Sejujurnya

5.9K 495 418
                                    

Konsentrasi
Siapa tau nemu sesuatu :}

◇◇◇◆◆◆◇◇◇◆◆◆◇◇◇

-Blu-

Apa ini?

Mimpi buruk yang lain?

Kegelapannya, kepekatannya, dan kekosongannya terasa familiar.

Mungkinkah ... aku pernah kemari?

"Hahaha, tentu saja tidak. Memangnya kau sudah mati?" Suara dingin itu menggema sesaat.

Aku mengerjapkan mata perlahan, menjernihkan penglihatanku yang sedikit buram. Sosoknya perlahan-lahan terlihat dalam bentuk manusia yang menyala dalam gelap.

Atau mayat hidup. Manusia tak akan tampak sebegitu busuk kulitnya.

Wajahnya pucat kebiruan seperti orang kehabisan oksigen. Kedua lengannya penuh sayatan dan mengalirkan banyak darah. Bola mata putihnya sarat akan kematian.

"Jangan takut," bisiknya.

Tangannya menjulur ke arahku. Ia meremat lenganku pelan. Hawa dingin dari kulitnya langsung melekat dan membuatku merinding.

Aku menahan napas dengan tegang saat menyadari bahwa tangannya basah berdarah. Aku berteriak kuat. Namun, suaraku tertahan oleh bibirku yang mengatup rapat.

Dia sadar aku takut.

"Aku bisa menolongmu," ucapnya seraya melepas tangannya yang lengket menjijikkan. "Aku datang hanya untuk melakukan penawaran."

Ia menatapku intens dan tersenyum kalem, agak misterius. "Jangan khawatir. Aku memiliki penawaran yang sangat bagus."

"Apa ... kau ... Jane?"

Dia tersenyum dengan horor kepadaku. Tangannya terangkat tinggi, ia membuat rekayasa hujan darah melalui kelima jarinya. Lalu ia berbisik ke kegelapan, kata-katanya mendesis ke penjuru udara.

"Hantu ... yang terkenal karena kisah pilunya ... yang jiwanya dikurung oleh hantu Anna ... yang menulis dengan tinta darah di dinding sekolah. Ya, itu aku."

"Kau-- " Suaraku tercekat. Mataku mulai menggenang.

Aku hanya ingin berteriak. Menampar wajahnya, menyumpahinya, atau mendorongnya sampai terjungkir. Tetapi apa? Yang bisa kulakukan hanyalah duduk memandangnya dan menangis tak berdaya.

Dia hanya hantu.
Hantu yang sangat jahat.

"Kau iblis," rintihku dengan suara bergetar. "s-sebab itulah hantu Anna mengurung jiwamu ... karena kau iblis."

Sorot matanya berubah drastis. "Kau bicara persis seperti Anna. Tidak jelas."

"Dan kau jahat. Kepadaku ... korban lainnya ... dan hantu-- ". Ucapanku terputus oleh isak tangisku. "Anna."

Dia menggeram marah dan menarik seragamku hingga wajah kami berdekatan. Aku bisa melihat kerutan-kerutan wajahnya dan urat di bola mata putihnya dengan jelas. "Apa maksudmu?" desisnya. Napas kematiannya membawa suasana kuburan.

Dengan berani, kutatap matanya tajam sama tajam. "Mengakulah, Jane! Mengakulah bahwa kaulah satu-satunya sosok antagonis dalam legenda Jeanna!"

"Cih!" Dia mendorongku kasar. "memangnya kau tahu apa?!"

Hening, tak satupun dari kami melanjutkan. Dunia roh bak ruang hampa udara ketika kami terdiam. Dia melihatku sekilas, lalu segera balik badan. Sekarang ia memunggungiku.

The Last BlueNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ