Chapter - 17: It's Gonna Be Fine

5.4K 969 90
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Chapter - 17: It's Gonna Be Fine

***
🎸 Nafis 🎸

***

Tepat satu Januari kemarin Rea berangkat sama rombongannya ke Jepang. Gue masih kepikiran aja sih, soal dia yang punya ambisi kuat  buat kuliah ke luar. Apa bakal gini rasanya misal kita jauhan?

Come on, boy. Ini cuma baru sehari, dan nggak ada alasan yang lebih cerdas kalau gue merasa kangen sama dia. All about her flow in my blood.

Liburan bikin gue jadi seperti pengangguran sempurna. Yakin, dari pagi sampai sore ini gue masih lay low move slow di atas sofa ruang belajar gue sama lemburnya Ayah. Nggak ada yang bisa gue kerjakan selain utak-atik main internet dan nonton dvd yang entah sudah diputar berapa kali. Gue anaknya gampang bosen kalau main game, dan lagian dalam ponsel gue nggak ada satu pun game yang terinstal.

Saat Ayah pulang dan masuk ke ruangan ini, dia langsung berkacak pinggang dan menghadap ke gue. Lengan kemejanya disingsingkan, kancing kerah atasnya sudah dilepas. Tuan Disiplin yang sekarang berekspansi karir jadi dosen, bikin gue bener-bener seperti pemilik tunggal rumah ini selama libur. Bagaimana tidak? Di rumah cuma ada gue, Mas Indra, Mas Iip sama Mba Dini. Dan tentunya mereka bertahan di teritori kerjanya masing-masing.

"Dari pagi masih betah di sini?"

"Karena nggak ada yang punya waktu luang buat ngajak saya liburan," sebenernya gue ingin menyindir dia.

"Ayah udah bilang, kita akan pergi kalau Bunda sama Nasywa tiba di sini. Biar bareng-bareng."

"Ya sudah, jangan diprotes kalau saya kayak gini. Mau pergi juga nggak bakal dikasih kunci motor sama Mas Iip."

"Kan kamu bisa minta diantar sama Indra."

Dia seperti menggerutu. Lalu beranjak pergi dan kembali membawa jogger panjang punya gue.

"Pakai ini!" pinta ayah.

Bukan main. Jadi dia masuk ke kamar gue, cuma mau ambil celana panjang? Ya ... walaupun gue memang dari pagi cuma pakai kolor sama kaos tapi kan ini di dalam kamar, Bung? Gue bukan cewek loh.

Dan akhirnya gue memakai celana itu di depannya.

"Bagus," dia mengangguk masih berkacak pinggang. "Biasakan tutup aurat meski cuma sendirian. Belajar jadi dewasa, jangan serba diarahkan."

THE CRITICAL MELODY [Sudah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang