dan sadar.

Clara terkejut dengan omongan Daniel. "Lo? Jadi lo punya perasaan yang sama kaya Killa ke lo?"

Daniel mengangguk. "Dari awal sih sebenernya, dari jaman gue masih pacaran sama mantan gue. Syakilla itu baik, dia lucu, apalagi kalo lagi malu, dan dia paling bisa menutupi semua masalah dia. See? Lo aja cuma tahu kalo Syakilla cuma bisa rasain bahagia, bahagia, dan bahagia. Padahal, masalahnya lebih berat daripada masalah orang-orang seusianya."

Clara terdiam.

"Maafin gue Niel, gue gak tau. Sekarang, gue merasa bersalah banget sama Killa." Ucap Clara.

"Untung lo mau jujur, jadi gue maafin lo. Jangan pernah ada niatan buat bully Syakilla lagi kalo lo gak mau gue jauhin." Ucap Daniel.

Clara mengangguk antusias. "Gak akan. Asal kita temen?"

"Iya, temen."

•••

SUMPAH MAKIN GAK JELAS INI.

APAAN COBA ASJDKKD.

Fight [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang