Chapter-13: Kisah Yang Tak Pernah Usang

5.7K 1.1K 178
                                    

*Chapter ini mungkin akan jadi favoritmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Chapter ini mungkin akan jadi favoritmu. Selamat mengenang.

*Jangan sungkan buat berkomentar, karena saya yakin kalian akan gatal buat berkomentar di chapter ini.

***


***
🎻Louisa🎻

***

Cowok itu namanya Nafis. Aku belum sempat minta maaf karena pagi itu aku ambruk dan sepertinya tepat merobohi badannya. Tidak disengaja.

Sebelumnya aku tidak pernah pingsan. Tapi aku tidak bohong kalau pagi itu rasanya aku tidak kuat menahan. Mungkin ini karena aku benar-benar lemas dan pusing bukan main. Kurang makan. Entah selera itu kabur ke mana. Mungkin dibawa jauh mengikuti kabar Papa yang tak kunjung ada.

Aku merasakan tubuhku diangkat sampai ke UKS. Tapi sama sekali tidak bisa membuka mata, mungkin itu yang dinamakan hilang kesadaran.

Saat siuman, di dalam UKS sudah ditemani anak PMR yang berseragam cakap. UKS sekolahku ini sungguh mewah. Berani kuakui kalau kelengkapan isinya terpenuhi. Justru yang aku suka adalah untuk setiap pasien di sana memiliki sekat yang berbeda seperti di rumah sakit. Memang sempit untuk per orangnya, tetapi ini cukup untuk menjaga privasi.

Tak lama setelah upacara selesai, Hanum menemuiku. Dia memang teman sebangku yang sepertinya baik, karena baru tadi pagi aku benar-benar berkenalan dengannya, dia sudah sebaik ini mau membesuk.

"Aku kira tadi kamu kenapa," katanya.

"Aku baik-baik saja, Num."

"Pingsan itu nggak baik-baik saja, Louie! Kamu belum sarapan? Atau lagi sakit?"

Tidak mungkin kujawab belum sarapan, "Lagi kurang fit mungkin. Belakangan ini ada kerjaan terus di rumah."

Hanum cewek yang sederhana, terlihat dari penampilannya yang tak berlebihan. Sama sepertiku.

"Perlu aku belikan makanan atau sesuatu?"

"Tidak perlu, Hanum. Aku baik-baik saja ko, ini juga udah mendingan. Tadi dikasih roti sama anak PMR."

"Roti itu?" dia menunjuk sepotong roti yang masih rapi dalam kemasannya. "Belum kamu buka juga."

Lalu dia cekatan mengambil roti itu dan membuka bungkusnya. Dia juga mengulurkan air mineral gelas yang sudah tertancap sedotan.

THE CRITICAL MELODY [Sudah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang