My Ice Man | 15

232K 11.6K 559
                                    

READY? VOTE DULU YA :)

1000+vote dan komentarnya untuk Bab selanjutnya yaaa...

AYO SEMANGAT!!!

Megang tangan siapa tuh, Bang?

•••••

Perjuangan belum selesai!

Itulah kalimat yang selalu berkeliaran di dalam kepala Zac. Apapun yang akan terjadi dengan hubungannya bersama Kesha, ia akan tetap berjuang. Ia akan membuktikan kepada Kesha bahwa ia sudah berubah. Apapun juga akan ia lakukan agar Kesha mengurungkan atau bahkan menghilangkan keinginannya untuk bercerai.

Zac masih ingat jawaban Kesha saat ia bertanya apakah mereka akan cerai atau tidak. Ya, Zac sangat berharap bahwa ia tidak akan pernah cerai atau pisah dengan Kesha. Karena apa? Karena Zac tahu, bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Kesha. Wanita itu sudah menjadi sebagian jiwanya, nyawanya, dan juga sumber kebahagiannya.

"Kita nggak akan cerai, kan?" tanya Zac.

Kesha terdiam sejenak, bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia menatap raut wajah dan tatapan penuh harap dari Zac. Pria itu benar-benar berbeda dibandingkan dahulu, Kesha tahu jika Zac sudah berubah. Hanya aja ada sesuatu di dalam hatinya yang belum sepenuhnya yakin kepada Zac. Masih ada secercah keinginan Kesha untuk bercerai dengan Zac, ia juga tidak tahu mengapa keinginan itu masih betah berdiam diri di dalam hatinya. Mungkin karena Kesha belum bisa melupakan bagaimana kejam dan sadisnya perkataan serta perlakukan Zac kepadanya dahulu.

"Kesha..." suara Zac melembut dan kini tangannya meraih tangan Kesha.

Wanita itu masih saja terdiam, bingung dengan jawaban apa yang harus ia berikan kepada Zac.

"Jangan bilang kamu mau cerai sama aku?" tebak Zac. "Kes, apapun akan aku lakukan supaya kamu nggak mau cerai sama aku."

Kesha tampak ragu dengan ucapan Zac. Tetapi, tiba-tiba saja ia teringat ucapan Ira yang memintanya untuk pelan-pelan memaafkan Zac. Sejauh ini Kesha sudah melakukan itu semua. Anggap saja ia sudah memaafkan Zac, tetapi keinginan untuk bercerai belum juga sirna.

Sebuah senyum hangat terbit pada bibir Kesha, wanita itu menatap hangat ke arah Zac seraya mengusap punggung tangan suaminya itu. "Kita coba pelan-pelan, ya?"

"Maksud kamu?"

"Aku nggak tau kenapa...tapi jujur, aku belum sepenuhnya yakin sama kamu." Balas Kesha yang membuat Zac menatapnya tidak percaya. "Tapi, aku udah mencobanya pelan-pelan. Dan sejauh ini hasilnya cukup berhasil."

"Jadi, kamu belum maafin aku?"

"Bukan gitu, Zac." Kesha menyela, "Aku cuman mau lihat sampai mana kamu buat aku yakin kalau kamu benar-benar berubah."

Zac terdiam sejenak. Antara menerima atau tidak dengan jawaban yang sama sekali tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Begitulah hidup, kadang tidak sesuai dengan ekspetasi.

"Zac, aku bilang gini bukan berarti aku nggak maafin kamu." Zac kembali menatap mata Kesha saat wanita itu masih melanjutkan ucapannya. "Aku udah maafin kamu. Cuman, aku belum yakin doang."

"Kalau itu mau kamu, aku akan berusaha supaya kamu yakin." Zac tersenyum sebelum kembali melanjutkan kata-katanya. "Tapi, malam ini boleh dong tidurnya sambil meluk kamu?"

Kesha tertawa geli mendengarkan permintaan Zac. "Iya, boleh."

Sesuai dengan jadwal pemeriksaan kehamilan Kesha, hari ini Zac akan mengantar istrinya untuk memeriksakan kandungannya. Dipemeriksaan kehamilan yang pertama ini, Zac sangat bersemangat. Bahkan ia sudah siap dan rapi dengan kemeja kasual dan celana chino berwarna hitam. Ia juga sudah mandi sejak pagi dan membantu pekerjaan rumah Kesha agar cepat selesai. Hari ini juga Zac sangat bawel, tak henti-hentinya pria itu menanyakan kapan Kesha akan diperiksa. Menggemaskan sekali, bukan?

MY ICE MAN ✔ [ TERBIT ]Where stories live. Discover now