Jika ada di dunia ini alat untuk mengukur tingkat kebahagian, maka alat itu akan rusak karena Kesha merasa bahagia saat ini. Zac yang sekarang jauh berbeda dengan Zac yang Kesha kenal sebagai pria dingin yang selalu membentaknya.

"Kesha...."

"Jangan minta cium lagi, Zac."

"Kenapa?" tanya Zac dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Aku," Kesha mengucapkannya dengan malu-malu. "Aku malu."

Zac tersenyum geli melihat Kesha yang salah tingkah karenanya. Kemudian, ia bangkit dari tidurnya dan membuka sofa yang berada di ruang tengah menjadi sofa bed. Lalu, kembali berbaring dengan posisinya yang paling nyaman.

"Kamu tau nggak, kalau orang yang lagi sakit itu banyak maunya?" tanya Zac tiba-tiba.

"Tau. Emangnya kamu mau apa?"

"Mau tidur sama kamu." Balas Zac seraya merentangkan kedua tangannya dan meminta Kesha untuk ikut berbaring di sampingnya.

Sontak saja itu membuat Kesha membulatkan kedua matanya-lagi-, ia tidak menyangkan jika Zac yang sedang sakit banyak maunya.

"Zac!!!" ucap Kesha dengan sedikit membentak, dan Zac tertawa renyah.

Sejujurnya, kedua pipinya kini sudah bersemu bak udang rebus.

•••••

Sebenarnya, Kesha tidak benar-benar menolak permintaan Zac untuk berbaring di sampingnya. Yang awalnya hanya berbaringan di sofa, akhirnya mereka pindah ke kamar. Keduanya tidur di ranjang yang sama dengan tangan Zac yang memeluk tubuh Kesha dari belakang. Sesekali juga tangan pria itu mengusap pelan serta lembut pada perut Kesha yang mulai membesar. Awalnya Kesha tidak bisa tidur dengan posisi yang seperti itu, ia sama sekali tidak terbiasa kala Zac harus memeluk tubuhnya saat tidur. Tapi, perlahan ia mulai menyadari bahwa pria itu sudah berubah. Dan kini, giliran Kesha yang harus bisa merubah pikirannya untuk bercerai dengan Zac.

"Iya, Dit, semalam aku nggak tau siapa yang udah buat Zac babak belur." Ucap jelas Kesha saat ia menelepon Dito, teman kantor Zac. Ia akan izin karena suaminya itu tidak bisa bekerja hari ini.

"Oh, gitu ya. Kok bisa sih, Kes?" tanya Dito di seberang sana.

"Nggak tau aku juga, mungkin ada orang yang dendam sama dia."

"Oh gitu," Dito menghela napas panjang. "Salam buat Zac ya, get well soon. Bilangin sama dia, di sini kerjaannya numpuk."

Kesha tertawa seraya mengakhiri perbincangan pagi dengan Dito. "Iya, nanti aku bilangin. Thanks ya, Dit."

"Oke."

Dan sambungan telepon pun berakhir.

Kesha pun menyimpan kembali ponselnya di atas meja makan. Kemudian, ia kembali melanjutkan kegiatan memasaknya yang tertunda karena ia harus menelepon kepada Dito bahwa Zac belum bisa masuk kantor hari ini. Sedangkan pria itu masih terlelap dalam tidurnya. Kesha beruntung, karena luka lebam dan bengkak pada wajah Zac sudah sedikit membaik. Mungkin karena efek ciuman yang Kesha berikan secara malu-malu kepada suaminya itu.

"Masak apa?" Kesha terkejut dengan suara yang tiba-tiba saja ia dengar.

Zac kini sudah bangun dan berada di belakang Kesha. Lalu, kedua tangannya memeluk pinggang Kesha dan membuat wanita itu sedikit tersentak.

"Zac, kamu ngapain bangun? Harusnya kamu masih istirahat." Tanya Kesha sedikit panik dengan kehadiran Zac yang begitu saja.

Tak ada jawaban dari pria itu, Zac justru menjatuhkan kepala di atas bahu kanan Kesha. Mengebuskan setiap napas hangat pada leher istrinya yang tak terhalangi itu.

"Zac, aku lagi masak. Jadi kagok kalau kamu mepet-mepet aku kayak gini."

Zac tetap saja tak menjawabnya. Kemudian, pria itu melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Kesha dengan pelan. Sedetik kemudian, Zac mencium bibir Kesha dengan lembut. Hanya sebentar, kemudian pria itu berjalan pergi menuju ruang tengah lalu menyalakan televisi yang sedang menayangkan acara berita pagi.

Jantung Kesha berdebar sangat kencang saat ia merasakan bibir Zac yang menyentuh lembut bibirnya. Memberikan sensasi luar biasa yang belum pernah ia rasakan, walaupun semalam ia sudah mencium lebih dulu bibir Zac. Rasanya sangat berbeda dari ciuman semalam, ada gelenyar bahagia yang menjalar disetiap tubuhnya. Entah harus bagaimana Kesha mendeskripsikan itu semua, yang jelas sikap Zac pagi ini sangatlah...manis bercampur romantis.

Tidak mau ambil pusing karena sikap Zac yang begitu manis, Kesha langsung saja menyelasaikan kegiatan masaknya dengan cepat. Ia memasak dua porsi nasi goreng seafood, ia sengaja memasak nasi goreng seafood karena nasi goreng itu merupakan salah satu makanan favorit Zac.

"Makan yang banyak, biar cepet sembuh." Perintah Kesha seraya memberikan satu porsi penuh nasi goreng seafood kepada Zac.

Zac menerima nasi goreng buatan Kesha dengan senang hati.

"Bulan depan kamu harus periksa kandungan, ya?" tanya Zac disela-sela sarapan paginya bersama Kesha.

"Iya, jadwalnya bulan depan."

"Aku anter, ya."

"Kalau sibuk mendingan nggak usah deh, Zac."

Pria itu tersenyum. "Aku nggak mau kamu periksa kandung sendiri. Aku juga mau tau perkembangan anak kita gimana."

Kesha tak menjawabnya. Ia lebih menyantap sarapan paginya bersama Zac.

"Kesha..." panggil Zac yang membuat Kesha memberhentikan kunyahan pada mulutnya.

"Apa?" tanya Kesha seraya menatap suaminya yang sudah lebih dulu menatapnya dengan tatapan yang hangat.

Zac terdiam sejenak, mengembuskan napas panjang, dan mulai berkata kembali, "Kita nggak akan cerai, kan?"

Dan, Kesha tidak bisa menjawab atas pertanyaan Zac.

•••••

Ah, senangnya si Zac udah nggak dingin lagi. Hahahaha.

Gimana nih pendapat kalian tentang cerita My Ice Man sejauh ini?

Jangan lupa komentarnya yaaaa...

Mari follow instagram

@zacpradipta

@sandimaulanna

MY ICE MAN ✔ [ TERBIT ]Where stories live. Discover now